
Infeksi HIV pada Anak
25 Jan 2018
Author: dr. Afiah Salsabila
7 Mar 2024
Topik: cytomegalovirus, Neonatus, Kongenital
Cytomegalovirus (CMV) adalah sejenis virus herpes yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Virus ini umumnya tidak berbahaya bagi orang yang sehat, tetapi dapat menimbulkan komplikasi serius pada bayi dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Infeksi CMV kongenital pada janin dan bayi baru lahir dapat menyebabkan risiko kerusakan organ permanen, hilangnya pendengaran, dan gangguan neurologis.
CMV adalah virus yang sangat umum. Sekitar 59% anak di bawah usia 6 tahun telah terpapar dengan CMV. Transmisi CMV terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh yang terinfeksi, seperti produk darah, liur, air mata, urine, kontak langsung, transmisi seksual, dan air susu ibu. CMV juga bisa ditularkan secara perinatal. Anak-anak dapat tertular CMV melalui kontak dengan pengasuh atau saudara yang terinfeksi. Penularan CMV juga dapat terjadi secara vertikal ketika kehamilan atau persalinan jika ibu terinfeksi.
Ketika CMV telah ditularkan dan infeksi primer telah hilang, virus menetap di sel myeloid dan menjadi dorman. Sel T sitotoksik menyebabkan replikasi virus terhambat. Namun, jika imunitas sedang tidak baik, reaktivasi virus dapat terjadi dan cirus dapat dilepaskan kembali ke aliran darah dan cairan tubuh, menyebabkan pasien menjadi infeksius kembali dan mengalami gejala. Gejala yang dapat terjadi pada pasien simtomatis adalah demam dan ruam. CMV juga dapat menyerang organ lain dan menyebabkan hepatitis, retinitis, esophagitis, kolitis, pneumonitis, poliradikulopati, myelitis, dan encephalitis.
JIka ditularkan dari ibu ke janin, CMV dapat menyebabkan komplikasi neurologis seperti mikrosefali, hydrocephalus, keterlambatan perkembangan, dan kejang pada anak. Anak dengan infeksi kongenital juga berisiko mengalami hilang pendengaran progresif dan gangguan penglihatan akibat retinitis CMV. Pada anak dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, CMV dapat menyebabkan penyakit hati, paru-paru, ginjal, sumsum tulang, dan sistem pencernaan lainnya dapat timbul akibat infeksi CMV.
Pemeriksaan baku emas CMV adalah biopsi, namun pemeriksaan ini sulit dan invasif. Modalitas yang lebih sering dipakai adalah PCR kuantitatif untuk mendeteksi viral load. Dalam menginterpretasi hasil Polymerase Chain Reaction (PCR), perlu diperhatikan bahwa pada pasien imunokompromais, viral load bisa tidak terdeteksi, maka hasil yang negatif belum bisa menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi CMV.
Tatalaksana CMV untuk pasien dengan gejala minimal belum memerlukan terapi antivirus, cukup diberikan terapi suportif. Namun, jika, gejalanya sudah berat, antivirus baru diindikasikan. Saat ini, agen antivirus yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat untuk mengobati infeksi CMV adalah ganciclovir, cidofovir, valganciclovir, dan foscarnet. Pemberian obat antivirus perlu dilakukan dengan hati-hati karena toksisitasnya cukup tinggi.
Pencegahan primer melalui vaksinasi rutin atau profilaksis obat saat ini belum tersedia. Namun, beberapa langkah pencegahan sekunder dapat dilakukan, seperti mencuci tangan dan menghindari berbagai peralatan makan/minum dengan anak yang terinfeksi. Selain itu, penyuluhan mengenai bahaya CMV bagi ibu hamil dan imunokompromais penting untuk dilakukan.
CMV adalah infeksi virus yang umum pada anak dan biasanya tidak berbahaya. Namun, komplikasi serius seperti hilangnya pendengaran atau kerusakan otak permanen dapat terjadi jika terjadi pada janin dan anak yang sistem pertahanan tubuhnya lebih rentan. Peran edukasi pada orangtua juga vital agar mereka waspada terhadap potensi bahaya CMV bagi janin dan anak-anak yang rentan.
Referensi:
Gupta M, Shorman M. Cytomegalovirus. [Updated 2023 Aug 8]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459185/