Si Kecil Terlambat Berjalan, Bisa Jadi Karena Defisiensi Vitamin D!
Author: Fitri Permata
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso Sp.A
Topik: Featured Article Diari Nutrisi, Terlambat Berjalan, Defisiensi Vitamin D
Berjalan untuk pertama kali adalah salah satu tonggak perkembangan anak yang paling berkesan. Bayi biasanya mulai berjalan antara usia sekitar 10 hingga 18 bulan. Sebelum mereka mulai berjalan, bayi biasanya sudah merangkak (antara 7 hingga 12 bulan) dan menarik diri mereka sendiri untuk berdiri (biasanya antara usia 9 hingga 12 bulan).
Namun, pada beberapa kasus, ada pula bayi yang mengalami terlambat jalan dan kerap membuat orang tua khawatir. Apa sih penyebab anak terlambat berjalan?
1. Gangguan neurologis
Beberapa gangguan neurologis seperti palsi serebral, distrofi muskular (penyakit yang diturunkan yang menyebabkan gangguan saraf dan otot) akan menyebabkan kekakuan maupun kelemahan otot yang digunakan untuk berjalan sehingga menghambat proses perkembangan berjalan anak.
2. Defisiensi vitamin D
Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan gangguan pembentukan tulang. Tulang dan otot merupakan unit motorik yang penting dalam proses lokomotor atau berjalan anak. Jika otak memerintahkan tulang dan otot untuk bergerak, namun kondisinya tidak optimal, maka anak dapat mengalami gangguan berjalan. Kondisi kekurangan vitamin D berat ini disebut Rickets atau Rakitis. Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan Rickets dengan keterlambatan berjalan.
3. Gangguan hormon, seperti hipotiroidisme
Pada anak dengan hipotiroidisme terdapat keterlambatan perkembangan di semua ranah perkembangan, termasuk berjalan. Anak dengan hipotiroidisme juga memiliki tonus otot lemah, retardasi mental, dan lamban.
4. Keterlambatan perkembangan global (global developmental delay)
Populasi tertentu anak memiliki keterlambatan perkembangan, termasuk berjalan. Kondisi ini juga dapat disertai hipotonia, yaitu kelemahan tonus otot yang mempengaruhi kemampuan anak berjalan.
5. Prematuritas
Bayi yang lahir prematur perlu dievaluasi berdasarkan usia koreksinya, namun umumnya mengalami keterlambatan perkembangan yang berbanding lurus dengan tingkat prematuritasnya. Beberapa kondisi lain seperti tonus otot berlebih (spastisitas), gangguan keseimbangan, kurangnya stimulasi, dan disabilitas intelektual dapat berkaitan dengan keterlambatan berjalan.
Evaluasi penyebabnya
Anak yang mengalami keterlambatan berjalan perlu dievaluasi penyebabnya. Misalnya, jika anak selalu digendong ke mana-mana, maka ia tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya berjalan, maka solusinya adalah memberikan ruang untuk anak mempraktekkan kemampuan ototnya. Kondisi lain yang disebutkan di atas memerlukan intervensi tenaga ahli khusus, misalnya fisioterapi, rehabilitasi medik, neurologi secara kolaboratif untuk menunjang anak dapat berjalan mandiri.
Cara agar anak dapat berjalan sesuai dengan tumbuh kembang
Untuk membantu anak agar dapat berjalan sesuai tonggak tumbuh kembang, MomDad bisa mencoba cara berikut ini:
- Memberikan banyak kesempatan “floor time”
Anak yang banyak bermain dan menjelajah sekitarnya akan memiliki kesempatan mengembangkan otot-otot besar tubuhnya agar ia mampu bergerak/berpindah tempat dengan efisien.
- Menyiapkan lingkungan yang aman untuk anak bereksplorasi
Pastikan MomDad menutup semua saklar listrik dan menjauhkan berbagai benda tajam atau yang berpotensi menyebabkan anak terjatuh saat belajar jalan.
- Menyediakan “pegangan” bagi anak yang mulai merambat
MomDad dapat membantu anak belajar berjalan menggunakan benda-benda statis, seperti kursi pendek, yang dapat menjadi tempat anak berpegangan saat berdiri dan berjalan. Anak juga dapat dilatih berjalan dengan berpegangan pada pagar playmat yang tak hanya berfungsi sebagai pegangan, namun juga memberikan alas yang cukup empuk apabila anak terjatuh.
- Menggunakan alat bantu seperti push walker
Saat ini sudah banyak dikembangkan peralatan bayi seperti push walker yang merangsang anak untuk berdiri sendiri dengan roda yang dapat didorong dan dikunci sebagai pengaman sesuai kebutuhan anak. Push walker digunakan dengan mendorong pegangan dari belakang, kemudian roda akan berputar sehingga anak dapat berjalan maju dengan tetap berpegangan.
- Meletakkan benda-benda yang menarik perhatian anak di lantai
Anak akan belajar untuk berjongkok sembari mempertahankan keseimbangan tubuhnya agar tidak terjatuh. Hal ini memerlukan kekuatan otot-otot batang tubuh maupun ekstremitas yang harus dikembangkan anak pada usia ini. Pastikan anak memiliki tempat berpegangan, apabila ia mulai terhuyung-huyung.
- Bertelanjang kaki dapat memberikan input stimulasi sensori serta proprioseptif bagi seorang anak untuk mengetahui posisi tubuh, merasakan dataran tempat ia menjejakkan kaki, serta mempertahankan keseimbangan, agar setelah anak mampu berdiri dengan baik, ia dapat melakukan perpindahan selangkah demi selangkah hingga akhirnya berjalan dengan baik.
Satu hal yang perlu MomDad ingat, bahwa setiap anak itu spesial. Mereka memiliki waktunya sendiri untuk bisa mencapai tonggak tumbuh kembang tertentu. Tetap pantau dan apresiasi setiap proses pertumbuhannya. Jika ada hal yang mengganggu dan mengkhawatirkan, jangan ragu untuk konsultasi dengan dokter anak.
Referensi: