primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Seputar Epilepsi pada Anak

Author:

Topik: bayi, Pra-sekolah, Sekolah, Remaja

Q & A dan tips seputar epilepsi pada anak

Dr. Setyo Handryastuti, SpA(K)

UKK Neurologi Anak – PP IDAI

 

 

Epilepsi merupakan problem neurologi kronis yang cukup banyak dialami anak-anak, akan tetapi masyarakat masih kurang mendapat pengetahuan yang benar tentang epilepsi pada anak. Berikut ini adalah pertanyaan yang sering dilontarkan oleh orang tua ketika anaknya didiagnosis epilepsi :

 

Q  : Mengapa anak saya dikatakan epilepsi, setahu saya epilepsi atau ayan itu  kejangnya sampai mengeluarkan busa dari mulut.

A    :  Epilepsi adalah kejang berulang 2 kali atau lebih tanpa penyebab. Sebelum kejang anak masih  beraktifitas seperti biasa, setelah kejang anak juga kembali beraktifitas seperti biasa.  Kejang pada epilepsi tidak harus kejang kelojotan dan mengeluarkan busa, serangan kejang dapat berupa kaku di seluruh tubuh, kejang kaku/kelojotan sebagian lengan atau tungkai bawah, kedutan di sebelah mata dan sebagian wajah, hilangnya kesadaran sesaaat (anak tampak bengong/seperti melamun), tangan atau kaki tiba-tiba tersentak atau anak tiba-tiba jatuh seperti kehilangan tenaga. Gejala klinis kejang sangat  tergantung dari area otak yang menjadi fokus kejang.

 

Q   : Apakah anak saya sudah dikatakan epilepsi jika baru 1 kali mengalami kejang tanpa penyebab ?   (first unprovoked seizure)

A   : Jika baru 1 kali mengalami kejang tanpa penyebab belum dapat dikatakan epilepsi. Akan tetapi pemberian obat antiepilepsi akan dipertimbangkan jika risiko berulangnya kejang cukup besar yang dapat dilihat dari pemeriksaan EEG yang tidak normal (banyak fokus kejang) atau anak walaupun baru 1 kali mengalami kejang tapi kejang berlangsung lama (lebih dari 30 menit).

           

Q : Keluarga besar saya dan suami tidak ada keturunan epilepsi, mengapa anak saya bisa menderita epilepsi ?

A  : Faktor genetik memang berperan dalam epilepsi, akan tetapi tidak semua jenis epilepsi menunjukkan faktor genetik sebagai penyebab. Pada anak dengan gangguan perkembangan otak, pernah mengalami perdarahan di kepala, riwayat radang otak, radang selaput otak dsb dapat terjadi kerusakan sel-sel saraf di otak. Sel-sel saraf yang rusak itulah yang suatu saat dapat menjadi fokus timbulnya kejang pada epilepsi.

   

Q : Apakah diagnosis epilepsi pada anak saya sudah pasti? Karena dokter mengatakan EEG anak saya normal.

A   : Jika seorang anak mengalami kejang berulang 2 kali atau lebih pada episode yang berbeda dan tidak ada penyebab lain (unprovoked seizure), maka anak tersebut sudah dikatakan epilepsi. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) terutama untuk melihat fokus  kejang berasal dari otak sebelah mana (kanan/kiri, bagian depan/samping/belakang) , adakah penyebaran kejang ke daerah lain di otak serta untuk melihat jenis epilepsi. Semuanya bermanfaat untuk menentukan obat antiepilepsi yang akan diberikan, jenis epilepsi,  dan menentukan prognosis (perjalanan penyakit epilepsi itu sendiri) di kemudian hari.

     

Q : Berapa lama anak saya harus minum obat?

A  : Sebagian besar jenis epilepsi pada anak memerlukan pengobatan sampai 2 tahun bebas kejang, bukan 2 tahun minum obat.  Hal ini sudah dibuktikan oleh banyak penelitian dan literatur bahwa angka kekambuhan kejang akan semakin kecil jika anak minum obat sampai 2 tahun bebas kejang dibandingkan hanya minum obat sampai 1 tahun bebas kejang. 

 

Q : Apakah anak saya harus minum obat seumur hidup ?

A  : Sebagian besar tidak. Ada jenis epilepsi tertentu (Juvenile myoclonic epilepsy) yang memerlukan pengobatan seumur hidup. Jenis epilepsi yang berat juga memerlukan pengobatan yang lebih lama dengan lebih dari 1 macam obat antiepilepsi.   

Jika setelah 2 tahun bebas kejang ternyata pada pemeriksaan EEG ulang masih terdapat gelombang kejnag, makan pengobatan diteruskan sampai 3 tahun bebas kejang.

 

Q :  Setelah 2 atau 3 tahun bebas kejang, apakah obat anti epilepsi dapat langsung dihentikan ?

A  :  Obat anti epilepsi tidak boleh langsung dihentikan, penghentian obat harus dilakukan secara bertahap selama 3-6 bulan, tergantung dari jumlah obat yang diminum. Rata-rata memerlukan waktu 3-4 bulan penurunan obat. Hanya dokter yang boleh memutuskan kapan penghentian obat anti epilepsi, demikian juga dengan penyesuaian dosis. Orangtua tidak boleh menghentikan sendiri, menambah atau mengurangi dosis tanpa konsultasi dengan dokter. 

 

Q : Berapa macam obat epilepsi yang harus diminum ?

A : Dokter akan memberikan 1 macam obat epilepsi terlebih dahulu dimulai dari dosis miimal. Jika kejang masih ada, dokter akan menaikkan dosis secara bertahap sampai dosis optimal yang dapat mengontrol kejang. Dosis optimal akan terus dipertahankan sampai 2 tahun bebas kejang, dosis akan disesuaikan jika terdapat kenaikan berat badan anak. Jika dengan 1 macam obat (dosis maksimal) kejang masih ada, dokter akan memberikan obat antiepilepsi kedua sebagai tambahan.

  

Q : Apakah obat epilepsi tidak menimbulkan ketergantungan karena dikonsumsi dalam waktu yang lama ?  

A  : Obat antiepilepsi tidak termasuk golongan obat hipnotik-sedatif atau obat narkotik sehingga tidak akan menimbulkan ketergantungan. Selama minum obat antiepilepsi dokter akan melakukan pemantauan efek samping obat dengan melihat gejala efek samping, pemeriksaan  darah lengkap, fngsi hati, fungsi ginjal.   

 

 

Q : Apa saja yang harus diperhatikan selama anak saya minum obat epilepsi ?

A : Keteraturan minum obat sangat penting. Jika obat harus diminum 2 kali sehari, berarti jarak minum obat adalah 12 jam, demikian juga jika dosis obat 3 kali sehari, maka interval pemberian obat adalah 8 jam. Jika kita lupa memberi obat, maka berikan sesegera mungkin begitu kita teringat, jangan menunggu keesokan harinya. Lihat tips pengobatan epielpsi dibawah.

 

Q : Apakah ada makanan yang perlu dipantang selama minum obat anti epilepsi ? 

A :  Tidak ada makanan yang perlu dipantang.

 

Q : Apakah epilepsi penyakit menular ?

A : Epilepsi bukan penyakit menular, bukan juga penyakit kutukan Tuhan. Epilepsi sama saja dengan penyakit kronis lain seperti asma, diabetes, hipertensi, sehingga penyandang epilepsi janganlah diberikan stigma negatif.


Tips pengobatan epilepsi

 

Pastikan anak anda minum obat secara teratur. Penghentian obat tiba-tiba akan  mengakibatkan timbulnya kejang atau status epileptikus.
Jika satu dosis terlewat/lupa, segera minum obat tersebut begitu teringat kembali.Tanyakan pada dokter anda apa yang harus dilakukan jika anak lupa minum satu dosis obat.
Diskusikan obat-obat atau vitamin lain yang diberikan dengan dokter anda apakah bisa mempengaruhi kerja OAE. Obat seperti dekongestan, asetosal dan obat herbal bisa berinteraksi dengan OAE.
Jangan ganti OAE dari merk paten ke obat generik tanpa berkonsultasi dengan dokter, karena perbedaan pemrosesan obat dapat mempengaruhi metabolisme OAE dalam tubuh.
Anak penderita epilepsi sebaiknya memakai tanda pengenal
Jika OAE diminum ketika anak berada di sekolah, beritahukan guru maupun pengawas mengenai hal tersebut.
Hindari habisnya persediaan OAE dengan menyediakan obat cadangan untuk 2 minggu.
Simpan OAE di tempat yang sulit dijangkau anak kecil.
Untuk anak yang sudah besar, jam dengan alarm pengingat waktu minum obat dilengkapi dengan kotak obat akan sangat bermanfaat.
Bagi OAE dalam beberapa dosis untuk pemakaian seharí, hal ini memudahkan    ketika anak menginap di luar rumah.
Sangat penting untuk mengetahui dan mengenali pencetus kejang pada anak anda sehingga serangan kejang bisa dihindari. Pencetus yang  sering dialami :
Lupa minum obat, kurang tidur, terlambat atau lupa makan, stres fisik dan emosi, anak dalam keadaan sakit atau demam, kadar obat antiepilepsi yang rendah dalam darah, cahaya yang berkedip-kedip yang dihasilkan komputer, TV, video game dll (pada pasien epilepsi fotosensitif).

 

 


PETUNJUK  UNTUK  ORANGTUA

PERTOLONGAN  PERTAMA JIKA TERJADI SERANGAN

 

Apa yang harus dilakukan jika seseorang mengalami serangan tanpa kejang.

(terlihat bengong, bingung, tidak berespon, gerakan tidak bertujuan)

Dampingi penderita tersebut. Biarkan serangan berhenti sendiri, Coba terangkan kejadian yang terjadi pada orang sekitarnya
Jauhkan benda-benda berbahaya
Jangan  menahan  gerakan penderita tersebut
Secara perlahan jauhkan penderita dari bahaya
Setelah serangan, ajak penderita bicara dan tetaplah bersamanya sampai kesadaran benar-benar pulih
 

Apa yang harus dilakukan jika seseorang mengalami serangan kejang.

( kejang kaku, kelojotan, terjatuh)

Tetap tenang, biarkan serangan berhenti sendiri
Catat lama kejang
Hindari penderita dari trauma (baringkan penderita di lantai, jauhkan benda-benda berbahaya, tempatkan sesuatu yang lembut di bawah kepala)
Longgarkan segala sesuatu yang mellingkari leher (kerah baju, dasi) serta periksa identitas pasien
Jangan menahan gerakan-gerakan pasien
Jangan letakkan apapun di mulut penderita
Perlahan miringkan pasien pada saat serangan kejang berhenti untuk mengalirkan ludah dan cairan mulut keluar dan jaga jalan nafas tetap bersih.
Setelah serangan, ajak bicara penderita, jangan tinggalkan sebelum kesadarannya pulih. Penderita mungkin memerlukan tidur atau istirahat.
 

Panggil ambulans/tenaga kesehatan, jika :

 

Kejang berlangsung lebih lama dari 5 menit
Jika kesadaran dan pernapasan tidak membaik setelah serangan berakhir
Jika kejang berulang tanpa pulihnya kesadaran diantara kejang
Jika perasaan bingung berlangsung lebih dari 1 jam
Jika kejang terjadi di dalam air dan kita curiga air masuk ke saluran pernapasannya. Hal tersebut akan merusak jantung dan paru.
Jika ini merupakan kejang pertama atau penderita mengalami trauma/terluka, hamil dan penderita diabetes. Pasien diabetes akan mengalami kejang jika kadar gula darah terlalu tinggi atau rendah. 
 

   

familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
Rekomendasi Artikel
Lihat semua
cover
Seputar Ruam Popok pada Anak
22 Jul 2017
cover
Tanya Jawab 2 Seputar Vaksin Palsu
29 Jan 2018
cover
Tanya Jawab 4 Seputar Vaksin Palsu
29 Jan 2018
cover
Jawaban Singkat Pertanyaan Seputar Imunisasi
29 Jan 2018
cover
Menyoroti kontroversi seputar imunisasi
6 Feb 2018
cover
Seputar Pekan Imunisasi Dunia 2016
6 Feb 2018
cover
Seputar Ruam Popok pada Anak
6 Feb 2018
cover
Seputar Kaligata pada Anak
28 Feb 2018
cover
Seputar Bully pada Anak
23 Mar 2018
cover
QnA seputar pemeriksaan swab untuk COVID-19 pada anak
12 Sep 2021
cover
Mitos dan Fakta Seputar Anak Bilingual, Benarkah Akan Telat ...
6 Jan 2022
cover
Pertanyaan seputar Imunisasi yang sering Ditanyakan para Ora...
29 Apr 2022
cover
Wajib Tahu! Ini Hal yang Paling sering Ditanyakan seputar Gu...
9 Jun 2022
cover
Kumpulan Pertanyaan seputar MPASI yang Kerap Ditanyakan para...
29 Jun 2022
cover
Kumpulan Pertanyaan seputar ASI yang sering Ditanyakan (Part...
4 Jul 2022
cover
Mitos seputar Menyapih yang Sebaiknya Tidak Mom Lakukan
8 Agu 2022
cover
Mitos Fakta Seputar Batuk Pilek pada Anak
22 Sep 2022
cover
5 Content Creator TikTok di Indonesia yang Membahas seputar ...
30 Okt 2022
cover
Kumpulan Pertanyaan seputar ASI yang sering Ditanyakan (Part...
1 Nov 2022
cover
Mitos Fakta seputar Imunisasi yang Perlu Orang Tua Ketahui
2 Des 2022
cover
Mitos & Fakta seputar Fresh Milk yang Perlu Diketahui
10 Mar 2023
cover
Mitos vs Fakta seputar Berat Badan Anak
16 Agu 2023
cover
Mitos vs Fakta seputar Vaksinasi yang Kerap Dipercaya
31 Agu 2023
cover
Mitos & Fakta seputar Motorik Kasar Bayi, MomDad Sudah Tahu?
13 Nov 2023
cover
3 Mitos seputar Vaksin yang MomDad Gak Boleh Lagi Percaya!
20 Nov 2023
cover
Seputar Vaksin Dengue di Indonesia: CYD-TDV vs. TAK-003
24 Nov 2023
cover
Kupas Tuntas seputar MPASI Sesuai Standar WHO 2023
1 Des 2023
cover
Kasus COVID-19 Kembali Mencuat, Ini Q&A seputar Metode Swab ...
14 Des 2023
cover
Seputar Sickle cell anemia
12 Apr 2024
cover
Seputar Vaksin nOPV2
13 Agu 2024
cover
Materi Edukasi: Tanya-Jawab Seputar PIN Polio
14 Agu 2024
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: