Anak Terlambat Bicara, Late Talkers atau Speech Delay?
Author: Annasya
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A
Topik: Late Talkers, Speech Delay, Gangguan bicara
Anak yang belum bisa bicara di rentan usia tertentu, kerap dikaitkan dengan speech delay. Padahal, tidak semua anak yang telat bicara berkaitan dengan speech delay. Bisa saja anak tersebut merupakan late talkers. Lho, apa lagi tuh? Nah, untuk mengetahui perbedaan keduanya, yuk simak ulasannya di bawah!
Perbedaan Speech Delay dan Late Talkers
Late talkers adalah istilah yang digunakan ketika anak berusia 18-30 bulan yang tidak menunjukkan kemampuan bicara sebagaimana usianya, tetapi memiliki aspek perkembangan lain yang normal. Anak late talkers umumnya masih menunjukkan kemampuan bahasa reseptif yang baik (paham perintah, dapat berkomunikasi non verbal) dan dapat mempelajari kata-kata baru, hanya saja lebih lambat [1].
Late talkers sebenarnya merupakan bagian dari Late Language Emergence (LLE), suatu kondisi keterlambatan perkembangan bahasa, tanpa diikuti keterlambatan dari ranah perkembangan lain, seperti kognitif, dan motorik [1].
Anak dengan late talkers dapat memiliki keterlambatan bicara (speech delay) dan/atau keterlambatan bahasa (language delay). Speech delay adalah suatu kondisi ketidakmampuan seorang anak menyuarakan kata (berbicara), sedangkan language delay adalah hambatan dalam berkomunikasi [2]. Keterlambatan bahasa sendiri juga memiliki komponen bahasa eksresif (lambat menguasai kata-kata baru, struktur kata dan artikulasi) dan reseptif (pemahaman bahasa). Anak dengan language delay mungkin dapat membunyikan beberapa kata, namun memiliki perbendaharaan kata yang sangat sedikit dan mungkin sulit merangkai dua kata sekaligus. Pendeknya gangguan bahasa ini dapat terjadi pada komponen ekspresif, reseptif, ataupun keduanya [1].
Late talkers sering juga disebut sebagai late bloomers, yaitu suatu subset dari LLE yang akan mengejar ketertinggalannya hingga sama dengan teman sebayanya. Namun, hal ini sulit dibedakan saat awal, sehingga deskripsi tersebut berlaku ketika seorang anak sudah “berhasil” mengejar ketertinggalannya di kemudian hari. LLE sendiri dapat merupakan bagian dari gejala kondisi lain seperti gangguan komunikasi sosial, autistic spectrum disorder, disabilitas intelektual, gangguan belajar, gangguan perhatian dan perilaku hiperaktif.
Ciri Late Talkers
Anak late talkers sendiri umumnya masih menunjukkan kemampuan bahasa reseptif yang baik (paham perintah, dapat berkomunikasi non verbal) dan dapat mempelajari kata-kata baru, hanya saja lebih lambat[1].
Pada saat awal, sulit membedakan apakah keterlambatan perkembangan bahasa seorang anak merupakan kategori yang akan catch up (late bloomers) atau tidak. Saat awal diagnosis, perlu juga dicari beberapa gejala lain yang mungkin berkaitan dengan gangguan perilaku yang dapat menunjukkan gejala keterlambatan bicara maupun bahasa, seperti autistic spectrum disorder dan ADHD.
Penting untuk menentukan diagnosis awal, sehingga tata laksana anak dengan keterlambatan perkembangan bicara maupun bahasa mendapat penanganan secepatnya dan dengan tepat. MomDad dapat terus mengasah komunikasi anak dengan mengajaknya berbicara dan berkomunikasi, membatasi penggunaan gawai, menambahkan perbendaharaan kata anak bertahap, menggunakan bahasa isyarat untuk membantu anak berkomunikasi, memberikan lingkungan sosial yang membuat anak termotivasi untuk berkomunikasi, misalnya day care atau sekolah, dan mengajarkan anak untuk meniru [3,4].
Referensi: