Anak Gemuk Lebih Berisiko Mengalami Berbagai Penyakit
Author:
Topik: Sekolah
Anak Gemuk Lebih Berisiko Mengalami Berbagai Penyakit
Orangtua sering mengeluhkan anaknya kurus dan susah makan karena melihat teman-teman si anak di sekolah lebih gemuk dan aktif. Namun, anggapan bahwa anak gemuk itu sehat dan lucu sebetulnya hanya mitos karena anak gemuk justru mudah sakit. Pernahkah terbayang anak gemuk ternyata bisa mengalami penyakit akibat komplikasi kegemukan pada usia sekolah? Anak gemuk seringkali sudah mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti ngorok, tekanan darah tinggi (hipertensi), kadar kolesterol tinggi, perlemakan hati, asma, gangguan tidur (sleep apnea), kaki bengkok membentuk huruf O, bahkan kencing manis (diabetes mellitus).
Bottom of FormRiset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada tahun 2013 mencatat angka kegemukan pada anak mencapai 11%. Angka ini bisa mencapai 30% di daerah perkotaan yang artinya 1 dari 3 anak mengalami kegemukan. Hal ini bisa bahaya karena anak dan orangtua merasa bahwa anak gemuk adalah hal yang wajar dan justru lebih sehat.
Sebelumnya, komplikasi penyakit akibat kegemukan hampir pasti hanya ditemukan pada orang dewasa. Beberapa tahun belakangan, kejadian diabetes mellitus tipe 2 semakin meningkat pada anak dan remaja. Penelitian menunjukkan bahwa 85% anak yang mengalami diabetes mellitus tipe 2 merupakan anak yang gemuk. Risiko hipertensi tiga kali lipat lebih tinggi pada anak yang gemuk dibandingkan anak yang tidak gemuk. Hampir separuh dari anak yang gemuk sudah mengalami dislipidemia (kadar trigliserida tinggi, kolesterol low density lipoprotein (LDL) tinggi, kolesterol high density lipoprotein (HDL) rendah). Kegemukan pada anak juga menimbulkan dampak psikologis, seperti anak rendah diri karena sering diejek oleh teman, merasa kesepian, meningkatkan risiko depresi, lebih mudah stress, dan gangguan belajar.
Seringkali kita tidak menyadari dan cenderung mengabaikan anak yang mulai gemuk serta tidak mengambil inisiatif untuk mengatur makan dan banyak berolahraga, sehingga kegemukan ini menetap (dan makin berat) sewaktu remaja dan dewasa. Orang dewasa berusia 40 tahun yang gemuk diprediksi akan meninggal 3-7 tahun lebih awal dibandingkan yang tidak gemuk. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk mencegah kegemukan sejak anak-anak karena bahaya kegemukan yang akan terus berlangsung hingga usia dewasa.
Lalu langkah apa yang harus dilakukan oleh orangtua agar anak terhindar dari kegemukan? Pertama, terapkan jadwal makan yang teratur sehingga anak belajar rasa lapar dan kenyang. Selain itu, jangan biasakan memberikan makanan sebagai hadiah. Langkah kedua, biasakan anak untuk beraktivitas fisik sesuai usianya, misalnya biasakan bayi untuk beraktivitas saat “tummy time”, ajak anak batita bermain di taman, atau dorong anak usia sekolah untuk mengikuti tim olahraga di sekolahnya. Hal terakhir yang penting dilakukan adalah mengurangi “screen time”, yaitu waktu yang dihabiskan anak untuk menonton televisi atau perangkat elektronik lain. Batasi “screen time” maksimal 2 jam per hari dan anak di bawah 2 tahun tidak dianjurkan untuk menonton televisi atau semacamnya. Jika anak sudah mengalami kegemukan, segera bawa anak ke dokter untuk mencegah timbulnya komplikasi atau mengatasi komplikasi penyakit yang sudah ada.
Penulis : Dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A
Reviewer : Dr. Titis Prawitasari, Sp.A(K)