
Breastfeeding and Work: Let's Make it Work
28 Jan 2018
Author: dr. Afiah Salsabila
8 Jan 2024
Topik: Bayi Kuning, Breast Milk Jaundice
Hiperbilirubinemia kerap terjadi pada bayi baru lahir. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai etiologi; salah satunya adalah breast milk jaundice, sebuah kondisi yang dialami oleh 20-30% neonatus. Meskipun umumnya bukan sesuatu yang patut berbahaya, pemahaman mendalam terkait patofisiologi, diagnosis, dan manajemen penting bagi seorang dokter supaya bisa memberikan penatalaksanaan yang tepat dan edukasi yang komprehensif serta mudah dipahami bagi orang tua pasien.
Breast milk jaundice adalah kondisi di mana bayi baru lahir memiliki kadar bilirubin total dan bilirubin indirek yang meningkat namun bukan karena etiologi lain. Bayi dengan kondisi ini biasanya datang dengan keluhan kulit dan sklera berwarna kuning yang timbul pada usia 1-2 minggu. Biasanya, bayi dengan kondisi ini diberikan ASI eksklusif, memiliki peningkatan berat badan yang normal, serta memiliki produksi urin dan feses yang cukup. Jika diperiksa, bayi dengan kuning cenderung memiliki bilirubin di atas 5 mg/dL, namun bayi hanya perlu memiliki kadar bilirubin 1.5 mg/dL untuk bisa didiagnosis dengan hiperbilirubinemia. Walaupun kondisi ini self-limiting, dokter masih perlu memantau kondisi bayi karena hiperbilirubinemia pada umur tersebut masih bisa disebabkan oleh penyebab lain yang konsekuensinya dapat lebih membahayakan, seperti misalkan hemolisis dan kolestasis. Kondisi-kondisi tersebut perlu disingkirkan dulu sebelum menetapkan diagnosis breast milk jaundice.
Bayi baru lahir pada umumnya punya kecenderungan untuk memiliki produksi bilirubin yang tinggi. Ini disebabkan oleh tingkat metabolisme sel darah merah yang cepat dan imaturitas enzim hati. Metabolisme sel darah merah yang meningkat ikut meningkatkan produksi bilirubin, sedangkan imaturitas enzim hati menghambat konjugasi bilirubin dan pada akhirnya, ekskresi bilirubin. Jika predisposisi bayi baru lahir terhadap hiperbilirubinemia sudah tinggi, ditambah dengan faktor genetik dan konsumsi ASI, risiko hiperbilirubinemia akibat peningkatan bilirubin indirek semakin meningkat.
Di ASI, terdapat faktor-faktor yang memiliki potensi untuk berkontribusi pada breast milk jaundice. Faktor-faktor tersebut adalah pregnane-3a, 20ß-diol, interleukin IL1ß, ß-glucuronidase, epidermal growth factor, dan alpha-fetoprotein. Pregnane-3a dipikirkan dapat menghambat konjugasi bilirubin. Hal ini berdampak pada gangguan ekskresi bilirubin. Ekskresi bilirubin juga dapat dihambat dengan IL1ß yang dipikirkan memiliki efek kolestatik sehingga produksi dan aliran cairan empedu menjadi terganggu. Mekanisme lain adalah dengan meningkatkan reabsorbsi bilirubin. ß-glucuronidase adalah enzim yang secara alami ada pada brush border usus. Enzim ini berfungsi dalam dekonjugasi bilirubin sehingga bilirubin direabsorpsi dan tidak terekskresi. Epidermal growth factor juga dapat meningkatkan reabsorpsi bilirubin di usus.
Breast milk jaundice tidak perlu tatalaksana khusus jika serum total bilirubin masih di bawah batas fototerapi yang direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics (AAP). Kuning pada tubuh biasanya hilang pada usia 8-12 minggu tanpa pembatasan ASI. Jika serum bilirubin total tetap di bawah 12 mg/dL, pemberian ASI tetap harus dilanjutkan. Jika serum bilirubin di atas 12 mg/dL namun masih di bawah ambang untuk fototerapi, serta tidak terbukti bahwa hemolisis terjadi, ASI juga tetap dilanjutkan. Jika bilirubin lebih dari 20 mg/dL, ASI diberhentikan namun cukup selama 24 jam.
Menurut AAP, di bayi aterm, fototerapi baru diindikasikan pada bayi berumur 25-48 jam yang memiliki serum bilirubin total 15 mg/dL, bayi umur 49-72 jam yang memiliki serum bilirubin 18 mg/dL ke atas, dan bayi berumur lebih dari 72 jam dengan total serum bilirubin di atas 20 mg/dL. Fototerapi bekerja dengan menyinari bayi menggunakan cahaya. Cahaya tersebut berfungsi untuk mengkonversi molekul bilirubin menjadi isomer yang larut dalam air. Isomer tersebut bisa dengan mudah diekskresikan dari tubuh, mengurangi kadar bilirubin di dalam serum.
Secara umum, breast milk jaundice adalah kondisi multifaktorial yang tidak terlalu berbahaya. Namun perlu dipastikan bahwa bayi benar memiliki breast milk jaundice dan bukan penyakit lain yang menyebabkan kuning. Hal ini karena konsekuensi penyakit lain yang lebih membahayakan. Jika benar breast milk jaundice, bilirubin perlu diperiksa untuk menentukan apakah ASI perlu dilanjutkan atau tidak, serta menentukan jika fototerapi diperlukan atau tidak.
Referensi:
1. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537334/
2. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK568792/
3. https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2002/0215/p599.html