Pemeriksaan yang Sebaiknya Dikerjakan untuk Toleransi Operasi
Oleh: dr. Afiah Salsabila
Topik: pra-operasi, bedah, pemeriksaan, lab
Anak bukanlah dewasa dalam ukuran mini; secara anatomis, fisiologis, dan psikologis, anak memiliki variasi berdasarkan tahap perkembangannya. Maka dari itu, masalah kesehatan yang dialami anak, termasuk komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi pada anak ketika pembedahan tidak bisa disamakan dengan orang dewasa. Dengan mengetahui hal tersebut, ada faktor-faktor tertentu yang perlu diperhatikan ketika melakukan pemeriksaan toleransi operasi pada anak.
Pada kunjungan pra-bedah, seorang ahli anestesi perlu mengidentifikasi faktor klinis yang dapat menimbulkan komplikasi pada tahap perioperatif. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang komprehensif perlu dilakukan untuk menilai kondisi baseline pasien serta melihat perkembangan kondisi klinis pasien. Informasi penting yang perlu dikumpulkan meliputi riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, riwayat pembedahan, serta informasi seputar teknik pembebasan jalan napas yang pernah berhasil/tidak berhasil dan lokasi akses intravena yang kerap berhasil dipasang pada pasien. Alergi yang penting ditanyakan adalah alergi terhadap lateks, karena ada beberapa alat bedah yang menggunakan bahan lateks. Hal ini bisa ditanyakan langsung, atau ditanyakan jika pasien pernah ada reaksi alergi ketika dekat dengan balon. Riwayat pengobatan pasien juga perlu digali. Kelainan anatomis, khususnya pada jalan napas dan sekitarnya, penting untuk diidentifikasi karena hal ini dapat membuat anak rentan akan obstruksi jalan napas. Riwayat prematuritas juga penting karena kondisi ini membuat anak rawan untuk mengalami apnea post-operatif, sehingga perlu pengawasan pasca bedah yang lebih ketat.
Pemeriksaan lab yang dilakukan pada anak untuk toleransi operasi disesuaikan dengan kondisi spesifik anak. Untuk anak yang sehat kecuali untuk penyakit yang menyebabkan dirinya harus dioperasi, pemeriksaan lab rutin tidak dianjurkan. Pemeriksaan lab yang dipesankan untuk anak hanya yang relevan ke kondisi pasien. Pada anak dengan penyakit jantung bawaan, pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah EKG, ekokardiografi, saturasi oksigen, hematokrit, elektrolit, dan foto toraks. JIka pada anamnesis dan pemeriksaan fisik terdapat gejala dan tanda infeksi, maka pemeriksaan leukosit bisa dilakukan. Infeksi perlu dikonfirmasi karena bakteri penyebab infeksi dapat bersirkulasi di darah dan tumbuh di katup buatan anak. Pasien dengan gangguan ginjal rawan untuk mengalami overload cairan dan ketisakseimbangan elektrolit, maka selain anamnesis dan pemeriksaan fisik, perlu dilakukan pemeriksaan elektrolit, status volume, dan hematokrit. Pada anak perempuan remaja, risiko kehamilan ada, maka terkadang tes kehamilan diindikasikan. Walaupun demikian, tes kehamilan rutin masih kontroversial.
Pemeriksaan toleransi operasi pada masa pre-operatif dilakukan untuk menyiasati komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi kepada anak. Runtutan pemeriksaan harus disesuaikan dengan kondisi anak dengan memperhatikan masalah kesehatan tertentu yang dapat dialami. Hal ini dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap, diikuti oleh pemeriksaan penunjang yang relevan bagi kondisi anak.
Referensi:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559198/
https://www.anesthesiology.theclinics.com/article/S1932-2275(18)30083-1/fulltext