Rekomendasi WHO Terkait Pemberian ASI dan MPASI
Oleh: Editor Primaku
Topik: MPASI Fortifikasi, MPASI Anak, Air Susu Ibu
Makanan pendamping air susu ibu (MPASI) adalah makanan atau minuman selain ASI yang mulai diberikan pada bayi ketika air susu ibu (ASI) saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal. Pemberian MPASI umumnya dimulai pada usia 6 bulan. Masa ini adalah masa kritis di mana bayi memiliki risiko tinggi untuk memiliki defisiensi nutrisi dan gangguan pertumbuhan, sehingga penting untuk memberikan MPASI yang tepat dan adekuat. Pemberian MPASI yang optimal juga dapat membantu bayi dalam membentuk kebiasaan pola makan yang sehat yang dapat dibawa hingga bayi tumbuh besar nanti. Berikut adalah rekomendasi pemberian MPASI yang dibuat oleh World Health Organization (WHO).
Menurut WHO, pemberian ASI perlu dilanjutkan hingga umur 2 tahun dan seterusnya. Supaya saran ini bisa diterapkan, para ibu menyusui perlu diberikan dukungan yang khusus seperti fasilitas ruangan untuk menyusui, tempat penitipan anak onsite, dan jadwal kerja yang fleksibel. Ibu juga perlu diberikan opsi untuk konseling mengenai menyusui sebagai tempat untuk bertanya mengenai kendala yang ditemui dalam proses menyusui.
Untuk bayi usia 6 hingga 11 bulan yang diberikan susu selain ASI, susu formula atau susu binatang tinggi lemak bisa diberikan, sedangkan untuk anak umur 12 hingga 23 bulan yang diberikan susu selain ASI, susu binatang bisa diberikan . Produk susu adalah bagian dari diet yang beragam, khususnya pada anak yang tidak diberikan ASI dan makanan sumber hewani lainnya tidak tersedia. Susu yang bisa diberikan adalah susu binatang yang telah dipasteurisasi, susu evaporasi (bukan susu kental manis), susu fermentasi, dan yogurt. Susu yang diberi pemanis atau perasa tambahan tidak boleh diberikan.
MPASI harus mulai diberikan ketika bayi menginjak usia 6 bulan (180 hari) pemberian ASI. Pada usia 6-23 bulan, anak perlu diberikan diet beragam yang mengikutsertakan makanan sumber hewani seperti daging, ikan, dan telur, buah buahan dan sayuran tiap harinya, serta kacang-kacangan dan biji-bijian, khususnya ketika ketersediaan produk makanan hewani terbatas. Sebaliknya, makanan dengan kadar pati yang tinggi seperti nasi, tepung jagung, dan roti perlu diminimalisir karena tidak memberikan kadar protein dan mikronutrien (vitamin B12, zat besi) yang cukup untuk pertumbuhan optimal anak; begitu pula dengan jus buah 100%. Untuk makanan yang jelas tidak sehat seperti makanan tinggi gula, gram, dan trans-fat, direkomendasikan untuk tidak diberikan sama sekali.
Pada kasus-kasus di mana keperluan nutrisi anak tidak bisa dipenuhi dengan makanan yang tidak difortifikasi saja, anak umur 6-23 bulan bisa diberikan makanan yang difortifikasi, misalkan dengan Multiple micronutrient powder (MNP) bersamaan dengan makanan utama. Pemberian Small-quantity lipid-based nutrient supplements (SQ-LNS) dapat dilakukan pada populasi yang mengalami defisiensi nutrisi yang signifikan. Perlu ditekankan bahwa makanan difortifikasi dan suplemen nutrisi tidak boleh menggantikan makanan utama anak. Anak umur 6-23 bulan perlu diberikan makan secara responsif untuk mendukung anak supaya bisa makan sebagai respon dari kebutuhan fisiologis dan perkembangan, yang berpengaruh pada kemampuan anak untuk melakukan regulasi diri.
Pemberian MPASI yang tepat dan sehat sangat penting agar pertumbuhan fisik dan perkembangan mental bayi maksimal. Oleh karena itu, edukasi masyarakat dan orangtua terkait MPASI yang baik dan benar terus digalakkan untuk meningkatkan status gizi balita Indonesia.
Referensi:
Joan Younger Meek, Lawrence Noble, Section on Breastfeeding; Policy Statement: Breastfeeding and the Use of Human Milk. Pediatrics July 2022; 150 (1): e2022057988. 10.1542/peds.2022-057988. Available from: https://publications.aap.org/pediatrics/article/150/1/e2022057988/188347/Policy-Statement-Breastfeeding-and-the-Use-of?autologincheck=redirected
World Health Organization. WHO Guideline for complementary feeding of infants and young children 6/23 months of age. 2023. Available from: https://www.who.int/publications/i/item/9789240081864