Meta PixelTatalaksana Asidosis Metabolik pada Anak: Apakah Selalu perlu Diberikan Biknat?<!-- --> | Articles | <!-- -->PrimaKu - Pelopor Aplikasi Tumbuh Kembang Anak di Indonesia

Tatalaksana Asidosis Metabolik pada Anak: Apakah Selalu perlu Diberikan Biknat?

Author: dr. Afiah Salsabila

31 Jul 2025

Topik: Gangguan Keseimbangan Asam Basa, Gangguan Asam Basa, Asidosis Metabolik, Biknat

Latar Belakang

Asidosis metabolik adalah kelainan asam-basa yang ditandai dengan penurunan konsentrasi bikarbonat plasma, penurunan pH darah, dan kompensasi respiratorik berupa hiperventilasi. Kondisi ini umum dijumpai pada anak yang dirawat di unit perawatan intensif dan dapat meningkatkan morbiditas serta mortalitas. Studi menunjukkan bahwa tingkat keparahan asidosis metabolik dan nilai anion gap dapat menjadi prediktor luaran klinis yang penting. Diagnosis yang akurat dan penatalaksanaan yang cepat dan tepat berdasarkan etiologi merupakan kunci utama dalam mengurangi komplikasi dan memperbaiki prognosis anak . [1]


Etiologi dan Manifestasi Klinis

Asidosis metabolik dapat diklasifikasikan berdasarkan anion gap menjadi dua kategori utama, yaitu dengan peningkatan anion gap dan dengan anion gap normal. Peningkatan anion gap dapat disebabkan oleh kondisi seperti asidosis laktat, ketoasidosis diabetikum, gagal ginjal, dan keracunan salisilat atau etilen glikol. Sementara itu, asidosis metabolik dengan anion gap normal biasanya disebabkan oleh kehilangan bikarbonat melalui gastrointestinal (misalnya diare kronis) atau ginjal seperti pada renal tubular acidosis (RTA) . [2]

Manifestasi klinis dapat bervariasi, mulai dari napas Kussmaul, letargi, mual, muntah, hipotensi, hingga gangguan perfusi jaringan. Pada kondisi kronis, seperti RTA atau penyakit ginjal kronik (PGK), asidosis metabolik dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, osteopenia, dan peningkatan risiko batu ginjal . [2]


Tatalaksana Berdasarkan Penyebab

Prinsip utama tatalaksana asidosis metabolik adalah menangani penyebab yang mendasarinya. Pada kasus DKA, terapi insulin dan rehidrasi menjadi intervensi utama. Pada syok septik, koreksi hemodinamik dan terapi antibiotik diperlukan. Pada gagal ginjal terminal, terapi pengganti ginjal seperti dialisis mungkin dibutuhkan. Oleh karena itu, identifikasi penyebab yang akurat sangat krusial dalam menentukan strategi terapi . [1]


Indikasi Penggunaan Natrium Bikarbonat

Pemberian natrium bikarbonat (NaHCO₃) secara intravena masih menjadi topik yang kontroversial dalam penatalaksanaan asidosis metabolik, terutama pada kondisi akut. Hal ini karena bukti efektivitasnya terbatas. Beberapa studi menunjukkan bahwa pemberian bikarbonat tidak secara signifikan memperbaiki hemodinamik pasien atau menurunkan angka mortalitas, terutama pada kasus asidosis laktat akibat syok septik atau gangguan perfusi jaringan. Walaupun demikian, efektivitasnya masih dapat dilihat pada pasien asidosis metabolik berat pada kasus dengan gangguan ekskresi asam seperti pada RTA atau CKD . [2]

Tak hanya itu, pemberian bikarbonat juga meningkatkan risiko efek samping yang perlu diwaspadai; pemberian bikarbonat dapat memperparah hipokalemia, meningkatkan beban osmotik natrium, menyebabkan alkalosis over-shoot, serta menginduksi efek paradoksal seperti peningkatan produksi asam laktat akibat terganggunya transport oksigen ke jaringan (Bohr effect). [2]

Dengan demikian, penggunaan bikarbonat harus hati-hati dan hanya diberikan atas indikasi-indikasi berikut:

  • pH < 7,1 disertai gangguan hemodinamik yang tidak membaik dengan terapi kausal
  • Asidosis metabolik berat akibat RTA atau penyakit ginjal kronik
  • Alkalinisasi urin pada keracunan salisilat, rhabdomiolisis, atau tumor lysis syndrome . [1]


Dosis awal NaHCO₃ dapat diberikan sebanyak 1 mEq/kg. Untuk koreksi non-darurat, digunakan rumus:


defisit HCO₃⁻  = (24 – HCO₃⁻ aktual) × BB (kg) × 0,4–0,5


Setengah dari dosis diberikan dalam 4 jam pertama, dan sisanya diberikan secara bertahap selama 24 jam berikutnya, sambil memantau pH, gas darah, dan elektrolit secara ketat. Target koreksi adalah mencapai pH >7,2 . [1]


Tatalaksana Asidosis Kronik

Pada kondisi kronik seperti RTA dan PGK, koreksi asidosis diperlukan untuk mencegah komplikasi jangka panjang. Terapi alkali diberikan dalam bentuk natrium bikarbonat atau natrium/kalium sitrat dengan dosis 1–2 mEq/kg/hari, dibagi dalam beberapa kali pemberian. Penyesuaian dosis dilakukan untuk mempertahankan HCO₃ dalam batas normal. Pada RTA tipe 2, dosis yang dibutuhkan dapat mencapai 10–15 mEq/kg/hari . [2]

Efek jangka panjang terapi alkali termasuk perbaikan pertumbuhan linear, pencegahan demineralisasi tulang, dan pengurangan risiko nefrolitiasis. Pada pasien PGK, koreksi asidosis metabolik juga dapat memperlambat progresivitas penyakit ginjal . [1]


Kesimpulan dan Penutup

Asidosis metabolik pada anak merupakan kondisi klinis serius yang dapat muncul dalam spektrum luas penyakit akut maupun kronik. Pendekatan diagnosis berbasis analisis gas darah dan anion gap sangat penting untuk mengarahkan penatalaksanaan yang sesuai. Penggunaan natrium bikarbonat harus dilakukan dengan hati-hati, dengan mempertimbangkan indikasi spesifik dan risiko komplikasi. Koreksi asidosis kronik secara tepat terbukti memberikan manfaat jangka panjang terhadap pertumbuhan, status tulang, dan fungsi ginjal. Peran dokter anak sangat penting dalam deteksi dini, pemantauan terapi, dan edukasi keluarga dalam manajemen jangka panjang anak dengan gangguan asam-basa.


Daftar Pustaka

  1. Zaki SA, Shanbag P. Metabolic Acidosis in Children: A Literature Review. Cureus. 2019;11(6):e4297. https://doi.org/10.7759/cureus.4297
  2. Hasan M, Ahmed M, Harun MG. Metabolic Acidosis in Children: A Literature Review. Int J Clin Med. 2021;12:398–412. https://doi.org/10.33590/emj/10302459