Meta PixelTatalaksana Ankyloglossia pada Bayi Berdasarkan Rekomendasi IDAI <!-- --> | Articles | <!-- -->PrimaKu - Pelopor Aplikasi Tumbuh Kembang Anak di Indonesia

Tatalaksana Ankyloglossia pada Bayi Berdasarkan Rekomendasi IDAI

Author: dr. Afiah Salsabila

12 Jun 2025

Topik: Tongue Tie, Menyusui, Guideline

Latar Belakang

Ankyloglossia, atau tongue-tie, merupakan kondisi kongenital di mana lidah memiliki keterbatasan gerak karena tertahan oleh frenulum lingual yang pendek, tebal, dan tidak elastis. Pergerakan lidah yang terbatas ruang geraknya berpotensi mengganggu berbagai fungsi oral, khususnya proses menyusui pada bayi baru lahir. (1) Fenomena meningkatnya perhatian terhadap tongue-tie telah diiringi dengan lonjakan tindakan frenotomi dalam dua dekade terakhir, baik secara global maupun nasional. Padahal, hanya sekitar seperempat dari kasus tersebut yang mengalami kesulitan menyusu yang bermakna secara klinis. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan praktik overdiagnosis dan overtreatment, terutama ketika tindakan dilakukan semata-mata berdasarkan penampakan anatomis tanpa mempertimbangkan aspek fungsional. (2) Maka, bagaimana menghadapi kasus tongue tie sesuai dengan bukti ilmiah terbaru? Berikut rekomendasi yang diterbitkan oleh IDAI sejauh ini.


Diagnosis dan Evaluasi Klinis

Tongue-tie diklasifikasikan menjadi empat tipe secara anatomis: tipe I dan II (anterior), tipe III (posterior), dan tipe IV (submukosa). Ankyloglossia yang secara tampak visual terlihat berat belum tentu mengganggu proses menyusui, dan sebaliknya, bentuk yang tampak ringan bisa saja bersifat simtomatik. Oleh karena itu, pemeriksaan tongue tie harus mencakup evaluasi fungsi lidah, kemampuan bayi untuk menjulur dan mengangkat lidah, serta pengamatan langsung proses menyusu. IDAI merekomendasikan penggunaan Hazelbaker Assessment Tool for Lingual Frenulum Function (HATLFF) sebagai instrumen skrining yang telah teruji reliabilitasnya untuk bayi di bawah usia tiga bulan. Skor HATLFF <11 menunjukkan indikasi untuk tindakan frenotomi apabila gangguan menyusui menetap meskipun sudah dilakukan intervensi konservatif yang adekuat. (1) 


Tatalaksana Konservatif sebagai Pilihan Utama

Rekomendasi baik dari IDAI maupun AAP menekankan bahwa tatalaksana utama pada kasus tongue-tie adalah pendekatan konservatif. Intervensi ini terdiri atas konseling menyusui oleh tenaga terlatih, perbaikan teknik pelekatan, peningkatan frekuensi menyusui, serta suplementasi dengan ASI perah bila dibutuhkan. Pendekatan ini harus dilaksanakan secara intensif dalam 24 hingga 48 jam. Apabila gejala tidak membaik setelah terapi konservatif dan HATLFF menunjukkan skor <11 atau skor tampilan frenulum <8, maka frenotomi dapat dipertimbangkan. (1)

Tindakan frenotomi hanya boleh dilakukan oleh tenaga medis yang telah mendapatkan pelatihan, dengan memastikan terlebih dahulu bahwa bayi telah menerima profilaksis vitamin K dan tidak memiliki riwayat gangguan pembekuan darah dalam keluarga. Pada ankyloglossia submukosa, rujuk pasien ke spesialis bedah mulut, bedah anak, atau THT-KL untuk dilakukan frenektomi atau frenuloplasti. (1)


Efektivitas dan Risiko Frenotomi

Studi-studi yang tersedia menunjukkan bahwa frenotomi dapat memberikan perbaikan jangka pendek pada skor HATLFF dan mengurangi nyeri pada puting ibu dalam dua minggu pertama pascatindakan (1,2). Namun demikian, baik IDAI maupun AAP menekankan bahwa belum terdapat bukti kuat bahwa frenotomi dapat meningkatkan durasi atau keberhasilan menyusui jangka panjang. Oleh karena itu, tindakan ini tidak dianjurkan untuk pencegahan gangguan bicara, apnea tidur obstruktif, atau alasan lain di luar indikasi menyusui simtomatik. (2)

Pasca frenotomi, tidak diperlukan prosedur perawatan khusus. Latihan "stretching" luka atau manipulasi jaringan pascatindakan tidak direkomendasikan karena belum terbukti secara ilmiah dan dapat menimbulkan aversi oral. (2)


Kesimpulan

Ankyloglossia merupakan variasi anatomi yang sering ditemukan pada neonatus, namun hanya sebagian kecil yang menimbulkan gangguan menyusu. Evaluasi yang cermat dan didasarkan pada fungsi menyusu sangat penting untuk menghindari intervensi yang tidak perlu. Pendekatan konservatif harus selalu diutamakan sebagai lini pertama tatalaksana. Frenotomi hanya diindikasikan pada kasus-kasus terpilih dengan gejala menyusui yang tidak membaik setelah intervensi non-bedah yang optimal. Baik IDAI maupun AAP sepakat bahwa penanganan tongue-tie harus dilakukan secara multidisipliner dengan melibatkan dokter anak, konselor laktasi, dan bila perlu, spesialis lain yang terkait.


Daftar Pustaka

  1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diagnosis dan Tata Laksana Ankyloglossia (Tongue-Tie). Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2017.
  2. Thomas J, Bunik M, Holmes A, et al. Identification and Management of Ankyloglossia and Its Effect on Breastfeeding in Infants: Clinical Report. Pediatrics. 2024;154(2):e2024067605. doi:10.1542/peds.2024-067605.