Meta PixelDurasi Tidur yang Optimal Penting untuk Fungsi Kognitif Anak<!-- --> | Articles | <!-- -->PrimaKu - Pelopor Aplikasi Tumbuh Kembang Anak di Indonesia

Durasi Tidur yang Optimal Penting untuk Fungsi Kognitif Anak

Author: dr. Afiah Salsabila

4 Jul 2025

Topik: Sleeping disorder, Deep Sleep, Sleep Duration, Kognitif

Kemampuan kognitif anak merupakan elemen krusial dalam mendukung keberhasilan belajar dan fungsi sosial di sekolah. Salah satu determinan penting dari kapasitas kognitif adalah kualitas dan durasi tidur. Tidur yang tidak mencukupi telah terbukti berdampak negatif terhadap berbagai aspek fungsi kognitif, termasuk atensi, memori, dan fungsi eksekutif. (1)


Fungsi Tidur 

Tidur memainkan peran fundamental dalam menjaga keseimbangan homeostasis saraf pusat serta mendukung proses konsolidasi memori. Proses ini melibatkan berbagai struktur otak, termasuk hipokampus dan korteks prefrontal, yang berperan dalam penyimpanan memori dan pengambilan keputusan. Saat tidur, terjadi restorasi metabolik dan sinaptik yang memperkuat koneksi antarn-euron serta meningkatkan efisiensi kognitif pada siang hari. Jika waktu tidur tidak mencukupi, proses-proses ini tidak berlangsung optimal, yang mengakibatkan penurunan performa belajar dan kemampuan pemecahan masalah. (1)


Durasi Tidur yang Disarankan dan Hubungan dengan Fungsi Kognitif

American Academy of Sleep Medicine (AASM) merekomendasikan agar anak usia 6–12 tahun tidur selama 9–12 jam per hari, dan remaja usia 13–18 tahun tidur 8–10 jam per hari untuk mendukung kesehatan dan perkembangan optimal. Durasi tidur dalam rentang tersebut telah dikaitkan dengan peningkatan atensi, regulasi emosi, prestasi belajar, dan kualitas hidup yang lebih baik. Sebaliknya, kurang tidur berhubungan dengan peningkatan risiko gangguan perilaku, masalah emosional, dan kesulitan belajar. (1)

Sebuah meta-analisis oleh Short et al. mengkaji hubungan antara durasi tidur yang diukur secara objektif (menggunakan aktigrafi atau polisomnografi) dengan performa kognitif pada anak usia 5–13 tahun. Hasilnya menunjukkan adanya hubungan positif antara lamanya tidur dengan skor IQ verbal dan total IQ (r = 0,15), meskipun tidak semua domain kognitif (seperti memori kerja, atensi, atau kecepatan proses) menunjukkan korelasi yang bermakna. (2) Hal ini mengindikasikan bahwa tidur yang cukup berkontribusi secara signifikan terhadap kemampuan bahasa dan pemahaman verbal anak, yang menjadi fondasi penting dalam pembelajaran di sekolah.

Penelitian di Indonesia juga mendukung temuan ini. Studi yang dilakukan oleh Putra et al. (3)menunjukkan bahwa siswa sekolah dasar dengan durasi tidur yang cukup (≥8 jam) memiliki performa memori jangka pendek yang lebih baik dibandingkan anak yang kurang tidur (<7 jam).  Dalam studi tersebut, memori jangka pendek diukur menggunakan Forward Digit Span Test (FDST), dan hasil menunjukkan perbedaan signifikan secara statistik antara kelompok tidur cukup dan kelompok kurang tidur (p < 0,001).


Konsekuensi Klinis dari Kurang Tidur pada Anak

Kurang tidur pada anak tidak hanya memengaruhi fungsi kognitif, tetapi juga dapat memperburuk masalah perilaku dan emosional. Anak yang mengalami kekurangan tidur cenderung menunjukkan gejala impulsivitas, iritabilitas, dan kesulitan berkonsentrasi, yang dapat menyerupai gejala Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD). Selain itu, kurang tidur juga dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas, hipertensi, gangguan metabolik, dan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan. (1)

Penurunan fungsi memori akibat kurang tidur juga berkaitan dengan gangguan pada jalur saraf yang menghubungkan sistem auditorik, hipokampus, dan korteks prefrontal. (3) Proses encoding dan retrieval informasi terganggu apabila sistem saraf tidak mengalami pemulihan optimal selama tidur malam. (3)


Rekomendasi Klinis bagi Dokter Anak

Dokter anak memiliki peran penting dalam memantau dan mengedukasi keluarga mengenai pentingnya tidur yang cukup pada anak. Beberapa langkah klinis yang dapat dilakukan meliputi:

  1. Memberikan edukasi tentang durasi tidur yang sesuai usia, yaitu 9–12 jam untuk anak usia 6–12 tahun, dan 8–10 jam untuk remaja. (1)
  2. Mendorong kebiasaan tidur yang sehat (sleep hygiene), seperti konsistensi jadwal tidur dan bangun, pengurangan paparan layar elektronik sebelum tidur, dan menciptakan lingkungan tidur yang nyaman. (1)
  3. Skrining gangguan tidur secara rutin, terutama pada anak dengan keluhan gangguan belajar, gangguan perilaku, atau prestasi akademik yang menurun. Instrumen seperti Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC) dapat digunakan dalam praktik klinis. (3)
  4. Melakukan rujukan ke spesialis relevan bila ditemukan indikasi gangguan tidur kronik, sleep apnea, atau insomnia yang memerlukan evaluasi lanjutan. (1)



Kesimpulan

Tidur yang cukup dan berkualitas terbukti mendukung perkembangan kognitif anak, terutama dalam aspek memori dan kemampuan verbal yang krusial untuk keberhasilan akademik. Kurangnya tidur berkorelasi dengan penurunan fungsi kognitif, gangguan emosi, dan masalah kesehatan lainnya. Oleh karena itu, dokter anak perlu secara aktif mempromosikan tidur sehat sebagai bagian integral dari evaluasi kesehatan tumbuh kembang.


Daftar Pustaka

  1. Paruthi S, Brooks LJ, D’Ambrosio C, et al. Consensus statement of the American Academy of Sleep Medicine on the recommended amount of sleep for healthy children. J Clin Sleep Med. 2016;12(11):1549–1561. doi:10.5664/jcsm.6288
  2. Short MA, Blunden S, Rigney G, et al. Cognition and objectively measured sleep duration in children: a systematic review and meta-analysis. Sleep Health. 2018. doi:10.1016/j.sleh.2018.02.004
  3. Putra FH, Umma HA, Moelyo AG. Hubungan durasi tidur dengan memori jangka pendek pada siswa sekolah dasar. Sari Pediatri. 2024;26(3):152–157.