Meta Pixel Perbedaan Erdosteine, NAC, dan Ambroxol untuk Tatalaksana Batuk Balita<!-- --> | Articles | <!-- -->PrimaKu - Pelopor Aplikasi Tumbuh Kembang Anak di Indonesia

Perbedaan Erdosteine, NAC, dan Ambroxol untuk Tatalaksana Batuk Balita

Author: dr. Afiah Salsabila

10 Nov 2023

Topik: Obat Batuk, Batuk

N-Acetylcysteine (NAC), ambroxol, dan erdosteine adalah obat-obatan yang kerap digunakan untuk tatalaksana batuk pada anak. Obat-obatan tersebut diklasifikasikan sebagai obat-obatan mukoaktif karena memodifikasi lendir supaya bisa lebih mudah dikeluarkan. Mekanisme kerja ketiga obat tersebut berbeda, sehingga efek yang dihasilkan pun ikut berbeda. Berikut adalah ringkasan perbedaan antara NAC, ambroxol, dan erdosteine.

 NAC dapat merusak disulphide bridge yang mengikat makromolekul-makromolekul yang ada di lendir hingga menyebabkan lendir menjadi encer, memberinya kemampuan sebagai mukolitik. Selain itu, NAC sebagai derivat dari cysteine bisa meningkatkan produksi glutathione dengan cara menyumbangkan cysteine ke molekul glutathione hingga dapat menimbulkan aktivitas antioksidan yang dapat menurunkan inflamasi, sehingga gejala infeksi saluran napas pun berkurang. NAC aman untuk diberikan pada anak di atas 2 tahun; data mengenai keamanan pada anak di bawah 2 tahun belum bisa disimpulkan karena jumlah data yang sedikit mengenai hal itu. Dosis yang diberikan adalah 100 mg 2-4 kali per hari untuk anak 2-6 tahun dan 200 mg 2-3 kali per hari untuk anak di atas 6 tahun

Ambroxol bertindak sebagai ekspektoran dengan meningkatkan surfaktan sehingga produksi lendir lebih encer. Dengan demikian, lendir bisa dikeluarkan dengan lebih mudah. Keamanan dan efikasi ambroxol pada anak sudah terbukti berdasarkan ratusan uji klinis. Namun, data masih terbatas mengenai keamanannya pada anak di bawah umur 2 tahun. Efektivitasnya tak jauh berbeda dengan NAC. Ambroxol diberikan tiga kali sehari dengan dosis 7.5-15 mg per kali untuk anak umur 2-5 tahun dan 15-30 mg per kali untuk anak umur 12 tahun ke atas. Keunggulan ambroxol adalah ia dapat meningkatkan kadar antibiotik pada paru-paru jika diberikan secara bersamaan. Penelitian in-vitro terbaru juga menunjukkan bahwa ambroxol memiliki kemampuan untuk merusak biofilm bakteri, sehingga berpotensi untuk bekerja secara sinergistik dengan antibiotik dalam mengobati pneumonia.

Erdosteine adalah derivat thiol yang memiliki kemampuan mukolitik dan antioksidan. Erdosteine memfasilitasi pengeluaran lendir dengan mengurangi viskositas lendir, khususnya pada pasien dengan penyakit pernapasan kronis seperti bronkitis kronis. Menurut pnelitian, erdosteine dapat mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan batuk dan viskositas lendir dibandingkan dengan ambroxol. Erdosteine biasanya diresepkan oleh dokter dan dapat digunakan pada anak-anak sebanyak 2 kali sehari dengan dosis 175 mg per kali pada anak dengan berat badan 15 hingga <20 kg dan 3 kali sehari dengan dosis 175 mg per kali pada anak dengan berat badan 20-30 kg, dan 300 mg tiga kali atau dua kali sehari pada anak dengan berat badan di atas 30 kg. Obat ini dikontraindikasikan pada anak dengan gangguan fungsi hati berat dan creatinine clearance <25 mL/min.

Penting untuk dicatat bahwa penggunaan obat-obatan pada bayi dan balita harus selalu disesuaikan dengan rekomendasi dan pengawasan dokter. Penggunaan obat-obatan ini dapat memiliki efek samping tertentu, dan dosis yang tepat perlu dipertimbangkan berdasarkan berat badan dan kondisi kesehatan anak.


Referensi:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6328955/

https://bmjopenrespres.bmj.com/content/9/1/e001236

https://www.mims.com/indonesia/drug/info/ambroxol?mtype=generic

https://www.mims.com/indonesia/drug/info/erdosteine?mtype=generic

https://www.mims.com/indonesia/drug/info/acetylcysteine?mtype=generic