Mitos Fakta seputar Imunisasi yang Perlu Orang Tua Ketahui
Author: Andini Aprilia
Editor: dr. Dini Astuti Mirasanti, Sp.A
Topik: 0-6 Bulan, Article, Imunisasi, Vaksinasi
Anak perlu mendapatkan imunisasi guna mencegah terjangkit berbagai macam penyakit sekaligus meminimalisir penularannya ke kakak, adik, atau teman-temannya. Di balik manfaatnya, sayangnya masih saja ada mitos imunisasi yang hingga kini dipercaya oleh sebagian masyarakat Indonesia. Kira-kira apa saja mitos tersebut?
Mitos 1: imunisasi tidak penting karena hanya dengan menjaga sanitasi lingkungan, penularan penyakit dapat dicegah.
Pernyataan tersebut jelas tidak benar. Menjaga kebersihan lingkungan memang dapat membantu mencegah munculnya penyakit sekaligus meminimalisir penyebarannya. Namun, imunisasi dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan anak, sehingga mampu melawan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut.
Mitos 2: sudah imunisasi tapi anak masih saja sakit, berarti imunisasinya nggak ‘ngaruh’.
Dengan dilakukannya imunisasi, bukan berarti bayi atau anak jadi 100% terhindar dari penyakit, melainkan meminimalisir risiko anak terkena penyakit berat saat terjangkit suatu penyakit.
Melansir wawancara dengan dr. Dini Astuti Mirasanti, SpA, imunisasi pada dasarnya memberikan kekebalan secara pasif dan kekebalannya pun spesifik, yakni bergantung pada imunisasi yang diberikan. Misalnya, vaksin cacar air, tentu saja vaksin tersebut akan lebih melindungi anak dari cacar air, bukan memproteksi anak dari flu singapura, hand, foot, and mouth disease (HFMD) atau penyakit lainnya. Namun, apabila anak terkena penyakit cacar air, gejalanya tidak seberat anak yang belum diberikan vaksin cacar air.
Mitos 3: anak pasti demam setelah imunisasi.
Sebenarnya, demam pasca imunisasi merupakan reaksi sistem imun tubuh untuk mengenali dan merespons komponen vaksin yang disuntikkan ke tubuh. Namun, tidak semua anak yang diimunisasi pasti demam karena bergantung pada reaksi pertahanan tubuh terhadap imunisasi yang diterima anak.
Secara umum, reaksi vaksin dapat dibedakan menjadi reaksi ringan dan reaksi berat. Namun, mayoritas reaksi yang dialami bayi dan anak-anak adalah reaksi ringan, seperti demam tidak terlalu tinggi, pegal-pegal, gatal, kemerahan, atau pembengkakan ringan pada area penyuntikan (lihat tabel di bawah).
Nah, kondisi di atas bersifat self limiting atau akan menghilang dengan sendirinya dalam beberapa hari, terkadang tidak memerlukan tata laksana khusus.
Selain itu, demam yang timbul bersamaan dengan pemberian imunisasi juga bisa jadi disebabkan oleh penyakit lain. Misalnya, pada saat dibawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan imunisasi, anak tertular selesma dari pengunjung lain yang juga datang ke fasilitas kesehatan tersebut.
Jika anak demam setelah diimunisasi, sebaiknya MomDad tetap tenang. Cukupi kebutuhan cairan anak karena pada saat demam, cairan tubuh anak cenderung lebih mudah menguap, sehingga anak berisiko dehidrasi. Tetap pantau suhu tubuh anak secara berkala. Selain itu, bantu nyamankan anak dengan kompres hangat, kenakan pakaian tipis, serta obat penurun panas dapat diberikan atas anjuran DSA.
Mitos 4: Memberikan lebih dari satu vaksin dalam waktu bersamaan dapat meningkatkan risiko timbulnya efek samping yang berbahaya, yang dapat membebani sistem imun anak tersebut.
Anggapan di atas juga salah. Dilansir dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia bukti ilmiah menunjukkan bahwa memberikan beberapa vaksin pada waktu yang bersamaan tidak berpengaruh pada sistem imun anak. Seorang anak lebih banyak terpapar antigen dari selesma atau nyeri tenggorokan daripada vaksin.
Menerima beberapa vaksin dalam satu waktu justru lebih hemat waktu dan uang. Selain itu, anak-anak pun lebih pasti mendapatkan vaksinasi yang dianjurkan sesuai jadwal. Contohnya, vaksinasi kombinasi seperti MMR (campak-gondongan-rubela).
Mitos 5: Anak pilek masih bisa diimunisasi.
Fakta. Melansir penjelasan dari dr. Kanya Ayu, Sp.A, anak pilek masih bisa diberikan imunisasi, kecuali jika disertai dengan demam tinggi serta batuk pilek hebat. Jika pilek disertai dengan gejala tersebut, bahkan anak tidak aktif atau nafsu makan dan minumnya berkurang, maka imunisasinya bisa jadi perlu ditunda hingga anak dalam kondisi relatif sehat, hal ini sebaiknya dikonsultasikan dengan DSA masing-masing.
MomDad, yuk, lengkapi dosis imunisasi anak agar si Kecil terhindar dari berbagai macam penyakit serta senantiasa konsultasikan pada dokter spesialis anak jika ada imunisasi yang perlu dikejar.
Yuk, cek jadwal imunisasi si Kecil sesuai anjuran IDAI melalui aplikasi PrimaKu! Tak hanya itu, MomDad juga bisa Booking Vaksin dengan Klinik Partner PrimaKu dan mendapatkan harga spesial, lho.
Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.