
Mengenal Hepatitis A pada Anak
22 Jul 2017
Author: Annasya
21 Nov 2023
Topik: 3-5 Tahun, Parenthood, Article, Tantrum, Parenting
Sosioemosional anak merujuk pada perkembangan anak dalam aspek sosial dan emosional. Ini mencakup kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain, mengelola emosi, memahami dan merespons perasaan sendiri dan orang lain. Pembelajaran sosioemosional pada anak memiliki sejumlah manfaat yang penting untuk tumbuh kembang. Nah, gimana sih cara untuk mengelola emosi anak? Yuk, simak penjelasannya di bawah!
Perkembangan Sosioemosional pada Anak Usia Dini
Perkembangan sosioemosional pada usia dini merupakan pondasi penting untuk perkembangan dan pembelajaran seumur hidup anak. Perkembangan sosial merujuk pada kemampuan anak untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan yang baik dengan orang dewasa dan anak lain. Perkembangan emosional adalah kemampuan anak untuk mengekspresikan, menyadari, dan mengatur emosi mereka sendiri. Kesehatan mental anak usia dini sejatinya adalah perkembangan kemampuan sosioemosional seorang anak[1].
Orang tua dapat melihat tanda perkembangan sosioemosional anak sesuai usia dengan ciri sebagai berikut:[7]
Cara Mengajarkan Anak Mengenal Emosi
MomDad dapat mengajarkan anak mengenal emosi sesuai usia dengan cara [2,3,4]:
Pada usia batita, anak sudah dapat merasakan emosi namun belum memahami cara mengungkapkannya. MomDad dapat membantu anak memahami apa yang mereka rasakan dengan cara memberi nama pada emosi tersebut. Beberapa contoh yang dapat dilakukan di antaranya:
Anak prasekolah dan usia sekolah
Pada usia ini kemampuan anak untuk mengenal dan mengekspresikan emosi akan semakin terlatih seiring dengan kesempatan untuk mempraktekannya. Beberapa hal yang dapat MomDad lakukan untuk membantu anak usia ini, di antaranya:
Suatu penelitian di Kroasia menemukan bahwa anak perempuan memiliki kemampuan perkembangan sosioemosional yang lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki, dan umumnya lebih dapat mengekspresikan perasaan mereka, berbagi, membantu teman, dan memperhatikan perasaan orang lain[5].
Cara Mendukung Anak yang Mengalami Kesulitan dalam Perkembangan Sosioemosional
Istilah “Play is the work of the child” adalah benar adanya. Pasalnya, saat bermain seorang anak dapat mengembangkan seluruh ranah perkembangannya, tak terkecuali perkembangan emosinya. Lewat bermain, seorang batita akan belajar tentang “big emotions” seperti malu, rasa bersalah, frustrasi, kecewa, dan lain-lain. MomDad dapat memfasilitasi perkembangan emosi seorang anak lewat permainan yang dapat mengasah kemampuan ini seperti permainan boneka tangan, bernyanyi, membaca, dan permainan “kotor” atau yang berantakan (messy play) [6].
Batita dapat merasakan berbagai emosi besar, tetapi ia belum dapat mengungkapkan dengan kata-kata. Ketika bermain, seorang anak memiliki kesempatan bereksplorasi, mengekspresikan perasaan tersebut, serta belajar untuk meregulasinya. MomDad dapat membantu dengan membuat batita menyadari perasaannya, menamai perasaan tersebut, dan mencari penyebabnya. Misalnya ketika melihat seorang batita yang tampak murung ketika saat mainannya rusak, orangtua dapat berkata “Kamu kelihatan sedih karena mainanmu rusak. Tidak apa dik, yuk kita coba perbaiki.”
Ingat bahwa anak akan mengamati cara kita mengekspresikan emosi dan cara kita mengekspresikan emosi dan mengatur emosi akan menjadi contoh bagi mereka tentang bagaimana mengelola emosi dengan baik. Ketika MomDad dapat merespon anak batita yang sedang tantrum dengan ketenangan dan pengertian, hal itu akan memberi dampak besar bagi mereka.
Frustasi dapat menjadi emosi atau perasaan baru yang ia rasakan pada periode ini. Anak dapat mengungkapkannya dengan cara berteriak, atau memukul ketika tidak mendapatkan apa yang ia inginkan. Anak pada usia ini tidak memahami mengapa mereka tidak bisa mendapatkan apa yang mereka mau sekarang juga, dan dapat menjadi agak “bossy” ketika mereka menginginkan sesuatu. Pada usia ini juga, seorang anak akan merasakan perasaan tidak senang atau sulit ketika mereka harus berhenti bermain dan berpindah aktivitas (misalnya anak yang tidak mau pulang dari taman karena masih ingin bermain). Karena pada usia ini mereka masih sulit untuk mengontrol emosi dan rasa frustrasi mereka, maka tantrum akan sering dijumpai [6].
Mendekati usia 3 tahun, mayoritas batita akan mulai merasakan perasaan bersalah, atau rasa malu. MomDad dapat membantu mereka dengan mendengarkan secara atentif dan memberikan peneguhan atau keyakinan bahwa apa yang mereka rasakan adalah wajar, dan membantu mereka memahami apa yang mendasari perasaan tersebut [6].
Berikut adalah ide bermain untuk mendukung perkembangan emosi anak [6]:
Perkembangan sosioemosional anak sangat penting karena memberikan dasar bagi kesejahteraan sosial dan emosional mereka di masa depan. Yuk, terapkan cara di atas untuk membangun perkembangan sosioemosional yang sehat pada si Kecil!
Referensi: