Mengenal Tongue Tie, Benarkah Bikin Bayi Sulit Menyusu?
Author: Dhia Priyanka
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso Sp.A
Topik: Menyusui, Tongue Tie
Permasalahan saat menyusui tidak hanya dialami oleh sang ibu, tetapi juga si Kecil. Salah satu yang mungkin dihadapi si Kecil adalah tongue tie. Kondisi ini muncul pada saat bayi baru lahir dan menyulitkan si Kecil saat menyusu. Jika si Kecil mengalami kondisi tongue tie, MomDad wajib membaca ulasan di bawah ini.
Apa itu tongue tie?
Tongue tie atau ankyloglossia merupakan sisa jaringan frenulum (tali yang berada di garis tengah lidah di antara permukaan bawah lidah dan dasar mulut) yang pendek, tebal dan tidak elastis sehingga membatasi gerakan lidah normal.
Gejala tongue tie bergantung kepada derajat beratnya tongue tie. Gejala tongue tie dapat berupa keluhan saat menyusu atau menyusui, seperti:
- Menyusui yang menimbulkan rasa nyeri sekalipun posisi dan perlekatan sudah diperbaiki.
- Bayi mengalami kesulitan mempertahankan perlekatan yang baik sehingga sering terdengar suara berdecak saat menyusu.
- Bayi sering tersedak saat menyusu.
- Kenaikan berat badan bayi yang tidak adekuat karena pengosongan payudara saat menyusu tidak optimal.
- Bayi yang tampak “menyusu terus menerus” untuk mendapatkan cukup ASI
- Bayi sama sekali tidak dapat melekat (latch on) dengan baik.
Secara anatomis mungkin dapat dijumpai bentuk lidah seperti hati saat terangkat, atau gerakan lidah yang terbatas.
Namun penting diketahui MomDad bahwa diagnosis tongue tie harus ditentukan oleh ahli karena perlu dinilai dengan seksama fungsi dan struktur anatomi lidah.
Bahaya tongue tie jika tidak segera diobati
Tongue tie yang menimbulkan gangguan perlekatan atau gangguan transfer ASI (pengosongan payudara) harus segera diatasi agar proses menyusui menjadi lebih efektif. Tatalaksana tongue tie diharapkan dapat mengoptimalkan kenaikan berat badan bayi, serta meningkatkan angka keberhasilan ASI eksklusif bahkan menyusui hingga usia 2 tahun. Penting diketahui bahwa tidak semua tongue tie memerlukan tindakan pembedahan/insisi sehingga perlu dievaluasi dan dipilah untuk menghindari tata laksana berlebihan.
Mengatasi tongue tie
Tongue tie dapat didiagnosis segera setelah lahir atau pada hari-hari pertama kelahiran untuk melihat struktur maupun fungsinya. Penilaian fungsi dapat dilakukan di meja periksa maupun saat bayi menyusu ke ibu.
Tata laksana dapat dilakukan segera, namun, seperti yang telah disebutkan di atas, perlu evaluasi seksama dan pemilahan kasus karena tidak semua tongue tie perlu tindakan pembedahan/diinsisi. Mayoritas kasus tongue tie dapat diatasi dengan memperbaiki posisi dan perlekatan bayi, karena tidak semua kasus tongue tie mengganggu menyusui.
Insisi (frenotomi) dapat dipertimbangkan apabila didapatkan masalah menyusui yang nyata dan tata laksana konservatif berupa pendampingan menyusui sekitar 2-3 minggu tidak berhasil, misalnya adanya keluhan ibu dan/ atau pertumbuhan bayi bermasalah.
Perbedaan lidah normal dan tongue tie
Lidah berfungsi untuk memerah ASI dari payudara ibu dengan gerakan yang berasal dari ujung lidah depan ke lidah bagian belakang untuk dapat mengosongkan payudara secara optimal. Pada tongue tie yang tebal, pendek, dan menghambat gerakan lidah normal saat menyusu, proses ini akan terhalang dan bayi akan kesulitan untuk mempertahankan perlekatan maupun mendapatkan cukup ASI.
Ingin tahu tips dan informasi lain seputar menyusui? Ayo, baca artikel di aplikasi PrimaKu atau kunjungi primaku.com. Selain itu, MomDad bisa juga menonton seluruh tayangan ulang webinar di aplikasi, lho. Tak ketinggalan, follow juga akun Instagram dan TikTok PrimaKu supaya enggak ketinggalan update informasi seputar kesehatan anak dan parenting lifestyle!
Referensi:
- Modul pelatihan Indonesian Breastfeeding Course for clinicians. Satuan tugas ASI IDAI 2022.
- https://www.lactation-911.com/mesmerising-tongue-breastfed-baby/
- https://www.llli.org/breastfeeding-info/tongue-lip-ties/
- https://www.nhs.uk/start4life/baby/feeding-your-baby/breastfeeding/breastfeeding-challenges/tongue-tie/
Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.