primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

MomDad, Lakukan Hal Ini Jika si Kecil Alergi Susu Sapi!

Author: Fauziah Sabtuanisa / dr. Dini Astuti Mirasanti Sp.A

Topik: Alergi, Susu Sapi

MomDad, pernah nggak si Kecil mengalami muntah, diare dan timbulnya ruam merah pada kulit setelah minum susu formula atau susu sapi? Bisa jadi, itu sebagian dari banyaknya gejala yang menunjukkan bahwa ia alergi terhadap susu sapi.

Alergi susu sapi merupakan alergi makanan yang paling umum pada si Kecil. MomDad harus tahu, bahwa ada dua macam reaksi alergi terhadap susu sapi, yaitu alergi terhadap protein yang terkandung dalam susu dan intoleransi laktosa. Hal tersebut merupakan dua masalah yang berbeda, lho. Apa sih bedanya? Yuk, kita bahas sekarang!

Perbedaan alergi susu sapi dan intoleransi laktosa

Alergi protein susu sapi merupakan suatu reaksi hipersensitivitas atau sistem kekebalan tubuh pada si Kecil yang mengalami reaksi berlebihan terhadap protein di dalam susu.

Sedangkan intoleransi laktosa yaitu suatu reaksi berlebihan saat si Kecil kesulitan mencerna laktosa, yaitu kandungan gula dalam susu, karena tidak memiliki enzim laktase yang cukup. Hal ini pun bisa terjadi pada si Kecil yang mendapatkan ASI eksklusif, karena ibu yang sedang memberikan ASI eksklusif mengonsumsi produk susu.

Apa saja gejala yang timbul saat si Kecil alergi susu sapi?

Gejala yang ditimbulkan saat si Kecil mengalami alergi susu tidak hanya berupa muntah, diare, dan timbulnya ruam merah pada kulit saja, tetapi juga bervariasi dan ada yang terjadi di dalam saluran cerna, misalnya:

  • Gumoh atau muntah
  • Diare
  • Terdapat darah pada fases atau kotoran si Kecil

Sedangkan gejala alergi susu sapi di luar saluran pencernaan meliputi:

  • Anemia (kadar hemoglobin menurun)
  • Timbul ruam merah pada kulit atau dermatitis atopik
  • Pembengkakan pada bibir si Kecil
  • Sesak napas
  • Biduran
  • Pilek
  • Batuk, hingga kolik

Gejala alergi ini biasanya timbul dalam waktu 30 menit hingga 1 jam atau timbul lebih lambat (> 1 jam) setelah mengonsumsi susu sapi.

Apa yang harus dilakukan saat si Kecil mengalami alergi susu sapi?

Jangan anggap remeh alergi susu pada si Kecil dan segera periksakan ke dokter anak. Hal ini perlu dilakukan agar dokter anak dapat memeriksa antara susu yang dikonsumsi si Kecil dengan timbulnya gejala alergi. Untuk si Kecil yang minum ASI eksklusif juga harus dilakukan pemeriksaan, agar dokter bisa mengaitkan dengan susu yang dikonsumsi oleh ibu, serta melacak daftar riwayat alergi pada keluarga.

Jika terjadi adanya reaksi alergi terhadap kandungan makanan tertentu, paling ideal dibuktikan dengan uji eliminasi dan provokasi, yang artinya si Kecil atau Mom harus menghindari makanan yang dicurigai selama beberapa waktu (eliminasi), kemudian dicoba berikan kembali (provokasi) setelahnya. Namun, pembuktian ini harus dilakukan di bawah pengawasan dokter, terutama bila reaksi alergi yang timbul cukup berat.

Selain uji eliminasi dan provokasi, ada beberapa pemeriksaan lainnya yang dapat dilakukan untuk menduga apakah seorang anak mengalami alergi susu sapi, yaitu dengan uji tusuk kulit dan mengukur kadar IgE spesifik.

MomDad juga perlu ingat, bahwa hasil yang positif tidak selalu menandakan bahwa si kecil ‘PASTI’ alergi terhadap alergen tertentu. Melainkan ‘HANYA’ menandakan bahwa tubuh anak telah mengalami reaksi berlebih terhadap alergen tersebut.

Tindakan yang kurang hati-hati berisiko menyebabkan malnutrisi, karena orang tua melakukan penghindaran yang sebetulnya tidak diperlukan, seperti misalnya mengganti susu sapi dengan susu kedelai.

Bagaimana alergi susu sapi dapat didiagnosis?

Diagnosis utama alergi susu sapi adalah uji eliminasi dan provokasi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, yaitu mengeliminasi bahan makanan yang dicurigai selama 2-4 minggu, sebelum akhirnya dicoba diberikan kembali (provokasi).

Bagi si Kecil yang diberikan susu formula ‘X’, susu formula yang biasa diberikan akan diganti dengan susu formula yang terhidrolisat ekstensif atau formula asam amino.

Setelah 2-4 minggu eliminasi, akan dilakukan uji provokasi dengan memberikan kembali susu formula ‘X’. Jika si Kecil menunjukkan gejala serupa dengan sebelum dilakukan eliminasi, maka ia didiagnosis mengalami alergi susu sapi. So, jalan keluarnya adalah menggunakan susu formula terhidrolisat ekstensif untuk yang gejala alergi ringan-sedang, atau susu formula asam amino untuk yang  bergejala berat.

Pemberian susu formula khusus ini dilakukan sampai si Kecil berusia 9 atau 12 bulan. Setelah itu, uji provokasi diulang kembali. Bila gejala tidak timbul lagi, berarti anak sudah toleran dan susu sapi dapat dicoba diberikan kembali. Sebaliknya, jika gejala timbul lagi, maka eliminasi diet dilanjutkan kembali selama 6 bulan.

Apabila MomDad menemukan kendala berupa harga, biaya atau tidak tersedia susu formula hipoalergenik (terhidrolisat ekstensif atau asam amino), maka pilihan yang dapat diberikan adalah susu formula berbasis soya.

Namun demikian, si Kecil yang alergi susu sapi masih dapat menunjukkan reaksi silang terhadap protein kedelai yang artinya ia juga alergi terhadap protein kedelai, sehingga gejala masih mungkin dapat timbul. Semua jenis susu di atas harus diberikan atas rekomendasi dari dokter ya, MomDad!

Bagi si Kecil yang mendapatkan ASI eksklusif, Mom disarankan untuk menghindari produk susu sapi dan turunannya seperti roti, biskuit, yoghurt dan lainnya. Setelah 2-4 minggu, lakukan uji provokasi dengan kembali mengonsumsi produk susu sapi. Apabila timbul gejala pada saat uji provokasi, maka bayi didiagnosis mengalami alergi susu sapi.

Bagaimana MomDad, apakah sudah paham mengenai alergi susu sapi pada si Kecil? Jika masih ada pertanyaan lainnya seputar alergi si Kecil, bisa tanyakan langsung Konsultasi Dokter dengan download aplikasi PrimaKu di Apple Store dan Google Play. Selain itu, MomDad bisa follow instagram @official.primaku untuk informasi tumbuh kembang anak lainnya.

Sumber foto: iStock

Referensi:

  • Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia: Diagnosis dan tata laksana alergi susu sapi. Edisi kedua. 2014
  • Vandenplas Y, Brueton M, Dupont C, Hill D, Isolauri E, Koletzko S, dkk. Guideline for the diagnosis and the management cow’s milk protein allergy in infants. Arch Dis Child. 2007;92;902-8.
  • Edwards CW, Younus MA. Cow Milk Allergy. [Updated 2021 Jun 29]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK542243/
  • https://gikids.org/digestive-topics/cows-milk-protein-allergy/

Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: