
5 Kegiatan Seru yang Cocok untuk Memaksimalkan Potensi Balita Aktif
11 Jun 2022
Author: dr. Afiah Salsabila
28 Mei 2025
Topik: Probiotik, Riwayat Alergi, Alergi makanan, Rhinitis Alergi, Ilmiah
Alergi merupakan reaksi hipersensitivitas imunologis yang prevalensinya terus meningkat di seluruh dunia, terutama pada anak-anak. (1,2) Prevalensi alergi di dunia mengalami peningkatan yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Saat ini, sekitar 30–40% populasi global menderita satu atau lebih penyakit alergi, dan angka ini diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai 4 miliar orang dalam 30-40 tahun ke depan. (2) Penyakit alergi seperti rinitis alergi, asma, dan dermatitis atopik merupakan kondisi yang dapat mengganggu kualitas hidup anak serta menimbulkan beban ekonomi dan sosial yang signifikan. Dengan meningkatnya kasus alergi, diperlukan strategi pencegahan dan pengobatan yang efektif. Salah satu pendekatan yang kini mendapat perhatian adalah penggunaan probiotik sebagai terapi tambahan untuk mengurangi gejala alergi dan memperbaiki kualitas hidup penderita, khususnya anak-anak.
Peran Mikrobiota Usus dan Probiotik
Mikrobiota usus adalah komunitas mikroorganisme yang hidup secara simbiotik di saluran pencernaan manusia. Komposisi mikrobiota ini sangat penting dalam perkembangan dan regulasi sistem imun, terutama pada masa awal kehidupan ketika sistem imun masih dalam tahap perkembangan. Ketidakseimbangan mikrobiota usus (disbiosis) pada bayi dan anak-anak telah dikaitkan dengan peningkatan risiko alergi. (1)
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang jika diberikan dalam jumlah memadai dapat memberikan manfaat kesehatan bagi inang, termasuk modulasi sistem imun. Probiotik dapat memperbaiki keseimbangan mikrobiota usus dan mengatur respons imun sehingga mengurangi peradangan alergi. Jenis probiotik yang paling banyak dipelajari dalam konteks alergi adalah Lactobacillus dan Bifidobacterium. (2)
Mekanisme Kerja Probiotik dalam Mengurangi Gejala Alergi
Probiotik diyakini bertindak sebagai imunomodulator yang dapat mengubah keseimbangan antara respons T helper tipe 1 (Th1) dan tipe 2 (Th2). Pada alergi, terdapat dominasi Th2 yang memicu produksi imunoglobulin E (IgE) dan pelepasan mediator alergi seperti histamin. Probiotik dapat meningkatkan aktivitas sel regulator T (Tregs) yang menekan respons Th2 dan merangsang produksi sitokin anti-inflamasi seperti interleukin-10 (IL-10) dan transforming growth factor-beta (TGF-β). Dengan demikian, probiotik dapat mengurangi peradangan alergi dan hiperreaktivitas jaringan. (2)
Selain itu, probiotik juga memperkuat integritas epitel usus dan meningkatkan produksi imunoglobulin A (IgA) mukosa yang berperan sebagai garis pertahanan pertama terhadap alergen dan patogen. Melalui mekanisme ini, probiotik memperbaiki toleransi imun terhadap alergen dan menurunkan gejala alergi. (1,2).
Bukti Klinis Efikasi Probiotik pada Alergi Anak
Beberapa uji klinis acak dan meta-analisis telah menilai efek probiotik pada alergi, terutama rinitis alergi dan dermatitis atopik pada anak. Sebuah meta-analisis yang melibatkan 23 studi dengan hampir 2000 pasien menunjukkan bahwa pemberian probiotik dapat meningkatkan skor kualitas hidup pada pasien rinitis alergi dibandingkan plasebo, walaupun tidak secara signifikan mengubah skor gejala total maupun kadar IgE total. (1) Hal ini mengindikasikan bahwa probiotik berperan lebih pada peningkatan kualitas hidup dan pengurangan dampak gejala, bukan secara langsung menurunkan kadar IgE.
Studi lain melaporkan bahwa probiotik mampu mengurangi keparahan dermatitis atopik dan durasi eksaserbasi pada anak, serta menurunkan kebutuhan penggunaan kortikosteroid topikal. (2) Namun, hasil ini bervariasi tergantung jenis strain probiotik, dosis, durasi pemberian, dan status mikrobiota individu anak.
Contohnya, suplementasi probiotik Lactobacillus rhamnosus GG dan Bifidobacterium lactis terbukti menurunkan insiden dermatitis atopik pada bayi berisiko tinggi alergi dalam beberapa penelitian, tetapi tidak pada semua populasi. Pemberian probiotik secara prenatal dan postnatal juga menunjukkan potensi mengurangi risiko eczema dan sensitization pada bayi (2).
Keterbatasan dan Tantangan dalam Penggunaan Probiotik
Walaupun menunjukkan potensi, efektivitas probiotik masih dipengaruhi oleh heterogenitas penelitian, termasuk perbedaan jenis strain, dosis, waktu pemberian, serta variabilitas individu terkait komposisi mikrobiota usus. Beberapa strain probiotik juga dapat berisiko pada kelompok rentan seperti bayi prematur atau anak dengan imunodefisiensi, walaupun efek samping serius sangat jarang terjadi. (1,2)
Respons individu terhadap probiotik dipengaruhi oleh interaksi kompleks antara mikrobiota inang dan bakteri probiotik, sehingga hasil terapi tidak bisa digeneralisasi. Oleh karena itu, penggunaan probiotik sebagai terapi alergi masih memerlukan penelitian lanjutan untuk menentukan strain, dosis, dan durasi terapi optimal. (2)
Kesimpulan
Probiotik memiliki potensi sebagai terapi tambahan yang menjanjikan untuk mengurangi gejala alergi dan meningkatkan kualitas hidup anak-anak penderita alergi. Melalui mekanisme imunomodulasi dan perbaikan mikrobiota usus, probiotik dapat menurunkan respons inflamasi alergi dan memperkuat toleransi imun terhadap alergen. Namun, bukti klinis saat ini masih beragam dan dipengaruhi banyak faktor. Diperlukan studi lanjutan dengan desain lebih seragam untuk mendukung rekomendasi penggunaan probiotik pada alergi anak.
Penggunaan probiotik harus dipertimbangkan secara individual dengan pengawasan medis, terutama pada anak dengan risiko komplikasi. Probiotik juga dapat dimanfaatkan sebagai strategi pencegahan alergi sejak dini untuk membentuk mikrobiota sehat dan sistem imun seimbang.
Referensi
11 Jun 2022
16 Jan 2025
23 Mei 2025
15 Jun 2025