Lonjakan Kasus Cuci Darah pada Anak di RS: Simak Faktanya!
Author: Sekar Retno Ayu
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A
Topik: Kesehatan ginjal, Cuci darah, Gagal ginjal, Penyakit
Belakangan sempat ramai pemberitaan tentang adanya lonjakan kasus anak cuci darah di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, yang disebabkan karena meningkatkan jumlah konsumsi makanan tinggi gula dan garam di kalangan anak-anak. Berita ini cukup santar terdengar dan pastinya membuat MomDad khawatir dengan kesehatan anak di rumah. Namun, agar MomDad tidak panik berlebihan, yuk, simak dulu faktanya melalui artikel berikut ini.
Benarkah Kasus Cuci Darah pada Anak Meningkat? [1]
Berdasarkan perbincangan dr. Reza Fahlevi, Sp.A bersama Dr. dr. Eka Laksmi Hidayati, Sp.A(K), melalui postingan Instagram @rscm.official, @kemenkes_ri, @rscm.kencana, serta @dr_rezafahlevi, dokter Reza Pahlevi pun menyimpulkan bahwa tidak ada lonjakan kasus cuci darah pada anak di RSCM.
“Bukan terjadi lonjakan seperti kasus kemarin yang keracunan Etilen Glikol hingga Dietilen Glikol, memang ini adalah pasien yang sudah kronik, yang menjalani dialisis. Tapi karena memang RSCM merupakan pusat rujukan untuk ginjal anak, maka kita mendapatkan pasien dari berbagai daerah tidak hanya Jakarta ya, dok. Tapi ada dari Jawa Barat juga sebagian, Jabodetabek, kemudian ada dari Tangerang, Lampung, dan lain sebagainya, sehingga kesannya banyak di RSCM, bukan hanya Jakarta tapi itu juga wilayah sekitar Jakarta,” kata dokter Reza Pahlevi.
Dr. dr. Eka Laksmi Hidayati, Sp.A(K) pun menjelaskan penyebab anak-anak bisa sampai cuci darah di rumah sakit. Beliau menyatakan bahwa secara keseluruhan memang anak-anak jarang mengalami gagal ginjal, jika dibandingkan dengan orang dewasa. Penyebabnya pun berbeda dengan orang dewasa, yang sering terjadi pada anak adalah kelainan bawaan, yang bisa berupa bentuk ginjal tidak normal atau fungsinya tidak normal sejak lahir.
Penyebab Gagal Ginjal pada Anak [2]
Benarkah anak yang mengalami gagal ginjal dan harus melakukan cuci darah disebabkan karena konsumsi makanan tinggi gula dan garam? Walaupun berhubungan, ada penyebab tersering lainnya seorang anak harus melakukan cuci darah, yaitu:
- Kelainan bawaan, seperti ginjal polikistik atau hipoplasia ginjal
- Glomerulonefritis, peradangan pada glomeruli, bagian ginjal yang membantu menyaring darah
- Infeksi ginjal, seperti pielonefritis
- Penyakit autoimun, seperti lupus atau nefritis interstisial
Seperti yang sudah dijelaskan oleh Dr. dr. Eka Laksmi Hidayati, Sp.A(K) di atas, penyebab gagal ginjal pada anak berbeda dengan yang terjadi pada orang dewasa, bahkan yang sering terjadi pada anak adalah kelainan bawaan. Jadi, tidak serta merta hanya disebabkan oleh konsumsi makanan tinggi gula dan garam atau faktor gaya hidup yang tidak sehat.
Pengobatan untuk Penderita Gagal Ginjal [2]
Seseorang yang tidak dapat mengidentifikasi gejala gagal ginjal dengan baik, maka harus melalui pengobatan bergantung pada penyebab dan tingkat keparahan, yaitu:
- Terapi dialisis, prosedur untuk menyaring darah ketika ginjal tidak bisa bekerja secara efisien
- Transplantasi ginjal, pemberian ginjal donor kepada pasien
- Pengobatan medis, seperti pemberian obat antihipertensi, diuretik, atau imunosupresan
Maka dari itu, penting untuk memahami gejala gagal ginjal. Gejala yang paling bisa dideteksi sejak dini adalah dengan melihat produksi urine. Jika produksi urin sudah turun dan fungsi ginjal rusak sebanyak 50%, MomDad baru bisa menemui gejala-gejala yang terlihat, seperti anak mulai bengkak, napasnya cepat dan dalam, mulai ada gangguan elektrolit, serta kejang karena tekanan darah tinggi. Sebelum pipisnya berkurang, biasanya timbul gejala demam dan diare, gangguan saluran pernapasan, atau muntah [3].
Melindungi Keluarga dari Penyakit Gagal Ginjal
Meskipun tidak semua kasus gagal ginjal dapat dicegah, terutama pada penyakit gagal ginjal bawaan, namun, upaya-upaya berikut bisa dilakukan di rumah, yaitu [2]:
- Pengelolaan penyakit dasar, seperti diabetes atau hipertensi yang dapat dikendalikan dengan menghindari perilaku berisiko, seperti merokok, diet yang tidak sehat seperti kurang konsumsi sayur dan buah, konsumsi gula, garam dan lemak berlebih, mengkonsumsi makanan instan dan berpengawet tanpa batasan, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol berlebihan, merokok, dan stres [4]
2. Hindari penggunaan obat-obatan tanpa pengawasan dokter
3. Konsumsi air yang cukup, 2 L/hari untuk dewasa dan asupan kebutuhan cairan harian anak: [5]
- Bayi usia 0 – 6 bulan memerlukan cairan sekitar 700 mL/hari
- Bayi 7 – 12 bulan memerlukan cairan sekitar 800 mL/hari
- Anak 1 – 3 tahun memerlukan sekitar 1300 mL/hari
- Anak 4 – 8 tahun memerlukan sekitar 1700 mL/hari
- Anak 9 – 13 tahun memerlukan 2400 mL/hari pada laki – laki dan 2100 mL/hari pada perempuan
- Anak 14 – 18 tahun memerlukan 3300 mL/hari (laki – laki) dan 2300 mL/hari untuk perempuan
Cairan ini dapat berasal dari makanan maupun minuman. Cairan dari minuman dapat berasal dari air putih, susu, atau jus buah.
4. Pengawasan rutin terhadap kesehatan ginjal, terutama jika memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ginjal.
5. Menerapkan gaya hidup sehat serta melakukan aktivitas fisik yang cukup.
Tidak perlu panik berlebih dalam menanggapi suatu isu yang beredar, cari tahu dulu kebenarannya melalui sumber-sumber yang terpercaya. Jika ada hal yang dikhawatirkan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan tenaga ahli atau dokter anak kesayangan MomDad. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah terapkan gaya hidup sehat dan pastikan keluarga mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi. Salam sehat, MomDad!
Referensi:
- https://www.instagram.com/p/C91RLUZSEip/
- https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/pencegahan-infeksi-pada-anak/gagal-ginjal-pada-anak
- https://youtu.be/vw4vS9ez7sc?si=tnbqy1y7O7RjtmFh
- https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20190517/5130282/hipertensi-penyakit-paling-banyak-diidap-masyarakat/
- https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kebutuhan-air-pada-anak#:~:text=Diperkirakan%2C%20bayi%20usia%200%20%E2%80%93%206,perempuan%3B%20anak%2014%20%E2%80%93%2018%20tahun