PrimaKu - Pelopor Aplikasi Tumbuh Kembang Anak di Indonesia

Mitra resmi kami:

Home

Artikel

Tentang Kami

Unduh PrimaKu di:

Pentingnya Vaksinasi untuk Memberantas Polio

Oleh: dr. Afiah Salsabila

Topik: SUB-PIN Polio, Polio, Imunisasi Polio

Cakupan vaksinasi yang rendah menjadi penyebab munculnya KLB-KLB Polio belakangan ini. Program-program vaksinasi polio perlu digencarkan lagi untuk mengembalikan status bebas polio di Indonesia.

Pendahuluan

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, polio merupakan masalah kesehatan global yang merajalela. Pada tahun 1988, The World Health Assembly berkomitmen untuk mengeradikasi polio dengan merekomendasikan program vaksinasi rutin untuk diimplementasikan di seluruh penjuru dunia. Sejak itu, kebanyakan negara di dunia telah berhasil menyatakan dirinya bebas dari polio. [1] Walaupun demikian, kasus polio mulai muncul lagi. Hal ini diperkirakan karena cakupan vaksinasi yang berkurang belakangan ini. Hal ini diakibatkan oleh berbagai macam faktor. khususnya kewaspadaan yang berkurang sejak Indonesia dinyatakan bebas polio oleh SEARO pada tahun 2014, serta pandemi COVID-19 yang menurunkan akses terhadap vaksin polio rutin. [2]

Kejadian Luar Biasa Polio

Outbreak, atau Kejadian Luar Biasa (KLB) polio ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia, seperti Aceh, Papua, Purwakarta, Klaten, Pamekasan, Sampang, dan Bangkalan. Menurut data dari KEMENKES RI, 32 provinsi dan 399 kabupaten di indonesia risiko tinggi polio. [2]. Varian polio yang kerap ditemukan pada KLB-KLB tersebut adalah cVDP1 dan cVDPV2. Pada kasus yang sangat langka, ditemukan juga varian nOPV2 pada karier sehat di Mimika. [2,3.4] Acute Flaccid Paralysis (AFP), atau juga dikenal dengan lumpuh layuh merupakan manifestasi klinis polio yang menyebabkan morbiditas tinggi pada penderitanya. Karena meningkatnya angka polio, angka AFP juga ikut meningkat. Peningkatan ini memuncak pada tahun 2023. [1,3]

Vaksinasi Polio

Untuk memitigasi peningkatan KLB polio dan insidensi AFP, vaksinasi polio perlu ditingkatkan. Hal ini perlu dilakukan dengan menggalakkan imunisasi rutin, imunisasi tambahan, pemantauan AFP, dan mengamankan Virus Polio Liar (VPL) di lab. Usaha-usaha untuk meningkatkan higienitas lingkungan juga penting agar makanan dan minuman tidak terkontaminasi dengan feses yang terkontaminasi dengan virus polio. [1,2,5]

Vaksinasi rutin yang dimaksud sebelumnya meliputi pemberian Oral Polio Vaccine (OPV) pada usia 1, 2, 3, dan 4 bulan, serta pemberian Injectable Polio Vaccine (IPV) pada usia 4 bulan dan 9 bulan. Anak-anak yang belum pernah mendapatkan vaksin polio pada usia-usia tersebut perlu diberikan vaksin polio secepatnya. Target cakupan untuk imunisasi rutin adalah di atas 95%. Program untuk meningkatkan vaksinasi catch-up seperti Bulan Imunisasi Anak Sekolah telah dilakukan, tetapi cakupannya masih belum cukup luas. Program terbaru yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan vaksin adalah PIN Polio pada tanggal 23-29 Juli 2024 lalu. Pada program ini, partisipan diberikan vaksin nOPV2 sebanyak 2 kali dengan interval 28 hari dari pemberian pertama ke yang kedua. [2,5]

Kesimpulan

Vaksinasi merupakan faktor utama dalam pencegahan polio, sehingga harus terus digencarkan walaupun polio sudah sangat jarang keberadaanya. Untuk meningkatkan angka vaksinasi, perlu dilakukan program vaksinasi rutin dan vaksinasi tambahan, serta upaya-upaya promosi kesehatan untuk menyebarluaskan informasi mengenai keberadaannya. Diharapkan dengan demikian cakupan vaksinasi polio bisa bertambah dan polio kembali tereradikasi di Indonesia.