Rekomendasi Tata Laksana Otitis Media Supuratif Kronik
Oleh: dr. Afiah Salsabila
Topik: Vaksin Anak, Infeksi Telinga, Infeksi
Pendahuluan
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah peradangan kronis pada telinga tengah yang ditandai oleh perforasi membran timpani dengan keluarnya cairan (otorea) persisten atau hilang timbul selama lebih dari dua minggu. Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk gangguan pendengaran dan infeksi intrakranial. Berdasarkan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) dan American Academy of Pediatrics (AAP), OMSK memerlukan diagnosis yang tepat dan penanganan yang komprehensif untuk mencegah dampak jangka panjang pada anak-anak dan remaja. [1,2]
Di Indonesia, prevalensi OMSK dilaporkan mencapai 3,8% dari populasi, dengan kasus terbanyak ditemukan di daerah dengan akses terbatas terhadap pelayanan kesehatan. Menurut survei Kementerian Kesehatan, OMSK merupakan salah satu penyebab utama gangguan pendengaran pada anak, yang dapat berdampak pada perkembangan kognitif dan bahasa mereka. [1]
Diagnosis OMSK
Diagnosis OMSK didasarkan pada kombinasi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis, pasien biasanya mengeluhkan keluarnya cairan dari lubang telinga yang berlangsung lebih dari dua minggu, disertai penurunan pendengaran, rasa penuh di telinga, atau tinitus. Gejala tambahan seperti demam tinggi, nyeri kepala, atau defisit neurologis harus diwaspadai sebagai tanda komplikasi yang memerlukan penanganan segera. [1,2]
Pemeriksaan fisik melalui otoskopi sangat penting untuk mengevaluasi kondisi membran timpani dan telinga tengah. OMSK tipe tubotimpani (tipe aman) ditandai dengan perforasi sentral membran timpani, sementara OMSK tipe atikoantral (tipe bahaya) menunjukkan perforasi marginal atau atik yang sering disertai kolesteatoma. Pemeriksaan penunjang seperti audiometri nada murni digunakan untuk menilai derajat gangguan pendengaran, sedangkan CT scan resolusi tinggi diperlukan untuk mendeteksi komplikasi intrakranial atau keberadaan kolesteatoma. [1,2]
Tatalaksana OMSK
Tatalaksana OMSK bertujuan untuk mengeradikasi infeksi, mencegah komplikasi, dan memulihkan fungsi pendengaran. Pedoman PNPK dan AAP merekomendasikan terapi kombinasi yang mencakup pengobatan medis dan intervensi bedah pada kasus tertentu.
Terapi medis dimulai dengan pembersihan telinga (aural toilet) untuk menghilangkan sekret dan debris, yang dapat meningkatkan efektivitas terapi topikal. Antibiotik topikal seperti ciprofloxacin adalah pilihan pertama untuk mengatasi infeksi bakteri, terutama Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Antibiotik sistemik diberikan pada kasus dengan tanda-tanda komplikasi atau jika terapi topikal tidak memberikan perbaikan yang memadai. [1,2]
Intervensi bedah diperlukan pada OMSK tipe bahaya atau jika terapi konservatif gagal. Timpanoplasti dilakukan untuk memperbaiki perforasi membran timpani dan memulihkan pendengaran, sedangkan mastoidektomi direkomendasikan pada pasien dengan kolesteatoma atau komplikasi intratemporal lainnya. AAP menekankan pentingnya evaluasi audiometri dan pencitraan sebelum tindakan bedah untuk menentukan tingkat kerusakan jaringan dan risiko komplikasi.[2]
Komplikasi OMSK
OMSK dapat menyebabkan komplikasi lokal maupun sistemik jika tidak ditangani dengan baik. Komplikasi intratemporal meliputi gangguan pendengaran, labirintitis, dan paresis saraf fasialis. Komplikasi ekstratemporal yang lebih serius mencakup mastoiditis, abses otak, meningitis, dan trombosis sinus lateral. Sebuah studi di Turki melaporkan bahwa komplikasi intrakranial terjadi pada 30,6% pasien dengan OMSK, sementara komplikasi ekstrakranial ditemukan pada 47,1% pasien. [1]
AAP juga mencatat bahwa gangguan pendengaran akibat OMSK dapat menghambat perkembangan bahasa dan kemampuan belajar pada anak. Oleh karena itu, deteksi dini dan penanganan agresif menjadi sangat penting untuk mencegah dampak jangka panjang. [2]
Pencegahan dan Edukasi
Pencegahan OMSK melibatkan penanganan otitis media akut yang adekuat, peningkatan kebersihan telinga, dan pengurangan faktor risiko seperti paparan infeksi saluran napas atas yang berulang. Edukasi kepada orang tua dan pasien sangat penting untuk memastikan kepatuhan terhadap pengobatan dan pemantauan berkala. PNPK merekomendasikan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi tanda-tanda komplikasi dini dan mengevaluasi keberhasilan terapi. [1]
AAP menambahkan bahwa penggunaan vaksin seperti vaksin pneumokokus dan Haemophilus influenzae tipe b (Hib) dapat mengurangi risiko infeksi yang dapat berkembang menjadi OMSK. Edukasi mengenai pentingnya imunisasi ini harus menjadi bagian dari strategi pencegahan yang diberikan kepada keluarga pasien. [2]
Kesimpulan
OMSK adalah penyakit kronis yang memerlukan pendekatan diagnostik dan pengobatan yang menyeluruh. Berdasarkan pedoman PNPK dan AAP, terapi OMSK harus dimulai dengan pengobatan medis, diikuti oleh intervensi bedah jika diperlukan. Edukasi kepada pasien dan keluarganya menjadi kunci dalam pencegahan dan pengelolaan penyakit ini. Dengan diagnosis dini dan tatalaksana yang tepat, risiko komplikasi OMSK dapat diminimalkan, sehingga meningkatkan kualitas hidup anak secara signifikan.
Referensi
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Otitis Media Supuratif Kronik. Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2018.
- American Academy of Pediatrics. Otitis Media: Clinical Practice Guideline. Pediatrics. 2016;138(6)