Diabetes Mellitus Tipe 1 (DM tipe 1) adalah salah satu penyakit autoimun kronis yang paling umum terjadi pada anak-anak dan remaja. Penyakit ini memerlukan perawatan intensif dan pengelolaan yang baik untuk memastikan anak tetap sehat dan mencegah komplikasi jangka panjang. Artikel ini akan membahas tatalaksana DM tipe 1 pada anak.

Hal utama yang perlu dimengerti oleh pasien dan keluarga pasien adalah bahwa DM tipe 1 tidak dapat disembuhkan, namun dengan kontrol metabolik yang adekuat pasien dapat tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin dan memiliki kualitas hidup yang baik. Kontrol metabolik yang dimaksud diukur dengan parameter HbA1c, di mana nilai HbA1c <7% dinilai sebagai kontrol metabolik baik, <8% dianggap cukup, dan >8% dinilai buruk.

Untuk mencapai kontrol metabolik yang adekuat, perlu kerjasama antara tim terpadu yang meliputi ahli endokrinologi anak, ahli gizi, ahli psikiatri/psikologi anak, dan edukator, serta pasien dan keluarga pasien. Semua usaha yang dilakukan oleh tim dan pihak pasien harus didasari oleh tujuan berikut: bebas dari gejala, meningkatkan kualitas hidup, menghindari komplikasi, memastikan tumbuh kembang optimal, kontrol metabolik baik tanpa meningkatkan risiko hipoglikemia, menurunkan absensi sekolah dan meningkatkan partisipasi dalam kegiatan sekolah, dan menumbuhkan kemandirian pada pasien dalam mengelola penyakitnya. Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam pengelolaan DM tipe 1 adalah pemberian insulin, pengaturan makan, olahraga, edukasi, khususnya dalam pemantauan mandiri.

Terapi insulin adalah pilar utama dalam pengelolaan DM tipe 1 pada anak-anak. Insulin digunakan untuk mengontrol kadar glukosa darah dan memungkinkan glukosa masuk ke dalam sel untuk digunakan sebagai sumber energi. Anak-anak dengan DM tipe 1 memerlukan suntikan insulin harian atau menggunakan pompa insulin untuk mengatur kadar glukosa darah mereka. Ada 3 jenis insulin yang beredar saat ini: insulin kerja cepat, kerja pendek, dan kerja panjang. Jenis sediaan dan profil kerjanya dapat dilihat pada tabel 1. Pemberian insulin diberikan melalui beberapa alternatif regimen yang disesuaikan dengan pola makan anak. Tujuannya adalah untuk menjaga agar kadar glukosa plasma konsisten dengan memitigasi puncak-puncak nilai serum glukosa yang terjadi dengan adanya asupan makanan.

Insulin kerja cepat direkomendasikan untuk digunakan pada jam makan atau ketika terjadi awitan gejala-gejala akut. Insulin jenis ini bisa diberikan dalam regimen dua kali sehari atau regimen basal-bolus. Pada regimen basal bolus, insulin kerja cepat dikombinasikan dengan insulin kerja panjang. Dalam regimen tersebut, . Insulin kerja panjang dibutuhkan untuk menjaga agar serum glukosa relatif konstan sepanjang hari. Pada regimen 2 kali sehari, insulin kerja cepat diberikan ketika sore hari sebelum makan kudapan, dan biasanya dikombinasikan dengan insulin kerja menengah. Anak yang mengalami hiperglikemia, ketoasidosis, dan menjalani persiapan pra-bedah, juga diberikan insulin kerja cepat. Pada anak pra-pubertas yang cenderung memiliki pola makan yang sulit ditebak, insulin kerja cepat bisa diberikan sebelum makan. Insulin kerja cepat juga merupakan satu-satunya jenis insulin yang dipakai oleh pasien yang memilih untuk memakai pompa insulin sebagai metode administrasi.Bagi anak yang pola makannya masih teratur misalkan bayi, atau anak yang lebih besar yang bisa makan sesuai jadwal yang ditentukan, insulin kerja menengah bisa dipakai. Keteraturan jadwal makan pada pemakai insulin kerja menengah penting untuk mencegah hipoglikemia.

Dosis insulin ditentukan berdasarkan berat badan, umur, pola olahraga, pola makan, status pubertas, aktivitas harian, dan penyakit penyerta. Untuk menentukan dosis awal, bisa memakai formula berikut: untuk anak prapubertas, 0,7-1 IU/kg/hari, sedangkan untuk anak yang sedang dalam fase pubertas ditingkatkan menjadi 1,2-2 IU/kg/hari. Dosis disesuaikan lagi berdasarkan hasil monitoring HbA1C yang wajib dilakukan tiap 3 bulan dan gejala yang dialami pasien. Penyesuaian dosis juga perlu dilakukan ketika pasien mengalami honeymoon period, yaitu fase dalam perjalanan alamiah penyakit DM tipe 1, di mana kadar insulin kembali normal secara temporer akibat fungsi residual pankreas. Honeymoon period akan selesai ketika sisa insulin dalam tubuh habis total. Pada honeymoon period, dosis perlu disesuaikan menjadi <0,5 IU/kg/hari.

Selain administrasi insulin, pasien juga perlu diedukasi bahwa kontrol metabolik juga memerlukan pola makan yang sehat, olahraga teratur, cara monitoring gula darah harian dan gejala-gejala yang harus diwaspadai pada diabetes, DKA, dan hipoglikemia, serta peran aktif dari pasien dan keluarga pasien. Pola makan yang seimbang dapat dicapai dengan perencanaan makan yang memiliki komposisi makronutrien 50-55% karbohidrat, 15-20% protein, dan 25-35% dari lemak. Jenis karbohidrat yang direkomendasikan adalah yang memiliki glycemic index rendah seperti sayur-sayuran, buah-buahan, dan karbohidrat kompleks seperti gandum, oat, dan tanaman sereal. Pengaturan pola makan bisa dibantu dengan ahli gizi. DM tipe 1 juga dapat menjadi stresor bagi anak karena dapat memengaruhi kegiatannya sehari-hari, sehingga bantuan dari psikiater atau psikolog dapat diberikan jika diperlukan.

Tatalaksana DM tipe 1 pada anak adalah upaya bersama antara anak, keluarga, dan tim perawatan kesehatan. Dengan manajemen yang baik dan perawatan yang tepat, anak-anak dengan DM tipe 1 dapat menjalani kehidupan yang aktif, sehat, dan produktif serta mencegah komplikasi jangka panjang. Edukasi, dukungan, dan perencanaan perawatan yang baik adalah kunci untuk mencapai tujuan tersebut.

Tabel 1. Jenis insulin dan profil kerjanya

Referensi:

Konsensus Nasional Pengelolaan DM tipe 1 edisi 3 (https://www.idai.or.id/professional-resources/pedoman-konsensus/konsensus-nasional-pengelolaan-diabetes-tipe-1)

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507713/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5606981/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470282/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8847154/