Kapan Bayi Boleh Minum Air Putih?
Author: Ammy Marcinda
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso Sp.A
Topik: Air Putih, Tumbuh Kembang
Memiliki buah hati yang sehat dan mengalami proses pertumbuhan seimbang tentu jadi harapan para orang tua. Untuk itu penting bagi MomDad untuk mengetahui informasi penting seputar asupan makanan dan minuman yang baik bagi bayi. Salah satunya aturan pemberian air putih. Bagi usia dewasa mengonsumsi air putih dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan cairan, tetapi hal ini tidak berlaku untuk usia bayi kurang dari 6 bulan, loh! Lalu, kapan bayi bisa mengonsumsi air putih? Apa risiko yang mengancam jika bayi usia kurang dari 6 bulan minum air putih? Ketahui berbagai penjelasannya melalui ulasan di bawah, yuk!
Apa bahaya memberikan air putih pada bayi?
Bayi berusia 0-6 bulan hanya boleh mendapatkan asupan nutrisi dalam bentuk cairan, berupa ASI atau susu formula, apabila ASI tidak dapat diberikan karena satu dan lain hal. Pemberian air putih pada usia ini berisiko membuat bayi tidak cukup mendapatkan asupan nutrisi. Ukuran lambung bayi tidak besar sehingga pemberian air putih akan mengurangi volume asupan ASI atau susu formula. Tentu saja hal ini berisiko mengakibatkan bayi mengalami malnutrisi.
Adakah kondisi bayi yang diperbolehkan mengonsumsi air?
Meski memiliki efek samping, tetapi ada kondisi tertentu di mana bayi diperbolehkan mengonsumsi air, misalnya pada bayi yang hanya mendapatkan susu formula dan sedang mengalami diare, mungkin dokter akan menginstruksikan pemberian tambahan air putih dalam jumlah terbatas untuk mengurangi risiko dehidrasi hipernatremia (dehidrasi yang disertai dengan kandungan elektrolit natrium dalam darah yang terlalu tinggi), karena susu formula mengandung natrium yang lebih tinggi daripada ASI.
Seperti penjelasan sebelumnya, pemberian air pada bayi perlu diawasi takarannya, karena pemberian air putih dalam jumlah banyak berisiko mengakibatkan bayi mengalami keracunan air. Hal ini dapat terjadi karena air putih mengandung elektrolit (kandungan mineral) yang lebih sedikit daripada ASI atau susu formula bayi. Kadar elektrolit dalam darah dapat turun. Kadar elektrolit yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah dapat menyebabkan kram otot, mual atau muntah, kejang, gangguan kesadaran, kelemahan, kerusakan otak bahkan kematian.
Waktu yang tepat untuk memperkenalkan air putih kepada bayi
Air putih dapat mulai diperkenalkan kepada bayi di atas usia 6 bulan. Pada usia ini, ukuran lambung bayi sudah lebih besar. Bayi pun sudah siap untuk mulai menerima MPASI. Antara usia 6-12 bulan, air putih dapat diperkenalkan dengan jumlah total sekitar setengah sampai 1 gelas. Tentu saja jumlah air putih yang bisa diberikan berkaitan erat dengan jumlah dan konsistensi MPASI yang dapat diberikan.
Pada awal pemberian MPASI, bayi sedang belajar makan sehingga kebutuhan gizi bayi tidak serta merta dapat dipenuhi oleh MPASI. Pada usia 6-8 bulan bayi masih mengandalkan sekitar 70% kebutuhan kalorinya dari ASI atau susu formula. MPASI yang diberikan pun biasanya masih sangat encer, mengandung banyak air. Sehingga, pada saat ini, ibu belum dapat menambahkan terlalu banyak air putih.
Setelah bayi lebih terampil makan, terutama setelah dia sudah mulai pintar makan makanan yang lebih padat. Jumlah air putih yang diberikan bisa ditambahkan.
Sekarang MomDad sudah tahu kan, kapan waktu yang tepat untuk memberikan si Kecil air putih? Yuk, terapkan penjelasan di atas agar tumbuh kembang si Kecil tetap optimal.
Suka dengan artikel ini? Jangan lupa like dan bookmark artikelnya, ya. Pastikan juga MomDad sudah follow @official.primaku di Instagram, karena ada banyak konten menarik seputar tumbuh kembang anak yang sayang jika dilewatkan.
Sumber foto: Pexels
Sumber:
- Muth ND. Recommended drinks for children age 5 and younger. https://www.healthychildren.org/English/healthy-living/nutrition/Pages/Recommended-Drinks-for-Young-Children-Ages-0-5.aspx
- https://www.webmd.com/parenting/baby/what-you-need-to-know-water-infants
- https://www.stlouischildrens.org/health-resources/pulse/water-intoxication-infants
Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.