Mengenal Pica Eating, Gangguan Makan pada Anak
Author: Radhita Rara
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso SpA
Topik: Pica Eating, Kesehatan
Gangguan makan pica merupakan jenis gangguan makan di mana seseorang memakan makanan atau benda-benda yang dianggap bukan makanan. Misalnya saja serpihan cat, debu, potongan logam, atau tanah.
Anak-anak kecil yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mungkin akan memasukan barang-barang yang bukan makanan ke mulut mereka. Namun, anak dengan pica memiliki perilaku yang lebih dari itu. Mereka memiliki kecenderungan memakan benda-benda yang tidak biasa hingga menyebabkan masalah kesehatan.
Apa itu pica eating disorder ?
Pica eating disorder atau lebih sering disebut sebagai pica saja adalah istilah untuk suatu gangguan perilaku makan yang mana anak mengonsumsi benda-benda atau substansi yang bukan makanan dan tidak mengandung nutrisi, seperti makan rambut, tanah, atau serpihan cat.
Apa saja gejala pica eating disorder?
Untuk dapat menyebut anak mengalami gangguan perilaku makan pica, kondisi mengonsumsi benda atau substansi yang bukan makanan tersebut di atas harus sudah berlangsung selama lebih dari satu bulan. Anak dengan gangguan perilaku makan pica pada umumnya tidak menolak mengonsumsi makanan biasa.
Benda yang dikonsumsi dapat bervariasi tergantung pada umur dan ketersediaan benda atau substansi tersebut di sekitar anak, misalnya kertas, sabun, kain, rambut, benang, wol, tanah, kapur, bedak, cat dinding, permen karet, benda metal seperti besi, kerikil, arang, abu, tanah liat, atau es.
MomDad juga perlu ingat bahwa konsumsi substansi non makanan ini harus tidak sesuai dengan usia perkembangan anak. Anak berusia kurang dari 2 tahun yang sedang bereksplorasi dengan memasukkan berbagai jenis benda ke dalam mulutnya tidak dapat disebut pica.
Apa penyebabnya?
Anak dengan pica menyukai makan barang-barang yang bukan bahan makanan. Berikut ini adalah beberapa faktor risiko pica:
- Pica sering timbul pada anak-anak yang mengalami gangguan perilaku atau gangguan mental seperti pada anak-anak dengan disabilitas intelektual, autism, atau skizofrenia.
- Gangguan nutrisional seperti anemia defisiensi besi dan malnutrisi adalah dua penyebab tersering pica. Pada anak-anak tersebut, perilaku pica adalah upaya tubuh untuk mengatasi defisiensi zat gizi yang signifikan. Pada pica yang disebabkan oleh defisiensi zat gizi, terapi menggunakan obat atau vitamin akan dapat mengatasi masalah gangguan makan ini.
Bagaimana cara mengatasi pica eating disorder ?
Pica harus diatasi sesuai dengan faktor yang mendasari. Anak dengan defisiensi zat gizi perlu tata laksana gizi yang tepat. Pada pica yang berkaitan dengan masalah perilaku diperlukan konsultasi dengan tenaga ahli karena diperlukan tata laksana multidisiplin yang di antaranya meliputi memberikan “reward" apabila anak berhasil membuang atau tidak memakan benda tersebut. Di samping itu, MomDad juga harus berusaha menjauhkan benda-benda yang berpotensi menyebabkan pica dari anak.
Perlu juga diingat bahwa pica juga dapat disertai dengan kondisi lain yang merupakan komplikasi pica, seperti infeksi akibat bakteri atau parasit akibat sering memakan tanah, sumbatan saluran cerna akibat menelan kerikil, atau luka di saluran cerna apabila menelan staples atau benda metal lain, dan lain-lain. Pada masalah di atas, tata laksana harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak.
Sebagian besar anak dengan pica membutuhkan bantuan profesional untuk menanganinya. Apabila MomDad mendapati adanya tanda atau gejala pica pada si Kecil, sebaiknya langsung periksa ke dokter, ya.
Ingin tahu tips dan informasi lainnya seputar kesehatan si Kecil? Ayo, baca artikel di aplikasi PrimaKu atau kunjungi primaku.com. Selain itu, MomDad bisa juga menonton seluruh tayangan ulang webinar di aplikasi, lho. Tak ketinggalan, follow juga akun Instagram dan TikTok PrimaKu supaya enggak ketinggalan update informasi seputar kesehatan anak dan parenting lifestyle!
Sumber foto: iStock
Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.