DBD Meningkat di Musim Hujan, Lindungi Keluarga dengan 5 Cara Ini!
Author: Sekar Retno Ayu
Editor: dr. Dini Astuti Mirasanti, Sp.A
Topik: Parenthood, > 6 Tahun, Article, DBD, Vaksin DBD, Kesehatan Anak, Kesehatan keluarga
Saat musim hujan tiba, ternyata bukan banjir saja yang perlu dikhawatirkan, tapi juga meningkatnya risiko Demam Berdarah Dengue (DBD). Hmm, kenapa bisa terjadi ya? Lantas, apa yang harus dilakukan untuk melindungi si Kecil dan anggota keluarga dari bahaya DBD? Dalam artikel ini kita akan mengupas tuntas bagaimana hujan bisa memicu penyebaran DBD, apa saja gejala yang perlu diperhatikan, dan langkah-langkah apa yang bisa orang tua lakukan untuk mencegahnya.
Mengapa Musim Hujan Rawan Penyebaran DBD?
Musim hujan rupanya membawa banyak perubahan pada lingkungan. Perubahan tersebut ternyata juga mempengaruhi penyebaran penyakit yang ditularkan oleh serangga sebagai perantaranya, salah satunya adalah DBD. Salah satu faktor utama yang memicu peningkatan kasus DBD saat musim hujan adalah kondisi lingkungan yang mendukung berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti. Selama musim hujan, curah hujan yang tinggi menciptakan genangan air di berbagai tempat, seperti lubang jalan, sampah, dan barang bekas. Tempat-tempat ini menjadi habitat yang ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak karena nyamuk ini membutuhkan air untuk bertelur dan tumbuh. Semakin tinggi curah hujan, semakin banyak pula tempat bagi nyamuk untuk berkembang biak, yang tentu saja, pada akhirnya akan dapat meningkatkan risiko penularan virus DBD[1].
Selain itu, peningkatan curah hujan juga membuat kelembaban udara meningkat. Kelembaban yang tinggi menciptakan kondisi yang lebih baik bagi nyamuk untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Menurut data WHO, kelembaban udara yang tinggi berhubungan langsung dengan meningkatnya kejadian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, termasuk DBD. Pada kondisi kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes aegypti menjadi lebih aktif mencari tempat untuk bertelur dan berkembang biak. Hal ini pada akhirnya juga akan memperburuk penyebaran penyakit DBD[2]. Berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan antara curah hujan yang tinggi dengan peningkatan kasus DBD. Misalnya, di Kota Tasikmalaya, selama sepuluh tahun terakhir, kasus DBD selalu meningkat pada musim hujan[1]. Hal ini membuktikan bahwa kelembaban, curah hujan dan genangan air berperan besar dalam penyebaran DBD.
Dengan tingginya curah hujan, banyaknya genangan air, dan tingginya kelembaban udara selama musim hujan, tidak heran jika penyebaran DBD semakin meningkat. Oleh karena itu, sangat penting untuk lebih waspada dan melakukan langkah pencegahan selama musim hujan[3,4].
Kenali Gejala Awal DBD
Setelah memahami bagaimana musim hujan meningkatkan risiko penyebaran DBD, langkah selanjutnya yang tidak kalah penting adalah mengenali gejala awalnya. Semakin cepat menyadari adanya tanda-tanda DBD, semakin cepat pula kita bisa mengambil tindakan tepat. Demam Berdarah Dengue (DBD) memiliki gejala yang cukup khas, meskipun beberapa di antaranya mirip dengan penyakit lain yang juga menyebabkan demam.
Gejala pertama yang muncul adalah demam tinggi yang datang secara mendadak, bahkan bisa mencapai suhu sekitar 40°C (104°F), tanpa disertai batuk atau bersin[5,6]. Meskipun umumnya pada DBD tidak ada pilek atau batuk, namun keberadaan kedua gejala tersebut tidak semerta-merta dapat menyingkirkan kemungkinan DBD. Selain demam, gejala yang sering dialami adalah sebagai berikut nyeri otot, sendi, tulang, dan di belakang mata. Rasa sakit ini sering kali cukup mengganggu dan bisa terjadi setelah demam mulai muncul[7]. Gejala ini mungkin tampak nyata pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, namun sering kali tidak tampak pada anak yang lebih muda. Sakit kepala parah, terutama pada area sekitar dahi[5,7]. Sama dengan gejala nyeri otot dan tulang, gejala ini sulit terlihat pada anak yang lebih kecil. Mual dan muntah yang menyebabkan rasa tidak nyaman pada area perut atau punggung[5]. Pada anak yang lebih muda, gejala mual dan muntah ini merupakan salah satu tanda bahaya yang perlu diperhatikan. Kelelahan dan penurunan nafsu makan juga sering terjadi pada penderita DBD, setelah beberapa gejala di atas muncul[5]. Pada anak yang lebih kecil, gejala kelelahan ini mungkin ditunjukkan dengan anak yang tampak lesu, tidak bersemangat dan cenderung ingin tidur.
Pada umumnya, masa kritis DBD terjadi mulai pada hari keempat demam. Kondisi mungkin akan memburuk sampai hari ke-6 demam. Bila anak berhasil melewati masa kritis, pada umumnya kondisi akan terus membaik mulai dari hari ke-7. Tentu saja, tidak semua kejadian infeksi Dengue akan melalui masa kritis. Ada beberapa yang berlangsung aman tanpa tanda bahaya. Namun, karena perjalanan penyakit infeksi Dengue sering tidak terduga, sebaiknya MomDad mulai waspada pada sekitar hari ketiga demam. Jangan sampai anak terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan[7].
Tanda bahaya DBD yang perlu MomDad wasadai adalah keluhan nyeri perut , mual dan muntah, tangan dan kaki teraba dingin, dan mungkin tidak kencing lebih dari 6 jam. Pada keadaan yang lebih berat, mungkin anak akan terlihat sesak napas atau mengalami penurunan kesadaran. Gejala lain yang dapat memperburuk kondisi adalah adanya perdarahan, terutama bila ditemukan tinja yang berwarna hitam seperti petis. Perburukan kondisi ini bahkan bisa terjadi meskipun anak sudah tidak demam. Jadi, MomDad, meskipun demam anak sudah turun, namun bila anak masih belum tampak sehat, MomDad masih tetap harus waspada[6].
5 Tips Pencegahan DBD di Musim Hujan
Pada musim hujan, peningkatan genangan air di berbagai tempat seperti lubang jalan dan wadah-wadah terbuka menciptakan lingkungan yang ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak. Agar keluarga terlindungi dari risiko DBD, berikut adalah beberapa langkah pencegahan yang bisa diterapkan[8,9]:
- Lakukan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur Ulang): rutin menguras bak mandi, vas bunga, atau wadah air lainnya setidaknya seminggu sekali. Pastikan untuk menutup rapat wadah air yang tidak digunakan agar nyamuk tidak bisa bertelur di dalamnya. Daur ulang atau buang barang-barang yang bisa menampung air, seperti kaleng atau botol bekas, agar tidak menjadi sarang nyamuk.
- Gunakan repellent/obat anti-nyamuk: oleskan lotion anti nyamuk sebelum beraktivitas, terutama pada pagi dan sore hari ketika nyamuk DBD paling aktif. Pilih repellent yang aman untuk anak-anak dan efektif dalam mencegah gigitan nyamuk.
- Pasang kelambu di tempat tidur & kasa nyamuk di ventilasi atau jendela untuk perlindungan tambahan di rumah agar nyamuk sulit masuk ke dalam rumah, terutama saat anak tidur siang atau malam.
- Makan makanan bergizi & cukup minum, dukung kekebalan tubuh dengan makan-makanan bergizi.
- Melakukan vaksinasi DBD dapat melindungi kita dari ke-empat jenis atau serotipe virus dengue, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Setiap terjadi infeksi, hanya satu jenis virus yang dapat masuk. DBD biasanya terjadi bila seseorang terinfeksi lebih dari satu kali dengan serotipe yang berbeda. Vaksin DBD melindungi kita sekaligus terhadap ke-empat serotipe yang ada sehingga kita sekaligus kebal terhadap ke-empat serotipe tersebut[10].
Berikut dosis vaksin DBD yang direkomendasikan oleh asosiasi medis:
- Anak-anak (rekomendasi IDAI)[11]: vaksinasi bisa diberikan pada usia 6 tahun ke atas, berikan 2 dosis dengan jarak 3 bulan.
- Dewasa (rekomendasi Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI)[12] : vaksinasi diberikan pada usia 19-45 tahun. Berikan 2 dosis pada bulan pertama dan 3 bulan kemudian.
- Pekerja di sektor berisiko tinggi[13]: vaksinasi juga direkomendasikan untuk pekerja di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, atau konstruksi yang bekerja atau bepergian ke daerah yang sering terpapar virus dengue.
Vaksinasi DBD memberikan perlindungan penting bagi kita semua, tidak hanya untuk mencegah infeksi, tetapi juga untuk mengurangi tingkat keparahan penyakit jika terinfeksi. Dengan mengkombinasikan langkah-langkah pencegahan, seperti 3M Plus vaksinasi, kita dapat membentuk perlindungan yang lebih kuat untuk diri sendiri, keluarga, dan orang-orang di sekitar kita. Vaksinasi sudah terbukti aman dan efektif, serta direkomendasikan oleh para ahli. Merealisasikan 3M Plus dan vaksinasi adalah investasi terbaik untuk kesehatan masa depan keluarga.
Langkah Pertama yang Perlu Dilakukan saat ada Keluarga yang Terkena DBD
Jika ada anggota keluarga yang terkena DBD, hal pertama yang perlu dipahami adalah bahwa belum ada obat khusus untuk penyakit ini[14]. Gejala DBD bisa ringan atau berat. Banyak kasus gejala ringan bisa ditangani di rumah. Namun, gejala DBD ini bisa sangat tidak terduga sehingga MomDad diharapkan tetap wapada. Meskipun banyak orang yang terinfeksi DBD tidak menunjukkan gejala atau hanya memiliki gejala ringan yang akan hilang dalam waktu 1-2 minggu, tetap ada risiko komplikasi serius, terutama pada anak-anak dan orang dewasa dengan kondisi kesehatan tertentu[15]. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui langkah-langkah yang tepat sejak dini agar pemulihan lebih cepat dan kondisi tidak memburuk.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah merawat gejala dengan hati-hati, dan mengetahui kapan harus mencari pertolongan medis jika gejala memburuk. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk menangani DBD dengan benar:
Perawatan di rumah untuk gejala ringan[14]: pastikan orang yang terinfeksi cukup istirahat, berikan paracetamol (acetaminophen) untuk mengendalikan demam dan meredakan rasa sakit. Hindari ibuprofen atau aspirin. Bila perlu, basuh kulit dengan air hangat untuk membantu menurunkan demam. Cukupi cairan tubuh untuk mencegah dehidrasi akibat demam atau muntah.
Waspadai tanda peringatan yang dapat muncul sewaktu-waktu, bahkan mungkin setelah anak tidak demam. Tanda peringatan ini pada umumnya muncul pada hari ke-4 sampai hari ke-6 demam, meskipun ada kemungkinan, bila MomDad salah memperkirakan kapan mulainya demam, tanda bahaya ini dapat muncul pada hari ke-3 demam. Tanda bahaya yang perlu diwaspadaiTanda bahaya yang perlu diwaspadai[15]: sakit perut, muntah, jarang kencing, sesak napas atau napas yang cepat, gusi atau hidung berdarah, gelisah, darah dalam muntahan atau tinja berwarna hitam seperti petis, tangan dan kaki teraba dingin, penurunan kesadaran, cenderung ingin tidur dan sulit dibangunkan.
Jika gejala-gejala ini muncul, segera bawa ke fasilitas medis atau rumah sakit.
Lindungi anggota keluarga lainnya[14]: gunakan pakaian panjang dan pasang kasa di jendela dan pintu untuk menghindari gigitan nyamuk. Gunakan lotion anti nyamuk atau repellent yang telah disertifikasi oleh BPOM efektif. Jika memungkinkan, gunakan pendingin udara (AC) untuk menjaga lingkungan bebas nyamuk[16,17].
Menjaga kesehatan keluarga adalah prioritas utama, terutama saat musim hujan di mana risiko penyakit DBD meningkat. Selain melakukan langkah pencegahan rutin seperti 3M Plus, vaksinasi DBD merupakan upaya yang sangat penting untuk melengkapi perlindungan. Vaksinasi tidak hanya mencegah infeksi, tetapi juga mengurangi keparahan penyakit jika terinfeksi. Dengan memadukan 3M Plus dan vaksinasi, MomDad dapat menciptakan perlindungan yang lebih kuat untuk keluarga.
Jika ada anggota keluarga yang terinfeksi DBD, segera kenali gejalanya dan segera bawa ke fasilitas medis terdekat agar mendapatkan penanganan yang tepat. Ingat, vaksinasi DBD adalah langkah penting untuk mencegah dan mengurangi risiko DBD dalam memberikan perlindungan lebih untuk masa depan keluarga.
Artikel ini telah divalidasi oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.
C-ANPROM/ID/QDE/0703 | Nov 2024
Referensi cek di sini