Pembengkakan pada Sendi Anak, Apa Penyebabnya?
Author: dr. Nelly Rosdiana, M.Ked(Ped),SpA(K)
Topik: Growing Pain, Hemofilia, Overuse Injury
Bengkak Sendi pada anak yang sedang bertumbuh memiliki penyebab yang sangat bervariasi mulai dari kondisi yang ringan hingga berat dan dimana lokasi pembengkakan sendi. Pendekatan diagnosis memerlukan evaluasi berbagai aspek. Seperti kapan munculnya, faktor pemicu nyeri sendi, riwayat trauma sebelumnya, gejala sistemik (demam tinggi, anak yang tampak lemas, dan lain sebagainya). Pada artikel ini, dibahas beberapa penyebab yang cukup sering dijumpai yaitu overuse injury, growing pain dan secara khusus menitik beratkan pada hemarthrosis untuk meningkatkan kewaspadaan orang tua terhadap hemofilia.
Overuse injury atau cedera berlebihan
Overuse injury pada sendi umumnya menimbulkan nyeri kronik. Sendi yang paling sering mengalami keluhan nyeri kronik umumnya adalah sendi lutut dan dikatakan kronik apabila nyeri telah mencapai 6 minggu atau lebih. Nyeri sendi yang dihubungkan dengan overuse umumnya bersifat progresif, dan semakin nyeri, dengan toleransi aktivitas yang berkurang (lebih mudah nyeri meskipun dengan intensitas aktivitas yang rendah). Mekanisme terjadinya nyeri adalah akibat kerusakan sendi yang diakibatkan gerakan berulang dan/atau berlebihan, yang seringkali juga berkaitan dengan teknik gerakan (misalnya dalam olahraga tertentu) yang salah.
Growing pain
Keluhan sendi lain yang juga cukup sering dikeluhkan anak adalah growing pain. Growing pain didefinisikan sebagai nyeri yang dapat membangunkan anak saat tidur di siang/malam hari, tanpa disertai bukti objektif kelainan muskuloskeletal, dan tanpa adanya keterbatasan aktivitas (fungsi sendi normal). Growing pain dijumpai pada 15% anak, namun hingga saat ini penyebabnya belum diketahui. Diagnosis growing pain umumnya dapat dibuat secara klinis pada anak yang tampak normal dan tidak merasakan nyeri selama jam bangun, tanpa adanya keterbatasan gerak sendi dan aktivitas sehari-hari.
Hemarthrosis (perdarahan sendi)
Bayi yang belajar merangkak dapat membantu menguatkan otot-otot pada tubuh, seperti pergelangan tangan, pundak, atau tangannya. Ketika bayi mulai diajarkan merangkak, tak hanya kemampuannya saja yang perlu diperhatikan, namun juga kondisi bayi dan lingkungan sekitarnya. Saat bayi merangkak, ia rentan mengalami benturan yang dapat menyebabkan perdarahan sendi atau hemarthrosis. Perdarahan sendi (hemarthrosis) umumnya terjadi di sendi-sendi besar seperti lutut, siku, dan mata kaki; dan merupakan gejala yang paling sering terjadi pada pasien hemofilia (sekitar 80%). Oleh sebab itu, MomDad perlu waspada hemofilia pada si Kecil.
Hemofilia adalah suatu kondisi yang diturunkan secara genetik yang menyebabkan gangguan pembekuan darah di dalam tubuh anak. Kondisi Ini disebabkan karena adanya kekurangan faktor pembekuan darah, yang disebut sebagai faktor VIII dan faktor IX.
Seorang pasien hemofilia akan mengalami perdarahan yang sulit berhenti ketika ia terluka. Tak hanya itu anak dengan hemofilia dapat mengalami perdarahan yang bersifat spontan, bahkan perdarahan pada organ dalam yang berpotensi mengancam nyawa.
Perdarahan pada hemofilia sering kali terjadi pada sendi yang menahan beban berat seperti lutut atau mata kaki, atau sendi yang umum mengalami benturan seperti siku. Hemarthrosis dapat terjadi hanya pada salah satu sendi atau beberapa sendi dalam waktu bersamaan
Anak dengan hemarthrosis akan merasa nyeri dan mengalami keterbatasan gerak sendi. Gejala akan sangat bergantung pada usia anak. Misalnya pada bayi, tanda awal perdarahan sendi mungkin berupa anak rewel dan menolak menggunakan tungkai yang mengalami perdarahan, sedangkan pada anak besar atau dewasa, umumnya mereka sudah bisa mengeluhkan sendi yang terasa kaku, teraba hangat, bengkak dan nyeri. Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan gerak, bahkan kecacatan apabila tidak dilakukan dengan baik
Anak hemofilia yang mengalami hemarthrosis memerlukan tata laksana umum berupa RICE dan tata laksana khusus berupa pemberian faktor pembekuan VIII atau IX. RICE adalah prinsip tata laksana anak yang mengalami cedera yang dapat dilakukan dalam 48 jam pertama. Pemberian medikamentosa berupa analgetik dapat dipertimbangkan bila anak sangat nyeri, atau dengan memberikan obat untuk membantu pembekuan darah.
Rest | Istirahatkan bagian tubuh yang cedera |
Ice |
|
Compression |
|
Elevation | Naikkan tungkai yang mengalami cedera (untuk mengurangi pembengkakan) tungkai yang dinaikkan diposisikan lebih tinggi dari jantung. |
Sumber gambar: https://raisingchildren.net.au/toddlers/safety/cpr-first-aid/ricer-first-aid
Referensi:
Data diakses pada 26 November 2022
- Baker CL. Acute hemarthrosis of the knee. J Med Assoc Ga 1992; 81:301
- Srivastava A, Santagostino E, Dougall A, et al. WFH Guidelines for the Management of Hemophilia, 3rd edition. Hemophilia 2020; 26 Suppl 6:1
- Evans AM, Scutter SD. Prevalence of "growing pains" in young children. J Pediatr 2004; 145:255.
- Oster J, Nielsen A. Growing pains. A clinical investigation of a school population. Acta Paediatr Scand 1972; 61:329.
- Peterson H. Growing pains. Pediatr Clin North Am 1986; 33:1365.
- Brady M, Grey M. Growing pains: a myth or a reality. J Pediatr Health Care 1989; 3:219.
- Bernhardt DT. Acute injuries of the knee. In: Care of the Young Athlete, 2nd edition, Harris SS, Anderson SJ (Eds), American Academy of Orthopedic Surgeons and American Academy of Pediatrics, Elk Grove Village 2010. p.409.
- Bernhardt DT. Overuse injuries of the knee. In: Care of the Young Athlete, 2nd ed, Harris SS, Anderson SJ (Eds), American Academy of Orthopedic Surgeons, American Academy of Pediatrics, Elk Grove Village, Illinois 2010. p.421.
- Overuse injury. The American Orthopaedic Society for Sports Medicine. Accessed Dec. 17, 2018.
Artikel edukasi kesehatan ini ditulis independen dan didukung oleh Novo Nordisk.