Si Kecil Makannya Sedikit? Kenali Gejala & Penyebab Small Eater!
Author: Radhita Rara
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A
Topik: Small Eeater, MPASI, Tumbuh Kembang
Ada berbagai macam gangguan makan pada anak, salah satunya small eater. Gejala dan tanda-tandanya bisa dibilang berbeda satu dengan lainnya. Nah, kali ini PrimaKu akan membahas mengenai small eater yang terjadi pada anak. Anak dengan small eater biasanya ditandai dengan kesulitan makan atau makan sangat sedikit. Untuk membahas lebih banyak mengenai gangguan makan ini, yuk simak artikel berikut inI!
Pengertian Small Eater
Small eater adalah sebutan yang dipakai untuk anak dengan keluhan makan sedikit, status gizi kurang, padahal sudah menerapkan feeding rules yang benar. Literatur lain menggunakan terminologi infantile anorexia, vigorous child with little interest in feeding.
Ciri Anak Small Eater
Anak yang termasuk small eaters adalah anak aktif, perkembangan normal, seringkali lebih tertarik pada lingkungan dibandingkan makanan, dan tidak memiliki masalah medis yang mendasari, serta tidak berkaitan dengan trauma makan.
Dampak Small Eater
Orang tua yang memiliki anak dengan masalah ini umumnya menjadi cemas dan mengkompensasi makan yang sedikit dengan pemberian camilan, yang justru menurunkan selera terhadap makanan utama. Pada akhirnya menyebabkan orang tua memaksa anak makan. Bila small eater tidak ditangani dengan benar, anak dapat mengalami gagal tumbuh.
Cara Atasi Small Eater
Cara mengatasi anak small eater umumnya ditujukan untuk meningkatkan nafsu makan dengan menciptakan rasa lapar, sehingga anak dapat menikmati makan. Ini dapat dicapai dengan penerapan feeding rules, yaitu adanya jadwal makan yang terstruktur dan teratur sehingga menciptakan rasa lapar dan kenyang. Walaupun anak hanya makan sedikit, perlu diingatkan agar orang tua tidak tergoda untuk menawarkan makanan maupun susu di luar jadwalnya.
Air putih diperbolehkan sesudah makan atau di antara jam makan. Orang tua juga disarankan agar mengurangi seminimal mungkin distraksi selama proses pemberian makan dan memberikan hukuman yang konsisten untuk memperbaiki perilaku yang merusak. Distraksi dapat berupa televisi, mainan, perangkat permainan elektronik, dan lain-lain.
Anak dengan small eaters berisiko mengalami gagal tumbuh karena asupan yang kurang. Oleh karena itu, pertumbuhan harus dipantau berkala dan berat badan harus naik sesuai grafik pertumbuhan. Untuk menangani gagal tumbuh pada kelompok ini, dibutuhkan peningkatan densitas energi dan nutrien yang dapat dicapai dengan beberapa cara: pendekatan berikut secara berurutan untuk meningkatkan densitas energi: (1) analisis diet, kebutuhan kalori, dan masalah makan; (2) konseling individu mengenai asupan diet dan praktek pemberian makan; (3) tawarkan makanan utama dan camilan lebih sering; (4) peningkatan kalori makanan rumah atau formula dengan polimer glukosa dan/atau lemak dalam bentuk minyak, mentega, santan, atau susu; (5) penggunaan suplemen nutrisi oral (ONS, Oral Nutrition Supplement); (6) pemberian nutrisi enteral; (7) pemberian nutrisi parenteral (lewat infus)
Makanan yang dianjurkan untuk anak usia 1-3 tahun terdiri dari makanan keluarga berupa makanan padat dan ASI/susu dengan rasio 70% makanan padat dan 30% ASI/susu. Perhitungan kebutuhan kalori total dilakukan berdasarkan rekomendasi asuhan nutrisi pediatrik IDAI.
Susu formula untuk anak usia 1-3 tahun dikelompokkan sebagai susu formula pertumbuhan dan komposisinya diatur oleh Codex Standard for Follow Up Formula (Codex 1987). Susu formula untuk anak usia 6-36 bulan memiliki kalori 60-85 kkal/100 ml. Suplemen nutrisi oral (ONS) didefinisikan sebagai suplemen asupan oral yang digunakan berdasarkan tujuan medis khusus sebagai tambahan makanan normal. Densitas energi standar untuk formula enteral adalah 0,9-1,2 kkal/ml.
Formula dengan densitas energi tersebut sesuai digunakan untuk memenuhi kebutuhan batita small eater tanpa membutuhkan forced feeding, karena batita small eater hanya dapat mengonsumsi makanan dalam jumlah kecil. Formula dengan densitas energi tinggi (>1,2 kkal/ml) berguna untuk anak dengan peningkatan kebutuhan energi
Penolakan makan umumnya terjadi pada saat transisi ke makanan pendamping ASI atau makan mandiri, yaitu pada usia 6 bulan sampai 3 tahun
Perbedaan Small Eater dan Picky Eater
Anak dengan small eater tidak dapat mengonsumsi makanan dalam jumlah cukup, dan umumnya terjadi pada kondisi anak aktif dengan gizi kurang, meskipun telah dilakukan feeding rules yang benar.
Secara mudahnya, small eater adalah masalah makan yang merupakan masalah kuantitas/jumlah makan, namun tidak memiliki preferensi kuat terhadap jenis makanan tertentu. Sedangkan picky eater adalah masalah makan yang berbicara tentang kualitas asupan makanan. Anak dengan picky eater dapat memiliki gizi baik maupun gizi kurang, namun umumnya dengan intervensi feeding rules yang benar, kenaikan berat badannya tetap tidak adekuat.
Mencegah Small Eater
Penelitian yang ada menunjukkan beberapa faktor yang berperan dalam terjadinya infantile anorexia, diantaranya temperamen anak, serta rendahnya kualitas hubungan anak di dalam keluarga (hubungan dengan ayah/ibu) yang berpengaruh pada perkembangan sosioemosional anak. Anak dengan IA dikatakan tampak memiliki kemampuan sosial lebih rendah dibandingkan anak seusianya, kemampuan autotomi yang rendah serta kesulitan dalam mengendalikan diri.
Pencegahan yang dapat dilakukan oleh orangtua tentunya adalah menerapkan responsive feeding dan selalu memenuhi kebutuhan asah, asih, asuh anak sesuai kepribadian dan temperamen anak.
Nah, jika MomDad mendapati si Kecil mulai menunjukkan gejala small eater, sebaiknya langsung konsultasikan dengan dokter agar anak bisa mendapatkan penanganan yang tepat, ya.
MomDad mau share informasi atau pertanyaan seputar MPASI dan Laktasi bersama orang tua lainnya? Yuk, ceritakan pengalaman MomDad di Forum MPASI & Laktasi! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho.
Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.