Ketahui Sejak Dini Mengenai Anak Gagap dan Gejalanya di Sini!
Author: Radhita Rara
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso SpA
Topik: stuttering, Gagap
Dalam perjalanan perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, terkadang anak mengalami kesulitan dalam pengucapan kata-kata. Kesulitan tersebut bisa saja membuat MomDad khawatir terhadap kemungkinan anak mengalami masalah gagap atau stuttering.
Di usianya yang semakin bertambah, anak akan belajar membuat kalimat yang lebih kompleks seiring dengan pertambahan kosa katanya. Awalnya, mereka hanya mampu membuat kalimat sederhana seperti “Mama, minum” lalu berkembang hingga mereka dapat membuat kalimat yang lebih panjang seperti “Mama, aku mau minum jus mangga di gelas biru”.
Selama proses perkembangan tersebut, wajar bila terjadi pengulangan kata-kata maupun frasa. Lantas, apakah pengulangan kata nantinya akan berkembang menjadi gagap atau hanya sesaat? Yuk, simak ulasannya berikut ini!
Mengenal disfluensi
Disfluensi adalah pengulangan kata atau frase yang umum terjadi pada anak yang sedang dalam proses perkembangan bicara dan bahasa. Sekitar 5% anak usia 2,5 hingga 5 tahun mengalami disfluensi pada salah satu tahap perkembangannya.
Disfluensi ini dapat terjadi tanpa alasan yang jelas, namun lebih sering terjadi ketika anak lelah, sangat bersemangat, atau terburu-buru ketika bicara. Umumnya disfluensi akan menghilang sendiri setelah beberapa waktu namun tidak menutup kemungkinan bahwa disfluensi dapat berkembang menjadi suatu kegagapan.
Perbedaan disfluensi berisiko dan tidak berisiko
Berikut adalah beberapa perbedaan antara disfluensi tipikal dengan disfluensi yang berisiko berkembang menjadi kegagapan.
Disfluensi tipikal yang tidak terlalu berisiko untuk berkembang menjadi gagap | Disfluensi yang berisiko berkembang menjadi gagap |
Anak mengulang frasa atau satu kata. Contoh: "Tapi ... tapi aku tidak ingin pergi" atau "dia mengambil ... dia mengambil mainanku." | Anak mengulang bunyi atau penggalan kata. Contoh: "Lihat b-b-b-ayi itu.." |
Anak menggunakan kata-kata seperti “mmm, eeee, hummm.” | Terdapat pemanjangan bunyi. Contoh: "Ssssssssssuara apa itu?" |
Anak tidak tampak kesulitan saat bicara. | Anak tampak kesulitan saat bicara atau sulit mengungkapkan kata-kata. |
Tidak tampak perilaku lain saat bicara | Tampak perilaku yang muncul saat bicara, seperti mengedip-ngedipkan mata, mengetuk-ngetukkan jari, membuang muka. |
Anak tidak tampak kesal atau bersikap negatif ketika berbicara. | Anak tampak merasa bahwa bicara adalah sesuatu yang menakutkan atau membuat stres. |
Tidak ada riwayat keluarga dengan kegagapan. | Ada riwayat keluarga dengan kegagapan. |
Berlangsung kurang dari 6 bulan. | Berlangsung lebih dari 6 bulan. |
Tanda-tanda awal gagap bisa terlihat saat anak berusia 18-24 bulan. Pada umumnya, anak-anak akan memiliki kosakata baru dan bisa menyusunnya menjadi kalimat. Namun, beberapa anak mungkin akan terdengar mengulang kata di fase ini dan merupakan hal yang wajar.
Lepas usia 2 tahun, anak yang memiliki ciri-ciri berbicara dengan pemanjangan bunyi atau bahkan memburuk dengan gerakan tubuh dan wajah yang tidak biasa memungkinkan anak mengalami disfluensi yang berisiko menjadi gagap.
Faktor risiko yang memungkinkan gagap pada anak
Kemungkinan ada beberapa masalah yang bisa berkontribusi terhadap gangguan gagap pada anak, misalnya saja:
Riwayat keluarga yang gagap
Gagap pada anak bisa bersifat genetik atau diturunkan dari orang tua. Ada pula yang menganggap jika ada orang terdekat yang gagap atau pernah gagap saat kecil kemungkinan anak akan mengikutinya.
Jenis kelamin laki-laki
Kasus gagap lebih banyak ditemui pada laki-laki dibandingkan perempuan. Untuk itu, jenis kelamin diduga jadi salah satu faktor risiko anak alami gagap.
Usia timbulnya disfluensi pada usia di atas 4 tahun
Tanda anak gagap bisa dilihat sejak dini saat anak mulai menyusun kosakata. Disfluensi bisa saja makin memburuk dan berujung pada gagap. Biasanya disfluensi yang tidak berisiko hanya berlangsung kurang dari 6 bulan, sementara jika lewat 6 bulan bisa saja berkembang menjadi gagap.
Ada masalah bicara atau bahasa yang lain
Tumbuh kembang yang terhambat bisa menjadi salah satu faktor risiko gagap. Anak-anak yang pertumbuhannya bermasalah atau memiliki gangguan bicara memiliki risiko lebih besar mengidap gagap.
Gagap bisa diatasi dengan terapi. Terapi gagap nantinya akan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Terapi memiliki efektivitas lebih tinggi pengidap anak-anak dibandingkan orang dewasa. Untuk itu, jika anak memiliki ciri-ciri atau risiko gagap, MomDad bisa konsultasikan segera dengan dokter anak agar dapat dilakukan evaluasi terhadap perkembangan bicara dan bahasa anak.
Nah, itu dia beberapa hal yang perlu MomDad ketahui mengenai gejala gagap pada anak. Untuk mengetahui lebih banyak konten informatif lainnya bisa dengan mengikuti Instagram @official.primaku atau dengan membaca artikelnya di aplikasi PrimaKu.
Suka dengan artikel ini? Yuk, like, save, dan share artikelnya!
Sumber foto: iStock
Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.