primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Diagnosis dan Tatalaksana Osteosarkoma

Oleh: dr. Afiah Salsabila

Topik: onkologi, osteosarkoma, Tulang, Kanker, keganasan

Osteosarkoma adalah kanker tulang yang paling sering terjadi pada anak. Sel-sel yang menyusun osteosarkoma berasal dari sel mesenkim. Manifestasinya sangat heterogen dan bisa dibagi menjadi beberapa subtipe. Artikel ini akan menjelaskan mengenai cara mendiagnosis osteosarkoma dan tatalaksana apa saja yang ada saat ini untuk mengatasinya.

Osteosarkoma paling sering terjadi pada anak umur 10 hingga 14 tahun; rentang usia tersebut adalah ketika yaitu ketika growth spurt terjadi. Kondisi ini terjadi pada 4 per satu juta orang. Osteosarcoma paling sering terjadi di dekat metafisis tulang panjang, seperti femur, tibia, dan humerus. Tulang lainnya yang dapat terkena osteosarkoma adalah tulang tengkorak, dagu, dan pelvis. Berdasarkan etiologinya, osteosarkoma bisa dibagi menjadi dua: primer dan sekunder. Osteosarkoma primer terbentuk tanpa patologi tulang lain yang mendahuluinya, sedangkan osteosarkoma sekunder terjadi setelah adanya kerusakan tulang yang terjadi sebelumnya. Osteosarkoma primer biasanya terjadi pada metafisis tulang panjang dan memiliki prediksi pada lutut 60%. Mayoritas individu yang terkena osteosarkoma adalah anak dan remaja, berbeda dengan osteosarkoma sekunder yang lebih banyak terjadi pada orang dewasa. Secara histologis, osteosarkoma dibagi menjadi tiga subtipe, yaitu (1) tipe sentral yang terjadi pada medula tulang, (2) tipe permukaan yaitu yang terjadi pada periosteum atau korteks tulang, dan (3) tipe ektraskeletal.

Gejala-gejala osteosarkoma biasanya baru muncul beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah keganasannya terbentuk pertama kali. Biasanya pasien dengan osteosarkoma datang dengan keluhan nyeri tulang, khususnya ketika sedang beraktivitas.

Nyeri yang diakibatkan oleh osteosarkoma dapat menyebabkan anak untuk memiliki kesulitan dalam berjalan. Pada pemeriksaan fisik, osteosarkoma dapat bermanifestasi sebagai massa yang nyeri ketika disentuh. Area pada daerah yang terkena osteosarkoma juga teraba hangat. Penemuan lainnya yang dapat dilihat pada pasien osteosarkoma adalah berkurangnya range of motion, serta limfadenopati regional atau lokal. Jika terdapat gejala paru, maka metastasis perlu dicurigai.

Menurut panduan dari National Comprehensive Cancer Network tahun 2020 silam, pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan biomarker lactate dehydrogenase dan alkaline phosphatase, serta pencitraan dengan foto polos dan MRI. Pada foto polos dapat terlihat adanya sunburst appearance yang menandai periostitis yang agresif, Codman appearance yang menandakan adanya pengangkatan periosteum dari tulang, dan lesi pada tulang yang tampak seperti awan. Lesi yang tampak seperti awan ini menggambarkan jaringan lunak yang terklasifikasi pada matriks osteoid hasil produksi sel tumor. Jika gambaran-gambaran tersebut tampak pada foto polos, pasien dapat diperiksakan dengan MRI. MRI dapat digunakan untuk melihat seberapa luas tumor telah menyebar pada tulang dan organ-organ lain. Hasil MRI bisa dijadikan panduan untuk terapi, khususnya reseksi limb sparing dan kemoterapi. CT Scan dapat digunakan jika terdapat tanda-tanda lesi litik pada tulang, karena modalitas ini lebih baik dari foto polos dan MRI dalam mengidentifikasi lesi litik. PET- scan biasanya digunakan untuk mengidentifikasi rekurensi.

Tatalaksana osteosarkoma ditentukan berdasarkan derajat penyebaran tumor. Osteosarcoma derajat rendah tanpa metastasis ditatalaksana dengan eksisi luas. JIka lokasi osteosarkoma adalah pada medula dan permukaan tulang saja, maka dilakukan tanpa pemberian neoadjuvant, namun jika ada keterlibatan periosteum, maka eksisi luas perlu didahului dengan kemoterapi neoadjuvant. Jika terjadi osteosarcoma tingkat tinggi tanpa metastasis, maka dilakukan kemoterapi dan dilanjutkan dengan staging ulang. Proses staging ulang menentukan apakah reseksi bisa dilakukan atau tidak. Jika terapi yang diberikan berhasil, pasien masih perlu dilakukan pemantauan ulang secara berkala untuk melihat jika ada kekambuhan atau tidak. Pasien perlu dipantau ulang tiga bulan sekali pada 2 tahun pertama, empat bulan sekali pada tahun ketiga, 6 bulan sekali pada tahun ke-4 dan ke-5, dan tiap tahunnya setelah itu. Pemeriksaan yang perlu dilakukan ketika pemantauan ulang adalah pemeriksaan fisik, pencitraan pada toraks dan tulang yang terkena osteosarkoma, PET/CT atau bone scan, dan pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan biomarker sesuai indikasi.

Osteosarcoma adalah penyakit yang dapat timbul secara tiba-tiba. Penyakit ini perlu dipikirkan jika anak mengeluh nyeri pada tulang khususnya ketika bergerak. Dengan deteksi awal, pasien bisa diberi tatalaksana secepatnya dan risiko perburukan dapat dikurangi.



Referensi: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK549868/


familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: