
Rotavirus: Etiologi, Komplikasi, dan Tatalaksana
5 Des 2024
Author: dr. Afiah Salsabila
6 Mei 2025
Topik: Ilmiah, Infeksi Saluran Kemih, Komplikasi, Infeksi Saluran Kemih Kompleks
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyebab utama morbiditas pada anak, terutama pada bayi dan balita. Meskipun sebagian besar kasus bersifat ringan dan responsif terhadap terapi empiris, ISK kompleks—yakni infeksi yang terjadi pada anak dengan kelainan anatomi saluran kemih, gangguan fungsi ginjal, atau yang tidak respon terhadap pengobatan standar—dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang yang serius. Penundaan diagnosis dan terapi pada kondisi ini meningkatkan risiko kerusakan ginjal permanen yang berdampak pada kualitas hidup jangka panjang anak. (1,2)
Salah satu komplikasi utama dari ISK kompleks adalah pielonefritis akut, yaitu infeksi yang melibatkan parenkim ginjal. Bila tidak ditangani dengan segera dan tepat, kondisi ini dapat menyebabkan terbentuknya jaringan parut ginjal (renal scarring). Studi kohort di Wales yang mengikutsertakan 159 201 partisipan menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami ISK sebelum usia lima tahun memiliki peluang empat kali lebih besar dalam mengalami parut ginjal pada usia tujuh tahun dibandingkan dengan anak tanpa riwayat ISK, meskipun prevalensi absolutnya tetap rendah (1,24%). (3)
Parut ginjal akibat ISK berulang telah lama dikaitkan dengan hipertensi dan penyakit ginjal kronik, atau juga dikenal sebagai chronic kidney disease (CKD). Dengan adanya parut ginjal, jumlah nefron berkurang sehingga aktivasi sistem renin-angiotensin pun ikut terganggu. Namun, studi yang sama tidak menemukan hubungan signifikan antara riwayat ISK dengan hipertensi (adjusted hazard ratio [HR] 1,44), CKD (HR 1,67), maupun gagal ginjal terminal (HR 1,16) hingga usia 10 tahun, kecuali pada anak dengan faktor risiko tambahan seperti refluks vesikoureter (VUR) dan kelainan struktural lainnya. (3) Ini menekankan pentingnya identifikasi anak berisiko tinggi untuk pemantauan jangka panjang.
ISK kompleks juga dapat menyebabkan komplikasi sistemik serius seperti urosepsis. Urosepsis terjadi ketika infeksi menyebar ke dalam aliran darah dan memicu respons inflamasi sistemik. Bayi, khususnya neonatus, memiliki risiko lebih tinggi akibat imaturitas sistem imun. Sekitar 4–9% bayi dengan ISK mengalami bakteremia, dan sebagian kecil berkembang menjadi syok sepsis atau meningitis. (1,2).
Selain itu, komplikasi lokal seperti abses ginjal dan perinefrik juga perlu diwaspadai. Abses ginjal biasanya timbul akibat penyebaran infeksi dari pielonefritis yang tidak tertangani, sedangkan abses perinefrik terjadi jika infeksi meluas ke jaringan sekitar ginjal. Manifestasi klinisnya meliputi demam tinggi, nyeri pinggang, malaise, dan kadang sulit dibedakan dari pielonefritis biasa. Diagnosis ditegakkan dengan pencitraan seperti USG ginjal atau CT-scan, dan terapi meliputi antibiotik intravena serta, bila perlu, drainase bedah. (2)
Pada anak dengan penggunaan antibiotik jangka panjang atau kondisi imunokompromais, infeksi jamur seperti kandidiasis saluran kemih dapat menjadi komplikasi tambahan. Kandidiasis dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih melalui pembentukan massa jamur (fungus ball) dan menyebabkan gagal ginjal akut. Temuan klinis seperti disuria, nyeri pinggang, dan kultur urin yang menunjukkan pertumbuhan Candida spp. Sebanyak kebih dari 10⁴ CFU/mL memerlukan terapi antijamur agresif. (1,2)
Refluks vesikoureter (VUR) merupakan komponen penting dalam perjalanan ISK kompleks. VUR memungkinkan urin yang terinfeksi naik dari kandung kemih ke ginjal, sehingga memperbesar risiko pielonefritis dan parut ginjal. Anak dengan VUR derajat tinggi memiliki risiko lebih besar untuk mengalami CKD atau hipertensi di masa depan, khususnya bila disertai ISK berulang yang tidak tertangani secara tuntas. Oleh karena itu, evaluasi radiologis seperti sistouretrogram (VCUG) direkomendasikan pada anak dengan ISK berulang atau ISK pertama yang berat. (2,3)
ISK kompleks juga dapat berdampak jangka panjang terhadap fungsi kandung kemih. Anak-anak yang mengalami ISK berulang cenderung mengalami disfungsi miksi, inkontinensia, dan enuresis. Kondisi ini dapat memperburuk siklus infeksi dan memperpanjang durasi pengobatan, serta berdampak negatif terhadap psikososial anak. Evaluasi urodinamik dan terapi perilaku merupakan bagian integral dari tata laksana. (2)
Sebagian besar komplikasi ISK kompleks dapat dicegah dengan deteksi dan pengobatan dini. Diagnosis harus segera ditegakkan melalui pemeriksaan urinalisis dan kultur urin, dengan pemberian antibiotik empiris segera setelah pengambilan sampel. Penundaan pemberian terapi antimikroba dikaitkan secara langsung dengan peningkatan risiko parut ginjal (2). Pada kasus-kasus dengan manifestasi berat, pencitraan ginjal dengan USG atau DMSA scan harus dilakukan untuk mendeteksi kerusakan struktural yang mungkin tersembunyi.
Secara keseluruhan, ISK kompleks pada anak merupakan kondisi yang tidak dapat diabaikan. Komplikasi serius seperti parut ginjal, hipertensi, CKD, urosepsis, abses ginjal, hingga disfungsi kandung kemih memerlukan perhatian klinis yang khusus. Penatalaksanaan dini dan komprehensif, khususnya pada anak dengan faktor risiko seperti VUR atau kelainan kongenital ginjal dan saluran kemih, merupakan kunci untuk mencegah terjadinya morbiditas jangka panjang.
Daftar Pustaka
5 Des 2024
11 Des 2024
26 Des 2024
4 Feb 2025