Pola tidur pada anak
Author:
Topik: Neonatus 0-1 Bulan, bayi, Pra-sekolah, Sekolah, Remaja
Pola tidur pada anak
Rini Sekartini
Tidur merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan. Kebutuhan tidur pada anak semakin berkurang sesuai usia anak. Tidur adalah aktivitas utama otak sepanjang awal perkembangan. Tidur memegang peranan penting dalam maturasi otak in utero dan ekstra uterin. Fungsi otak manusia pada masa anak, dewasa, dan masa tua dipertahankan oleh interaksi kompleks dengan lingkungan selama periode terjaga. Tidur berperan dalam konsolidasi interaksi tersebut dan dalam pembuangan pengalaman yang tidak diinginkan.
Pada tidur REM terjadi banyak aktivasi neuron endogen sehingga tahap ini menjadi saat yang baik untuk mendorong perkembangan otak. Aktivasi neuron endogen selama tidur pada masa awal kehidupan memegang peran sebagai sumber utama masukan untuk maturasi otak. Tidur menyediakan masukan endogen untuk bayi yang memiliki pengalaman terjaga yang sangat terbatas. Kurangnya tidur REM pada masa neonatal merusak perkembangan otak dan mempengaruhi plastisitas otak pada masa dewasa.
Tidur juga memiliki fungsi restoratif, yaitu memulihkan tenaga yang hilang, menghilangkan kelelahan, dan meningkatkan efisiensi belajar. Tidur Non REM memiliki fungsi restoratif yang terkait dengan pemeliharaan sistem imun dan pertumbuhan fisik. Pada saat yang sama, tidur REM memiliki fungsi restoratif yang berkaitan dengan sistem yang mengatur fokus perhatian, yaitu kemampuan untuk berkonsentrasi terhadap suatu hal pada satu waktu. Kemampuan untuk mempertahankan suasana hati yang optimistik, rasa percaya diri, kemampuan untuk beradaptasi secara emosional terhadap lingkungan fisik dan sosial juga dipengaruhi oleh tidur REM.
Bila jumlah waktu yang dibutuhkan untuk tidur tidak mencukupi, maka dapat terjadi gangguan tidur. Perilaku tidur anak merupakan salah satu kekuatiran yang sering diungkapkan orangtua kepada dokter saat berkunjung ke fasilitas kesehatan. Anak yang sulit tidur atau rewel sepanjang malam akan mengganggu dan hal ini dikeluhkan sebagai gangguan tidur anak dalam keluarga.
Tidur normal terdiri dari beberapa siklus yang merupakan proses aktif yang berputar dalam irama ultradian. Irama ultradian adalah putaran proses fisiologis yang terjadi berulang-ulang dalam periode 24 jam atau kurang, seperti pada pelepasan hormon, aktivasi sistem saluran cerna, denyut jantung, pengaturan suhu, serta tidur. Irama ultradian pada tidur berlangsung selama kurang lebih 90 menit. Satu siklus memiliki tahap yang dibagi menjadi tidur non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM).
Tidur non-REM dapat dilihat sebagai periode relatif aktifitas otak bagian bawah dimana kapasitas pengatur otak secara aktif berlangsung dan pergerakan tubuh terjaga. Dibedakan sebagai berikut :
- Stadium 1
Terjadi pada masa transisi dari tidur ke bangun, dan sering disebut sebagai “tidur ringan”. Fase awal bermula dari 30 detik hingga 5 menit. Halusinasi hipnogagik dapat muncul.
- Stadium 2
Biasanya dianggap sebagai tidur sebenarnya. Ciri khas dari stadium ini yaitu aktivitas ritmik EEG yang cepat dan disebut kumparan tidur dan amplitudo tinggi dengan puncak gelombang lambat. Fase awal dari stadium 2 bertahan dari 5 hingga 25 menit.
- Stadium 3 dan 4
Dikenal dengan tidur dalam, tidur gelombang lambat atau tidur delta. Stadium ini ditandai oleh gelombang delta.
Stadium 3 diperoleh dalam polysomnogram pada saat gelombang delta menempati antara 20%-50% dari aktivitas EEG.
Stadium 4 jumlah delta lebih dari 50%.
Ambang batas bangun tertinggi muncul saat tidur gelombang lambat. Ambang batas bangun terendah berada pada stadium 1.
Fase awal dari tidur gelombang lambat bermula dari 30 hingga 45 menit dan diikuti oleh bangun singkat.
Tidur REM ditandai oleh paralisis atau hampir tidak adanya tonus otot, aktivitas kortikal yang tinggi yang dihubungkan dengan bermimpi, dan episodik dari gerakan bola mata fasik yang merupakan tanda dari REM.
Dari sudut neuroanatomi, area utama dari otak yang melibatkan produksi dan regulasi tidur adalah batang otak, diensefalon, talamus dan korteks serebri. Yang melawan proses bangun adalah secara aktif di picu oleh kumpulan sel pada formasi retikular di batang otak, yang kemudian akan mengaktivasi korteks. Neurotransmiter, hormon dan sejumlah neuropeptida secara aktif memodulasi dan mempengaruhi substrat neurotransmiter ini. Hubungan yang kompleks ini membantu menjelaskan mengenai efek tidur yang sangat kuat dari obat yang mengubah metabolisme dari sistem tersebut. Contohnya obat pemicu tidur benzodiazepin meningkatkan GABA dan pemicu bangun kafein menghambat reseptor adenosin.
Regulasi tidur
Tidur dan bangun diregulasi oleh dua dasar proses yang sangat berpasangan yang bekerja secara simultan (dua proses sistem tidur):
· Proses homeostatik, secara primer meregulasi panjang dan kedalaman tidur
· Ritme sirkadian endogen (“jam waktu biologis”), memengaruhi pengaturan tidur serta waktu dan durasi siklus tidur-bangun harian.
Kadar relatif dari keadaan mengantuk (kecenderungan tidur) atau waspada berada pada setiap waktu selama periode 24 jam sebagian ditentukan oleh durasi dan kualitas dari tidur sebelumnya, seperti juga pada waktu bangun sejak periode tidur terakhir.
Untuk mendapatkan manfaat tidur, seorang anak perlu tidur dalam jumlah yang cukup untuk melengkapi tiap siklus irama ultradian tidur NREM dan REM. Anak mendapatkan istirahat yang dibutuhkan bila keempat hal ini dipenuhi secara seimbang, yaitu jadwal tidur dalam sehari, total panjang waktu tidur, tidur siang, dan konsolidasi tidur.