Perilaku Seksual pada Anak, Kapan Disebut Normal vs Tidak?
Oleh: Dhia Priyanka dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A (Editor)
Topik: Perilaku Seksual Anak, Parenting, Tips Parenting, Lifestyle
Anak mulai tertarik untuk melakukan eksplorasi tubuhnya dengan berbagai cara, seperti menyentuh, menarik, menggosok bagian-bagian tubuhnya, termasuk alat kelaminnya. MomDad perlu memberikan bimbingan kepada anak tentang berbagai anggota tubuh dan fungsinya. American Academy of Pediatrics mengeluarkan pedoman mengenai beberapa perilaku yang dapat dikategorikan normal, dan umum dijumpai pada anak usia 2-6 tahun, hingga yang dikategorikan tidak normal. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Diterjemahkan dan diadaptasi dari American Academy of Pediatrics (AAP) clinical report, Evaluation of Sexual Behaviors in Children.
MomDad perlu berhati-hati jika didapatkan salah satu dari perilaku berikut:
- Perilaku seksual yang seringkali muncul dan tidak dapat didistraksi
- Mengakibatkan stres emosional atau fisik untuk anak maupun orang lain
- Berhubungan dengan agresi fisik
- Melibatkan unsur pemaksaan
- Menyerupai perilaku seksual orang dewasa
Tips Mengajarkan “Body Safety” pada Anak
MomDad perlu mengajarkan konsep "body safety" sejak anak berusia 3-5 tahun dengan cara:
- Gunakan bahasa yang seharusnya, misalnya penis, vagina, kelamin, payudara, bokong dan istilah-istilah lain untuk area pribadi lainnya. Penggunaan istilah khusus untuk area tubuh tertentu dapat memberikan gambaran seakan istilah/bahasa yang seharusnya memiliki “keburukan”. Ajarkan juga bahwa area tubuh yang tertutup baju renang/pakaian dalam adalah area pribadi.
- Ajari norma kesopanan, misalnya tidak keluar kamar mandi tanpa busana, terlebih saat ada tamu di rumah.
- Jangan memaksakan tindakan ungkapan kasih sayang, misalnya jangan memaksa anak untuk mencium/memeluk orang yang tidak ingin ia peluk/cium. Pemaksaan kepada anak, terutama apabila dilakukan oleh sosok yang ia percayai, dapat membingungkan anak. Tekankan kepada anak bahwa tubuhnya adalah miliknya sendiri, dan ia dapat berkata tidak untuk menjaga tubuhnya. Juga ajari anak untuk selalu memberitahu orang tua atau orang dewasa lain yang dipercaya apabila mereka disentuh di area pribadi mereka.
- Jelaskan perbedaan “sentuhan baik” vs “sentuhan buruk”. Sentuhan baik misalnya saat orang menunjukkan kasih sayang atau perhatian satu sama lain (memeluk, mengganti popok, memegang tangan). Sentuhan buruk adalah sentuhan yang tidak disukai (memukul, menendang atau menyentuh area pribadi). Ajari anak untuk mengatakan tidak dan segera memberitahu orang tua apabila ada sentuhan yang membingungkan dan menakutkan bagi mereka.
- Berikan aturan tegas pada anak. Ajari anak bahwa jika ada yang melihat/menyentuh bagian pribadi mereka, sudah pasti tidak baik/tidak boleh. Anak akan lebih mudah mendeteksi “sentuhan buruk” jika mereka memiliki “aturan” jelas di benak mereka.
- Batasi penggunaan media. Kenali klasifikasi rating video game, film dan acara televisi dan gunakan fitur parental control agar apa yang masuk dan diterima anak sudah tersaring dan sesuai usia.
- Ajak anak mengobrol tentang hal ini berulang-ulang, misalnya saat mandi/waktu tidur, atau saat anak akan mengalami situasi baru (misal bergabung di kegiatan ekstrakurikuler, memulai les di tempat baru, dll).
- Persiapkan diri untuk pertanyaan. Jangan tertawakan anak untuk pertanyaan yang menurut anda lucu/memalukan. Berikan jawaban singkat, dan tanyakan anak apabila masih ada yang ia ingin ketahui.
Penting untuk memberikan edukasi seks yang sesuai dengan usia anak, mempertimbangkan perkembangan fisik dan emosional mereka. Dengan memberikan pendidikan seks yang akurat dan mendukung, kita dapat membantu anak tumbuh dengan pemahaman yang sehat tentang tubuh dan seksualitas, serta kemampuan untuk membuat keputusan yang bijak dalam kehidupan mereka.
Referensi: Sexual Behaviors in Young Children: What’s Normal, What’s Not? - HealthyChildren.org
Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.