Panduan Orang Tua: Kapan Anak Disarankan Main Sosmed?
Author: Annasya
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A
Topik: Cyberbullying, Sosmed, Parenting Lifestyle, Parenting
Saat ini, kasus bullying di kalangan anak-anak semakin gencar. Sebagai orang tua, tentu MomDad tidak ingin si Kecil menjadi korban atau pelaku bullying. Di tengah gempuran internet yang semakin menggila, bullying kini tidak hanya bisa dilakukan di dunia nyata saja, tetapi juga di sosial media atau dikenal dengan sebutan cyberbullying. Cyberbullying adalah istilah saat seorang anak atau remaja mendapatkan perlakukan tidak menyenangkan oleh seorang anak atau sekelompok remaja, melalui penggunaan internet (digital interaktif maupun perangkat mobile).
Bentuk perlakuannya pun bermacam-macam dan terjadi secara berulang kali, di antaranya dihina, diancam, dipermalukan, disiksa, atau dijadikan target bulan-bulanan walaupun tidak menutup kemungkinan suatu komunikasi satu kali merupakan cyberbullying, terutama jika berbentuk ancaman serius pada keselamatan orang. Korban cyberbullying juga seringkali digambarkan sebagai anak yang “pemalu”, “aneh”, “kecil”, atau lainnya.
Metode Cyberbullying
Metode cyberbullying sendiri ada tiga macam, di antaranya direct attacks yaitu pesan yang tidak menyenangkan dikirimkan secara langsung ke anak, posted and public attacks yaitu pesan yang dirancang untuk mempermalukan target dengan mem-posting berita, pesan, atau gambar yang mempermalukan anak ke publik, dan juga cyberbullying by proxy yaitu bentuk memanfaatkan orang lain untuk membantu mengganggu korban, baik disadari ataupun tidak disadari.
Berdasarkan data, bentuk cyberbullying yang paling sering terjadi di Indonesia adalah ejek, olok-olok, makian (52%); fitnah atau gosip (30,3%); penyebaran foto/gambar/video (9,6%); dan pengiriman materi pornografi (3%). Selain itu, alasan remaja melakukan cyberbullying cukup beragam, di antaranya karena iseng (49%), jengkel dan benci (36%), balas dendam (7%), dan hanya ikut-ikutan (4%).
Dampak Cyberbullying pada Anak
Dampak cyberbullying seringkali lebih berat dari bullying. Pasalnya, hanya dengan melakukan “klik”, serangan kata-kata ataupun fitnah dapat menyebar dengan cepat. Pengirim juga dapat mengunggah foto atau gambar yang membuat korban tidak nyaman. Sexting juga dapat berupa cyberbullying saat pelaku dapat mengirimkan foto, gambar, dan pesan yang berkesan seksual melalui telepon, komputer, atau alat digital lainnya. Selain itu, anonimitas pengirim dapat menyulitkan usaha untuk mencari siapa pelaku sebenarnya. Pengirim dapat menggunakan nama palsu saat ia melakukan serangan kepada korban, sehingga sulit untuk menghentikan aksi cyberbullying.
Anak korban cyberbullying biasanya mengalami ketakutan untuk bertemu dengan teman, pergi ke sekolah, dan bahkan untuk membicarakan masalahnya dengan orang tua. Dampak jangka panjang bisa cukup serius, antara lain:
- Depresi
- Menyakiti diri sendiri
- Menarik diri dari pertemanan
- Menurunnya rasa percaya diri
- Kegagalan di sekolah
- Emosi dan psikologis rusak
- Kesedihan mendalam dan frustasi
- Mengalami gangguan makan dan tidur
- Menutup diri dari pergaulan, hingga
- Bunuh diri
Pencegahan yang Perlu Dilakukan
Sebagai upaya pencegahan dampak negatif dunia digital, sebaiknya usia minimal anak yang ingin menggunakan atau memiliki akun di media sosial adalah 13 tahun. Ini didasarkan pada hasil dari Congress in the Children’s Online Privacy Protection Act (COPPA) yang melarang website mendapatkan informasi dari anak usia di bawah 13 tahun tanpa izin orang tua. Usia 13 tahun digunakan telah digunakan oleh berbagai situs web global sebagai usia minimum, seperti pada Facebook dan Myspace.
Orang tua sebaiknya tidak memberikan akses internet atau televisi di kamar tidur anak, ikut memilih program ataupun media sosial yang sesuai dengan anak. Selain itu, penggunaan internet, televisi, atau alat digital lain sebaiknya dibatasi tidak lebih dari 2 jam per hari. Edukasi mengenai cyberbullying juga perlu dilakukan oleh orangtua agar bisa membantu menyelesaikan masalah bila terjadi cyberbullying. Dan komunikasi antara orang tua dan anak atau guru dan anak dapat membantu menyelesaikan masalah bila terjadi cyberbullying.
Itu dia penjelasan mengenai cyberbullying pada anak. Sebisa mungkin, MomDad perlu memastikan agar anak terhindar dari cyberbullying karena dampak yang disebabkan sangatlah buruk untuk mental anak.
Sumber foto: Freepik
Penulis: Dr.Bernie E.Medise,Sp.A(K),MPH, Ikatan Dokter Anak Indonesia
Artikel pernah dimuat pada Kolom Klasika, KOMPAS, pada tanggal 19 Juni 2016