primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Formula Terhidrolisis: Solusi bagi Anak dengan Alergi Susu Sapi

Oleh: Editorial PrimaPro

Topik: Alergi Susu Sapi, Alergi

Alergi Susu Sapi (ASS) yang dialami oleh sekitar 6-8% anak di seluruh dunia merupakan salah satu jenis alergi makanan yang paling sering terjadi pada anak. ASS dapat bermanifestasi ke dalam berbagai gejala klinis seperti atopic dermatitis, urtikaria, muntah, diare atau konstipasi, hematochezia, baik yang tampak nyata maupun yang samar (occult bleeding), rhinitis dan asthma hingga kondisi yang langsung mengancam nyawa seperti anafilaksis. [1]

Cara terbaik menghindari ASS adalah dengan memberikan ASI eksklusif. Namun, ada kalanya ASI tidak dapat diberikan, sehingga anak harus mengonsumsi susu yang bukan ASI. Anak yang mengalami ASS tentu tidak dapat diberi susu formula standar yang mengandung protein susu sapi, sehingga pada kasus-kasus seperti ini anak harus mendapatkan susu yang sesedikit mungkin mengandung protein susu sapi atau yang mirip dengan protein susu sapi. Untuk ini, formula terhidrolisis bisa menjadi alternatif yang ideal. [2}

Formula terhidrolisis adalah susu sapi yang telah melalui proses enzimatik dan ultrafiltrasi untuk memotong protein di dalamnya menjadi peptida-peptida yang mempunyai ukuran lebih pendek. Ukuran yang lebih kecil ini diharapkan dapat merusak konformasi epitope yang menimbulkan alergi, sehingga kemampuannya untuk mencetuskan alergi ikut berkurang. [2,3]

Terdapat dua jenis susu terhidrolisis di pasaran: partially hydrolyzed formula (pHF) dan extensively hydrolyzed formula (eHF). Secara umum, pHF mengandung peptida yang memiliki berat molekul kurang dari 5 kDa, meskipun masih bisa berkisar antara 3-10 kDa. Sementara 90% kandungan eHF harus terdiri dari peptida pendek yang memiliki berat molekul kurang dari 3 kDa, dengan mayoritas memiliki berat molekul kurang dari 1.5 kDa, dan asam amino bebas. [3]

Susu pHF sudah ada sejak sekitar 30 tahun yang lalu. Formula ini telah dipasarkan sebagai susu yang hipoalergenik bagi penderita ASS. Beberapa studi telah dilakukan untuk mempelajari efeknya pada anak dengan ASS. Sayangnya, penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa pHF masih memiliki alergenisitas residual yang dapat membahayakan penderita ASS. [2]

Mempunyai rantai peptida yang lebih panjang daripada eHF, pHF masih dapat membentuk epitop yang dapat menstimulasi terjadinya alergi, meskipun tentu saja, tidak seperti epitope yang dibentuk oleh protein susu sapi yang tidak dihidrolisis. Menggunakan pHF pada penderita ASS mungkin dapat mengurangi risiko timbulnya ASS tetapi tidak menjamin bahwa bayi atau anak tidak alergi terhadap pHF. Bila manifestasi alerginya lumayan berat, penggunaan pHF bisa berisiko.

Berbeda dengan pHF, eHF mempunyai rantai asam amino yang sangat pendek, bahkan mungkin hampir sependek asam amino tunggal, sehingga tidak mempunyai kemampuan membentuk epitope. Tanpa adanya epitope, eHF tidak akan mampu menstimulasi reaksi alergi, yang secara signifikan dapat menurunkan gejala alergi. eHF merupakan pilihan bila kita tidak ingin menstimulasi alergi sama sekali. Menurut Stróżyk et al4, formula eHF dapat ditoleransi dengan baik oleh mayoritas anak-anak dengan ASS. Oleh karena itu, guideline-guideline dari badan-badan kesehatan internasional, seperti The World Allergy Organization Diagnosis and Rationale for Action against Cow’s Milk Allergy (WAO-DRACMA) dan American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan untuk menggunakan eHF sebagai terapi lini pertama bagi anak dengan ASS. [2]

Kesimpulannya, susu terhidrolisis, khususnya eHF adalah jenis formula yang ideal untuk anak non-breastfed dengan ASS. Hal ini karena peptida-peptida yang dikandungnya memiliki berat molekul yang lebih rendah sehingga menjadikannya lebih hipoalergenik daripada pHF dan tentu saja juga lebih hipoalergenik bila dibandingkan dengan formula susu sapi biasa. Organisasi-organisasi kesehatan di dunia telah memilih eHF sebagai pilihan terapi lini pertama bagi anak dengan ASS.

Referensi:

  1. Edwards CW, Younus MA. Cow Milk Allergy. [Updated 2023 Jun 26]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK542243/
  2. Zepeda-Ortega B, Goh A, Xepapadaki P, Sprikkelman A, Nicolaou N, Hernandez REH, Latiff AHA, Yat MT, Diab M, Hussaini BA, Setiabudiawan B, Kudla U, van Neerven RJJ, Muhardi L, Warner JO. Strategies and Future Opportunities for the Prevention, Diagnosis, and Management of Cow Milk Allergy. Front Immunol. 2021 Jun 10;12:608372. doi: 10.3389/fimmu.2021.608372. PMID: 34177882; PMCID: PMC8222906.
  3. D'Auria E, Salvatore S, Acunzo M, Peroni D, Pendezza E, Di Profio E, Fiore G, Zuccotti GV, Verduci E. Hydrolysed Formulas in the Management of Cow's Milk Allergy: New Insights, Pitfalls and Tips. Nutrients. 2021 Aug 12;13(8):2762. doi: 10.3390/nu13082762. PMID: 34444922; PMCID: PMC8401609.
  4. Stróżyk A, Horvath A, Meyer R, Szajewska H. Efficacy and safety of hydrolyzed formulas for cow's milk allergy management: A systematic review of randomized controlled trials. Clin Exp Allergy. 2020 Jul;50(7):766-779. doi: 10.1111/cea.13669. Epub 2020 Jun 11. PMID: 32446273.
familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: