Calistung Dihapus dari Tes Masuk SD, Ini Kebijakan Barunya!
Author: Dhia Priyanka
Editor: dr. Dini Astuti Mirasanti, Sp.A
Topik: Calistung
Sebelumnya, membaca, menulis, dan menghitung (calistung) menjadi salah satu syarat untuk bisa masuk sekolah dasar. Di kebijakan baru kali ini, Nadiem Makarim, selaku Menteri Pendidikan, mengumumkan bahwa calistung resmi dihapus dari tes masuk sekolah dasar. Lantas, seperti apa sih syarat baru untuk masuk SD?
Calistung dihapus dari tes masuk sekolah dasar
Melalui acara Peluncuran Merdeka Belajar episode 24: Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan yang diadakan pada 28 Maret 2023 kemarin, Nadiem menyatakan bahwa dihapusnya tes calistung dari proses PPDB pada SD/MI/sederajat mampu memotivasi seluruh calon peserta didik memiliki hak untuk mendapatkan layanan pendidikan dasar.
Nadiem juga menuturkan kalau tes calistung juga telah dilarang melalui Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).
Alasan lain mengapa calistung dihapus dari tes masuk sekolah dasar adalah karena saat ini masih banyak anak-anak yang belum pernah mendapatkan kesempatan belajar di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), sehingga kurang tepat jika mesti mengikuti tes calistung sebagai syarat mendapatkan layanan pendidikan dasar.
Kebijakan baru
Menurut Nadiem, masih banyak anak yang belum percaya diri dan dipenuhi rasa ketakutan saat memasuki dunia baru. Oleh karena itu, melalui kebijakan Merdeka Belajar, Nadiem ingin setiap kali anak yang akan masuk Pendidikan Usia Dini (PAUD) atau sekolah dasar, ada masa perkenalan atau semacam orientasi selama dua minggu, sehingga ada jeda waktu bagi anak untuk bertransisi dan dapat membuat mereka lebih mengenal lingkungan sekolah, guru, dan teman-teman sekitarnya.
Usia anak belajar calistung
Meski kini calistung telah dihapus dari tes masuk sekolah dasar, MomDad tetap perlu mengajarkan si Kecil tentang cara membaca, menulis, dan berhitung. Nah, berikut tahapan membaca dan menulis anak sesuai usia dan kemampuan:
Usia 1-3 tahun:
- Mengidentifikasi objek dalam sebuah buku, misal: Mana sapi?
- Mencoret-coret di kertas
- Menyambung kalimat dari cerita di buku
- Mengetahui nama buku favorit mereka dan mengidentifikasi judul dari gambar halaman judul
Usia 3-4 tahun:
- Mengeksplorasi buku secara mandiri
- Dapat menceritakan ulang cerita yang sering didengarnya
- Menyanyikan lagu alfabet
- Mengenali huruf pertama dari nama mereka
- Membuat symbol-simbol yang menyerupai tulisan
- Mengenali berbagai tanda dan label (misal rambu lalu lintas)
- Mengenali beberapa huruf
- Mencocokkan bentuk huruf dengan bunyinya
- Mengenali huruf-huruf dalam namanya
- Mengenali bahwa buku dibaca dari kiri ke kanan dan atas ke bawah
Usia 5 tahun:
- Mencocokkan bunyi kata dengan tulisan
- Menulis beberapa huruf dan angka
- Mengenali beberapa kata familiar yang tercetak di buku/tulisan
- Membaca beberapa kata sederhana
Usia 6-8 tahun:
- Mampu membaca dan menulis huruf besar dan kecil
- Mengerti cerita yang berbentuk gambar
- Menulis dengan baik
Usia 7-8 tahun:
- Membaca buku mandiri
- Dapat menulis dalam bentuk paragraf
- Menggunakan tanda baca
- Mengenali ejaan yang salah
- Menulis pesan singkat
Sementara kemampuan berhitung, di usia 2-3 tahun, anak sudah mampu menghitung benda dengan cara menyentuh atau menunjuk. Di usia 3-5 tahun, anak sudah mampu menyebutkan angka dalam urutan bilangan serta mengerti tanda hitung. Dalam mencapai keterampilan berhitung, anak perlu memiliki memori yang baik, perhatian atau fokus yang baik, dan perencanaan terhadap tujuan selanjutnya.
Prinsip pembelajaran adalah dengan pengulangan terus-menerus. Dibutuhkan pengulangan hingga berjuta kali agar keterampilan yang didapat maksimal. Perkembangan otak balita salah satunya bergantung pada stimulasi yang diberikan oleh pengasuh. Belajar membaca, menulis, dan berhitung harus dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan sesuai dengan periode perkembangan anak. Beberapa referensi menyatakan bahwa ada anak yang dapat diajarkan mulai usia 4 tahun, namun ada pula yang belum mampu ajar hingga usianya 8 tahun. Apabila anak belum mampu atau belum siap diajarkan calistung, maka ia akan terpaksa dan merasa bahwa belajar itu tidak menyenangkan.
Nah, bagaimana menurut MomDad mengenai kebijakan baru ini? Apakah MomDad merasa senang atau justru sebaliknya?
Referensi:
- Kompas
- Asumsi
- https://kidshealth.org/en/parents/milestones.html
- Wahyuni LK. Belajar calistung pada anak balita. Dipresentasikan dalam webinar LKW series 2022.