Nyeri Punggung pada Anak
Oleh: dr. Afiah Salsabila
Topik: Sport Medicine, Ortopedi, Rehabilitasi Medik, Skoliosis, Nyeri Punggung, Back Pain, Disabilitas, Kecelakaan
Nyeri punggung tak hanya bisa dialami oleh orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak. Penyebab nyeri punggung pada anak beragam, mulai dari gangguan muskuloskeletal ringan, hingga kondisi serius yang membutuhkan perhatian segera. Salah satu penyebab paling umum adalah ketegangan otot. Hal ini yang biasanya terjadi akibat aktivitas fisik atau perubahan muskuloskeletal selama masa pertumbuhan. Ketegangan otot ini sering kali bersifat sementara dan membaik dengan istirahat serta terapi fisik. [1]
Selain itu, deformitas tulang belakang seperti kifosis Scheuermann dan skoliosis idiopatik dapat menjadi sumber nyeri kronis pada anak-anak. Kondisi ini biasanya berkaitan dengan keluhan postur tubuh dan sering kali memerlukan evaluasi lebih lanjut. [2] Pada anak-anak yang aktif secara fisik, cedera stres (stress injury) seperti spondilolisis dan spondilolistesis sering ditemukan, terutama pada mereka yang berpartisipasi dalam kegiatan olahraga yang melibatkan gerakan berulang seperti senam atau sepak bola. [2]
Beberapa kondisi yang lebih serius, seperti diskitis atau osteomielitis vertebra, ditandai dengan gejala tambahan seperti demam, nyeri hebat yang memburuk di malam hari, atau kesulitan berjalan. Kondisi ini membutuhkan penanganan segera untuk mencegah komplikasi. [3]
Pendekatan Diagnostik
Riwayat Klinis
Langkah pertama dalam diagnosis adalah mengumpulkan riwayat medis yang terperinci. Dokter perlu menanyakan karakteristik nyeri, termasuk lokasi, intensitas, pola waktu, serta aktivitas fisik yang berpotensi menjadi faktor pemicu. Riwayat keluarga, seperti adanya penyakit tulang belakang atau gangguan autoimun, juga harus menjadi perhatian. Gejala yang mengarah pada kondisi serius, seperti nyeri pada malam hari, atau gejala neurologis, menjadi tanda bahaya yang memerlukan evaluasi lebih lanjut. [1]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi postur tubuh untuk mendeteksi deformitas seperti skoliosis, serta evaluasi gerakan tulang belakang untuk menentukan apakah nyeri dipicu oleh gerakan tertentu. Tes seperti FABER dapat digunakan untuk mengevaluasi sendi sakroiliaka jika dicurigai adanya inflamasi, sementara stork test membantu mendeteksi spondilolisis. [1,4]
Pemeriksaan Penunjang
Radiografi biasanya menjadi langkah pertama untuk mendeteksi kelainan struktural seperti fraktur atau deformitas. MRI disarankan jika ada kecurigaan terhadap masalah jaringan lunak seperti herniasi diskus atau tumor. [1] Tes laboratorium, termasuk ESR dan CRP, sangat berguna dalam mengidentifikasi infeksi atau inflamasi. [3]
Strategi Tata Laksana
Manajemen Konservatif
Sebagian besar kasus nyeri punggung pada anak dapat diatasi dengan pendekatan konservatif. Relative rest sangat penting untuk mengurangi tekanan pada area yang terkena. Pada relative rest, anak tidak perlu berhenti sepenuhnya dari melakukan berbagai aktivitas, tetapi anak perlu menghindari aktivitas berat hingga gejala membaik. Terapi fisik yang fokus pada penguatan otot inti (core muscles) dan peregangan otot membantu mempercepat pemulihan dan mencegah kekambuhan. [2,4] Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dapat digunakan untuk meredakan nyeri, tetapi harus diberikan di bawah pengawasan medis selama waktu yang singkat. [1]
Intervensi Tambahan
Untuk kondisi yang lebih serius, seperti spondilolisis atau kifosis yang berat, penggunaan brace tulang belakang dapat membantu menstabilkan area yang terkena dan mengurangi tekanan pada tulang belakang. [2] Sementara itu, intervensi bedah hanya dipertimbangkan jika nyeri tidak membaik dengan terapi konservatif, atau jika deformitas menyebabkan gangguan fungsi, seperti misalkan, kesulitan bernapas yang bisa terjadi pada kasus skoliosis berat. [2,4]
Kesimpulan
Nyeri punggung pada anak dan remaja sering kali dianggap sepele, tetapi dampaknya terhadap kualitas hidup mereka sangat signifikan. Dengan memahami penyebab utama, pendekatan diagnostik, dan strategi penanganan yang efektif, dokter anak dapat membantu pasiennya mengatasi kondisi ini dengan lebih baik. Diagnosis yang tepat waktu dan pengelolaan yang hati-hati tidak hanya mencegah komplikasi jangka panjang tetapi juga memastikan anak dapat kembali menjalani kehidupan yang aktif dan sehat.
Referensi
- Achar S, Yamanaka J. Back pain in children and adolescents. Am Fam Physician. 2020;102(1):19-28. Available from: https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2020/0701/p19.html
- Bouras T, Korovessis P. Management of spondylolysis and low-grade spondylolisthesis in fine athletes. Eur J Orthop Surg Traumatol. 2015
- Dartnell J, Ramachandran M, Katchburian M. Haematogenous acute and subacute paediatric osteomyelitis: A systematic review of the literature. J Bone Joint Surg Br. 2012;94(5):584-95.
- Klein G, Mehlman CT, McCarty M. Nonoperative treatment of spondylolysis and grade I spondylolisthesis in children and young adults: A meta-analysis of observational studies. J Pediatr Orthop. 2009;29(2):146-56.