Vaksin Pneumokokus Konjugat: Melindungi Anak dari Penyakit Invasif
Oleh: dr. Afiah Salsabila
Topik: Vaksin Anak, pneumococcus, Imunisasi Dasar
Infeksi streptococcus pneumoniae merupakan salah satu pembunuh utama balita di dunia, menyumbang sekitar 11% kematian anak di bawah 5 tahun. Angka ini masih diperkirakan lebih rendah dari angka mortalitas yang sesungguhnya. Bakteri ini bisa bermanifestasi sebagai pneumonia, meningitis, otitis media dan sepsis, menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah dengan pemberian vaksinasi terhadap bakteri ini. Mari kita mengenali vaksin konjugat pneumokokus (PCV) lebih lanjut untuk bisa tahu manfaat, cara pemberiannya, serta hal-hal yang harus diperhatikan seputar administrasinya.
Saat ini, tersedia dua jenis formulasi vaksin PCV, yaitu vaksin konjugat dan vaksin polisakarida. Kedua tipe vaksin mencetuskan pembentukan imunisasi aktif terhadap serotipe konjugat dan polisakarida kapsular yang dikandung oleh vaksin. Kekebalan tubuh terhadap serotipe bakteri terkait biasanya muncul dua hingga tiga minggu setelah vaksinasi dan tahan hingga lima tahun. Vaksin konjugat yang ada di Indonesia saat ini adalah PCV10, PCV13 dan PCV15, sedangkan vaksin polisakarida yang tersedia adalah PPSV 23.
PCV13 berisi polisakarida kapsular murni yang terkonjugasi pada protein karier. Vaksin ini memberi perlindungan terhadap 1,3,4,5,6B,7F,9V,14,18C,19A,19F, dan 23F. Serotipe-serotipe tersebut terkonjugasi pada protein CRM197 secara sendiri-sendiri. PCV15 memiliki serotipe-serotipe terkonjugasi yang terdapat di PCV13 namun ditambah dengan serotipe 22F dan 33F, memberi perlindungan terhadap total 15 serotipe pneumokokus. Efektivitas pembentukan imunitas terhadap 13 serotipe pada PCV15 yang juga terkandung dalam PCV13 sama dengan PCV13. Berbeda dengan vaksin-vaksin konjugat, polisakarida kapsular pada PPSV23 tidak terkonjugasi pada protein.
PCV13, PCV15 diberikan melalui jalur injeksi intramuskular, sedangkan PPSV 23 bisa diberikan melalui injeksi intramuskular maupun subkutan. PCV13 dan PCV15 hadir dalam sediaan single-dose prefilled syringe (0.5 mL). Tempat penyuntikan vaksin pneumokokus bagi anak yang besar adalah otot deltoid, sedangkan bagi bayi dan anak yang lebih kecil adalah vastus lateralis dari bagian anterolateral paha.
Bayi umur 2-12 bulan direkomendasikan untuk mendapatkan 4 dosis vaksin PCV konjugat (3 dosis primer dan 1 dosis booster), boleh PCV13 atau PCV15. Dosis primer pertama diberikan pada umur 6 bulan ke bawah, diikuti dengan dosis-dosis selanjutnya. Interval antara dosis primer ke berikutnya adalah 8 minggu. Dosis booster disarankan untuk diberikan pada umur 12-15 bulan, dengan jarak minimal 8 minggu dari dosis ketiga. SIngkat kata, rekomendasi yang diberikan adalah pemberian pada umur 2, 4, dan 6 bulan, diikuti dengan dosis booster pada umur 12 hingga 15 bulan. Jika dosis pertama diberikan pada umur 7 hingga 11 bulan, makan PCV13 atau PCV15 perlu diberikan dalam 3 dosis. Dua dosis pertama harus bisa diberikan dengan interval minimal 4 minggu, diikuti dengan dosis ketiga pada umur 12-15 bulan. JIka dosis pertama vaksin PCV dimulai pada umur 12-23 bulan, makan dua dosis PCV13 atau PCV15 disarankan dengan interval minimal 8 minggu di antara kedua dosis.
Pada pasien anak umur 24-59 bulan dengan kondisi sehat yang belum diberikan vaksin PCV, satu dosis PCV13 atau PCV15 bisa diberikan. Namun, jika terdapat risiko infeksi (kebocoran cairan serebrospinal, pemasangan implan koklea, penyakit jantung bawaan penyakit paru kronis, terapi dengan kortikosteroid, diabetes mellitus), bisa diberikan dua dosis dengan interval minimal 8 minggu di antara kedua dosis. Pada anak umur 6-18 tahun dengan risiko infeksi pneumokokus dan belum pernah diberikan PCV13 atau PCV15, dosis tunggal PCV13 atau PCV15 bisa diberikan walaupun sudah pernah diberikan vaksin PPSV23 atau PCV7.
Kejadian yang tidak diinginkan jarang, namun bisa terjadi. Gejala-gejala yang bisa muncul meliputi rewel, reaksi lokal pada tempat penyuntikkan seperti nyeri, kemerahan, dan pembengkakan, demam, gangguan tidur, dan berkurangnya napsu makan. Pada anak yang lebih besar bisa juga terjadi nyeri kepala, nyeri otot, lemas, dan nyeri sendi. Kontraindikasi pemberian vaksin PCV adalah alergi terhadap komponen vaksin atau vaksin yang mengandung toksin difteri. Ibu hamil boleh diberikan vaksin ini. Selebihnya tidak ada kontraindikasi absolut lainnya.
Vaksin PCV adalah vaksin yang aman dan penting untuk diberikan bagi anak. Vaksin ini bisa mencegah berbagai penyakit infeksius berbahaya yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas bagi anak. Pemberiannya dapat meningkatkan kesehatan bangsa maupun global. Maka dari itu, penting sekali untuk terus mengedukasi masyarakat mengenai manfaat imunisasi, termasuk vaksin PCV.
Referensi:
Tereziu S, Minter DA. Pneumococcal Vaccine. [Updated 2023 Mar 20]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507794/
2. Kartasasmita CB, Rezeki Hadinegoro S, Kurniati N, Triasih R, Halim C, Gamil A. Epidemiology, Nasopharyngeal Carriage, Serotype Prevalence, and Antibiotic Resistance of Streptococcus pneumoniae in Indonesia. Infect Dis Ther. 2020 Dec;9(4):723-736. doi: 10.1007/s40121-020-00330-5. Epub 2020 Aug 30. PMID: 32864725; PMCID: PMC7680475. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6381862/