Suplementasi Zink pada anak
Author: Dr. Dini Mirasanti, Sp.A, Prof. Dr. Madarina Julia, Sp.A (K), MPH., Ph.D (editor)
Topik: Nutrisi, 6-12 Bulan, 1-3 Tahun, 4-7 Tahun, 7-12 Tahun, 12-18 Tahun
Zink, atau seng, adalah mineral yang sangat diperlukan tubuh untuk proses pertumbuhan, perbaikan jaringan, dan respon imun. Asupan zink sangat penting karena zink tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh maupun disimpan. Jumlah asupan zink sangat berkaitan dengan asupan protein karena zink banyak ditemukan pada makanan sumber protein hewani. Karena itu, kekurangan zink mungkin juga merupakan akibat dari kekurangan protein. Beberapa gejala yang ditimbulkan akibat kekurangan zink antara lain adalah gangguan pertumbuhan, penyakit kulit, gangguan penciuman dan perasa, serta kerentanan terhadap infeksi.
Kekurangan zink berat memang jarang terjadi pada manusia, namun kekurangan zink dalam jumlah ringan hingga sedang sering terjadi terutama pada kelompok orang yang jarang mengkonsumsi protein hewani atau sering makan makanan yang kaya akan fitat. Fitat merupakan zat yang dapat menghambat penyerapan zink dari makanan. Gejala kekurangan zink ringan sulit untuk dikenali karena gejala infeksi berulang dan gangguan pertumbuhan juga dapat merupakan gejala kekurangan zat gizi lain atau penyakit lainnnya. Kadar zink dalam tubuh juga sulit untuk diperiksa melalui pemeriksaan laboratorium karena distribusinya yang tidak merata di berbagai bagian tubuh. Kadar zink yang diperiksa melalui pemeriksaan darah tidak menggambarkan jumlah zink secara keseluruhan di dalam tubuh.
Asupan yang disarankan untuk zink adalah sekitar sebesar 2 mg per hari pada bayi dan anak, 9 mg per hari pada remaja perempuan, dan 11 mg per hari pada remaja laki-laki. Makanan yang mengandung banyak zink adalah tiram, yang mengandung sekitar 72 mg zink per 84 gram. Makanan lain yang mengandung zink dalam jumlah besar adalah daging sapi, unggas, kepiting, kacang-kacangan, dan produk turunan susu sapi.
Apakah suplementasi zink diperlukan?
Terdapat beberapa kelompok anak yang memiliki risiko tinggi kekurangan zink, yaitu anak dengan masalah saluran cerna, vegetarian, dan bayi di atas 6 bulan yang masih mendapat ASI eksklusif (hanya mendapatkan ASI saja, tanpa makanan padat setelah usia 6 bulan). Anak dengan masalah saluran cerna seperti penyakit Crohn atau memiliki riwayat operasi pemotongan usus memiliki risiko gangguan penyerapan zink. Anak yang mengalami diare berkepanjangan akan kehilangan zink dari saluran cernanya. Anak yang memiliki pola makan sebagai vegetarian berisiko kekurangan zink karena sumber zink dari protein nabati atau sayur-sayuran lebih sulit dicerna dan digunakan tubuh dibandingkan dengan sumber zink yang berasal dari protein hewani. Lebih lanjut, tumbuhan polong (legumes) dan biji-bijian utuh (whole grain) yang umum dimakan para vegetarian memiliki kadar fitat tinggi yang dapat menghambat penyerapan zink.
Bayi berusia di atas 6 bulan sudah disarankan makan berbagai jenis makanan karena kebutuhan berbagai macam zat gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI. Pada 4-6 bulan pertama kehidupan, ASI mengandung zink dalam jumlah yang cukup. Namun, untuk bayi berusia di atas 6 bulan, ASI tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan zink sehingga harus juga didapatkan dari makanan pendamping ASI.
Hingga kini, suplementasi zink dengan jumlah terbatas dianjurkan untuk diberikan kepada anak dengan diare dan infeksi saluran napas bawah. Suplementasi zink juga diberikan kepada anak bergizi buruk. Pada anak dengan masalah tersebut, suplementasi zink diketahui efektif untuk mengurangi komplikasi dan juga aman. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI yang lengkap dan bervariasi masih diutamakan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal.
Bahan bacaan:
- Darnton-Hill I. Zinc supplementation and growth in children. Didapat dari https://www.who.int/elena/titles/bbc/zinc_stunting/en/
- Mayo-Wilson E, Imdad A, Junior J, Dean S, Bhutta ZA. Preventive zinc supplementation for children and the effect of additional iron: a systematic review and meta-analysis. BMJ Open;2014:4:e004647.
- National Institute of Health. Zinc. Didapat dari https://ods.od.nih.gov/factsheets/Zinc-HealthProfessional/