
Memperingati Hari Pneumonia Dunia
5 Feb 2018
Author: Fitri Permata
18 Nov 2024
Topik: Parenthood, Article, Pneumonia, TBC, Vaksin PCV, Vaksin Anak, Vaksin BCG, 6-12 Bulan, 6-12 Bulan
Pneumonia dan tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang menyerang paru-paru dan memiliki beberapa gejala yang mirip, seperti batuk, sesak napas, dan demam. Maka tak heran kalau banyak yang salah paham dan menganggap kedua penyakit ini sama. Padahal, penyebab, gejala spesifik, hingga pengobatan keduanya sangat berbeda. Lantas, apa sih perbedaan pneumonia dan TBC, khususnya jika terjadi pada anak?
Perbedaan Pneumonia dan TBC
Mari kita lihat perbedaan penyakit pneumonia dan TBC dilihat dari beberapa aspek seperti:
2. Gejala
3. Cara Pengobatan
Untuk mendiagnosis pneumonia, dokter akan memeriksa paru-paru untuk mendengarkan suara abnormal saat bernapas dan mungkin melakukan pemeriksaan tambahan seperti rontgen dada untuk mendeteksi pneumonia dan menentukan lokasi infeksi, pemeriksaan darah untuk melihat tanda infeksi, pemeriksaan denyut nadi untuk mengevaluasi kadar oksigen dalam tubuh, dan analisis dahak untuk mengidentifikasi kuman penyebab infeksi.
Pengobatan pneumonia meliputi beberapa metode, yaitu:
Untuk menentukan apakah seorang anak menderita TBC, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, seperti analisis dahak untuk mengidentifikasi kuman TBC, tes Mantoux atau Interferon Gamma Release Assay (IGRA) untuk mendeteksi infeksi TBC, dan rontgen dada. TBC dapat disembuhkan dengan pengobatan yang teratur dan tuntas. Durasi pengobatan tergantung pada tingkat keparahan penyakit; untuk TBC ringan, pengobatan berlangsung selama 6 bulan, sedangkan untuk TBC berat, seperti TBC otak atau paru-paru, pengobatan bisa berlangsung hingga 12 bulan. Pengobatan TBC terbagi menjadi dua tahap: tahap intensif dengan kombinasi 3-4 obat (isoniazid, rifampicin, pirazinamid, dan ethambutol) yang diminum setiap hari selama 2 bulan, dan tahap lanjutan dengan 2 obat (isoniazid dan rifampicin) selama 4 bulan untuk TBC ringan atau 10 bulan untuk TBC berat.
Mencegah Anak dari Bahaya Pneumonia dan TBC
Mencegah pneumonia dan TBC pada anak merupakan langkah penting untuk menjaga kesehatan mereka. Beberapa cara efektif untuk mencegah pneumonia antara lain adalah dengan menjaga kebersihan tangan, seperti mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol, terutama setelah batuk, buang ingus, atau saat menyiapkan makanan.
Selain itu, memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dapat meningkatkan kekebalan tubuh anak, mengurangi risiko infeksi saluran pernapasan, dan mempercepat penyembuhan saat terpapar penyakit. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif memiliki risiko 6 hingga 7 kali lebih tinggi terkena pneumonia. Menghindari paparan asap rokok juga sangat penting, karena dapat merusak paru-paru yang sedang berkembang pada anak, meningkatkan risiko infeksi pernapasan akut seperti pneumonia dan bronkitis. Selain itu, melengkapi vaksinasi, termasuk vaksin PCV, dapat membantu melindungi anak dari pneumonia yang disebabkan oleh bakteri berbahaya.
Dalam mencegah TBC, penting untuk menjaga lingkungan rumah yang bersih dan sehat, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta memberikan nutrisi yang adekuat. Vaksin BCG juga berperan penting dalam pencegahan TBC pada anak.
Terapi pencegahan TBC (TPT) harus diberikan kepada anak yang kontak erat dengan pasien TBC, selama mereka tidak menunjukkan gejala penyakit. Obat pencegahan seperti isoniazid, rifampicin, atau kombinasi keduanya dapat diberikan sesuai anjuran dokter untuk mencegah perkembangan penyakit.
Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan ini, kita dapat melindungi kesehatan anak dan mencegah infeksi pneumonia dan TBC yang berbahaya.
Lengkapi Vaksinasi untuk untuk Perlindungan Optimal
Vaksinasi merupakan langkah penting dalam mencegah pneumonia dan TBC pada anak, khususnya untuk anak usia 7-12 bulan.
Vaksin PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) juga sangat penting untuk mencegah pneumonia akibat infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae. Dosis vaksinasi PCV, yakni pada usia 2 ,4, 6 bulan dan booster pada usia 12-15 bulan.
Jika belum diberikan pada usia 7-12 bulan, vaksin PCV dapat diberikan 2 kali dengan jarak 1 bulan dan booster setelah usia 12 bulan dengan jarak 2 bulan dari dosis sebelumnya.
Namun, terdapat kondisi tertentu yang mengharuskan penundaan pemberian vaksin PCV, seperti jika anak memiliki reaksi alergi parah terhadap komponen vaksin atau sedang mengalami sakit ringan, seperti demam, pilek, atau batuk. Dalam hal ini, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan vaksinasi.
Untuk TBC, imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guérin) diberikan melalui suntikan intrakutan sebanyak 0,05 ml. Waktu terbaik untuk pemberian vaksin BCG adalah segera setelah bayi lahir atau sebelum berusia 1 bulan. Jika bayi belum mendapatkan vaksinasi BCG setelah lahir, sebaiknya konsultasikan dengan tenaga kesehatan.
Namun, jika bayi sudah berusia 3 bulan atau lebih, imunisasi BCG dapat dilakukan setelah hasil uji tuberkulin negatif. Tes tuberkulin ini berfungsi untuk melihat apakah tubuh si Kecil sudah pernah terpapar bakteri TB. Kalau hasilnya negatif, vaksin BCG bisa langsung diberikan. Tapi kalau positif, artinya si Kecil sudah pernah terpapar bakteri TB dan vaksin BCG tidak diperlukan lagi.
Perlu MomDad perhatikan, terdapat beberapa kondisi yang membuat pemberian vaksin BCG tidak dianjurkan, seperti pada anak dengan imunosupresi (kondisi seseorang memiliki kekebalan tubuh yang sangat lemah, misalnya orang yang mengidap HIV), anak yang menjadi kandidat transplantasi organ, bayi dengan BB kurang dari 2,5 kg, bayi lahir dari ibu positif HIV, dan jika bayi sedang demam dan sakit ringan (batuk pilek), sebaiknya menunda pemberian vaksin BCG.
Referensi:
5 Feb 2018
18 Mar 2022
14 Nov 2022
24 Apr 2023