MPASI Fortifikasi Bisa Mengurangi Risiko Anemia Defisiensi Besi, Mitos vs Fakta?
Author: Dhia Priyanka
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A
Topik: Anemia Defisiensi Besi , MPASI Fortifikasi
Anemia defisiensi besi (ADB) rentan dialami setiap kelompok usia anak, khususnya usia balita (0-5 tahun). Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, 1 dari 3 anak Indonesia berusia di bawah 5 tahun mengalami anemia. Hal ini tentu dapat berdampak jangka panjang dan memengaruhi kualitas generasi masa depan. Dibutuhkan langkah tepat agar anak tidak mengalami ADB yang berpotensi menghambat pertumbuhan kognitif, motorik, sensorik, dan sosial anak. Bagaimana sih intervensi yang bisa dilakukan para orang tua?
Pengertian Anemia Defisiensi Besi
Secara sederhana anemia sering diartikan sebagai kekurangan darah. Secara teoritis anemia merupakan istilah untuk menjelaskan rendahnya nilai hemoglobin (Hb) sesuai dengan umur dan jenis kelamin. Pada anak anak, kekurangan zat besi atau Anemia defisiensi Besi (ADB) merupakan penyebab anemia terbanyak. Prevalensi anemia defisiensi besi di Indonesia masih sangat tinggi, terutama pada wanita hamil, anak balita, usia sekolah dan pekerja berpenghasilan rendah. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi anemia pada anak usia 0-59 bulan sekitar 38,5%.
Anak dinyatakan anemia jika kadar hemoglobin <10,5 g/dl untuk usia 6-24 bulan dan <11,5 g/dl usia 2-5 tahun.
Prevalensi tertinggi anemia defisiensi besi (ADB) pada masa bayi disebabkan karena terdapat defisiensi besi saat kehamilan, yaitu berkurangnya cadangan besi dan percepatan tumbuh kembang anak yang disertai rendahnya asupan besi dari makanan. Untuk mencegah ADB di 1000 hari pertama kehidupan, berikut yang harus dilakukan:
- Ibu hamil konsumsi makanan tinggi zat besi dan tablet tambah darah
- Bayi usia 6 bulan konsumsi MPASI tinggi zat besi dengan penyerapan tinggi, seperti daging, hati, ikan.
Tantangan Pemenuhan Zat Besi Periode MPASI
Pada periode MPASI, penyebab utama anemia di Indonesia adalah kurangnya asupan zat besi pada bayi. Sayangnya, literasi gizi yang rendah misalnya ketika Ibu tidak mengetahui komposisi MPASI yang baik, dapat menyebabkan asupan zat besi dari MPASI tidak mencukupi kebutuhan harian yang diperlukan oleh bayi. Plus, jika pilihan makanan yang diberikan pada anak terlalu terbatas, misalnya hanya memberikan satu jenis makanan atau sumber zat besi tertentu, maka bayi mungkin tidak mendapatkan keanekaragaman nutrisi yang cukup, termasuk zat besi. Tantangan lainnya adalah akseptabilitas (daya terima) anak yang mempengaruhi jumlah konsumsi MPASI karena ukuran lambung anak yang kecil sedangkan untuk memenuhi kebutuhan besi harian, bayi perlu konsumsi makanan dalam jumlah besar. Sebagai gambaran, untuk memenuhi 10,7 mg zat besi diperlukan 126 gram (4 buah ukuran sedang) hati ayam, 350 gram bayam, 765 gram daging ayam. Jumlah makanan yag besar ini sangat sulit sekali untuk dikonsumsi oleh bayi.
Pemenuhan Zat Besi melalui MPASI Fortifikasi
Pemberian MPASI harus dapat memenuhi kebutuhan zat gizi makro dan mikro pada bayi, terutama zat besi. Sebesar 97% kebutuhan zat besi bayi berusia ≥ 6 bulan harus dapat dipenuhi dari MPASI, baik MPASI rumahan ataupun MPASI fortifikasi kemasan. MPASI fortifikasi adalah makanan yang diperkaya dengan zat gizi mikro esensial, dengan tujuan untuk mencegah atau memperbaiki defisiensi satu atau lebih zat gizi mikro pada masa kritis pemberian MPASI. Penelitian di Indonesia menunjukkan bayi berusia 6 – 24 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan dan mengonsumsi MPASI rumahan mempunyai kadar hemoglobin, besi serum, dan feritin lebih rendah dibandingkan bayi yang mengonsumsi MPASI komersial yang difortifikasi. Selain itu, rekomendasi WHO terbaru juga menunjukkan bahwa pemberian MPASI fortifikasi pada bayi juga dapat mengurangi risiko anemia sebesar 43%.
Sebuah studi juga menunjukkan bahwa fortifikasi bisa meningkatkan serapan nutrisi dikarenakan kandungan mineral dan vitamin yang terjaga di dalamnya.
Untuk memenuhi kebutuhan zat besi dan mencegah ADB, MomDad dapat memberikan Promina yang memiliki gizi lengkap dan seimbang. Selain itu, Promina tanpa bahan pengawet, MSG, dan perisa buatan sehingga aman untuk si Kecil. Promina merupakan makanan bayi terlengkap dengan formula tepat, yaitu:
- Tekstur Tepat: untuk stimulasi keterampilan makan, pertumbuhan gigi, serta kemampuan bicara.
- Variasi rasa tepat: kenalkan si Kecil berbagai variasi rasa agar kelak tidak pilih-pilih makanan (picky eater).
- Nutrisi Tepat: semua produk Promina mengandung zat gizi makro dan difortifikasi vitamin A, C, E & Zinc untuk membantu imunitas si Kecil, tinggi zat besi, serta omega 3 & 6 untuk kecerdasan otak.
- Usia Tepat: berikan si Kecil beragam jenis makanan sesuai tahapan usianya.
Jangan ragu MomDad untuk memilih MPASI Fortifikasi untuk penuhi gizi si Kecil sehingga si Kecil dapat tumbuh optimal dan senantiasa bereksplorasi.
Referensi:
- Setianingsih I, Anemia defisiensi besi dan prestasi. Dalam: Wahidiyat I, Gatot D, Mangunatmaja I, Penyunting. Perkembangan mutakhir penyakit hematology onkologi anak. PKB XXIV, Jakarta, 1991, hal:79-92
- Endang Windiastuti (Ikatan Dokter Anak Indonesia). ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA BAYI DAN ANAK. 5 September 2013.
- Ildikó Csölle, MSc, Regina Felső, MSc, Éva Szabó, MD, Maria-Inti Metzendorf, MA, Lukas Schwingshackl, PhD, Tamás Ferenci, PhD, dan Szimonetta Lohner, MD. Health outcomes associated with micronutrient-fortified complementary foods in infants and young children aged 6–23 months: a systematic review and meta-analysis. Lancet Child Adolesc Health. 2022 Aug; 6(8): 533–544.