
Diagnosis dan Tatalaksana TB Ekstra-paru
24 Okt 2023
Author: dr. Afiah Salsabila
28 Mei 2025
Topik: epilepsy, Kejang, Panduan, Guideline
Epilepsi merupakan gangguan neurologis kronik yang ditandai oleh kejadian kejang berulang akibat aktivitas neuron yang abnormal dan berlebihan di otak. Tatalaksana epilepsi pada anak memerlukan pendekatan menyeluruh mulai dari diagnosis yang tepat, pengobatan yang sesuai, hingga dukungan edukasi bagi pasien dan keluarga. Berikut adalah rekomendasi-rekomendasi terkait tatalaksana epilepsi menurut Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) KEMENKES tahun 2017. (1)
Diagnosis dan Klasifikasi Epilepsi
Diagnosis epilepsi ditegakkan apabila terdapat minimal dua episode kejang tanpa provokasi dengan interval lebih dari 24 jam atau satu episode kejang tanpa penyebab yang jelas. Klasifikasi epilepsi pada anak berdasarkan PNPK meliputi tipe kejang umum dan fokal, serta klasifikasi sindrom epilepsi tertentu seperti sindrom West, Lennox-Gastaut, dan juvenile myoclonic epilepsy yang memiliki pola klinis dan elektrofisiologis khas. (1)
Pemeriksaan penunjang utama adalah elektroensefalografi (EEG) yang membantu mengkonfirmasi diagnosis dan menentukan tipe kejang serta sindrom epilepsi. Pemeriksaan pencitraan MRI disarankan terutama pada epilepsi fokal, kelainan neurologis fokal, dan epilepsi intraktabel untuk mendeteksi kelainan struktur otak yang menjadi penyebab. Diagnosis banding penting dilakukan untuk menyingkirkan serangan non-epileptik yang dapat menyerupai kejang epileptik. (1)
Tatalaksana Medikamentosa
Terapi antiepilepsi pada anak harus dimulai setelah diagnosis epilepsi ditegakkan dengan mempertimbangkan tipe kejang, sindrom epilepsi, efek samping obat, dan kondisi pasien secara individual. PNPK menegaskan bahwa tidak semua anak dengan kejang pertama kali harus langsung diberikan obat antiepilepsi, terutama jika risiko kekambuhan rendah. Studi randomisasi telah menunjukkan bahwa penundaan terapi hingga kejang kedua tidak mengurangi prognosis jangka panjang, sehingga edukasi keluarga sangat penting sebelum memulai terapi obat.(1)
Obat antiepilepsi lini pertama yang direkomendasikan antara lain fenitoin, karbamazepin, asam valproat, fenobarbital, dan klobazam. Efikasi obat-obat ini relatif setara, namun pemilihan didasarkan pada tipe kejang dan profil efek samping. Contohnya, asam valproat merupakan pilihan utama pada epilepsi umum idiopatik seperti juvenile myoclonic epilepsy, sedangkan karbamazepin lebih efektif pada epilepsi fokal. Beberapa obat tertentu seperti karbamazepin dan fenitoin dapat memperberat kejang absans dan mioklonik sehingga harus dihindari pada sindrom-sindrom tersebut.(1)
Pada epilepsi yang resisten terhadap monoterapi, terapi kombinasi dengan obat antiepilepsi lain seperti lamotrigin, topiramat, dan levetirasetam dapat dipertimbangkan. Namun, kepatuhan minum obat harus selalu diperhatikan sebagai faktor utama keberhasilan terapi.(1)
Tatalaksana Status Epileptikus
Status epileptikus (SE) adalah keadaan darurat neurologis yang memerlukan penanganan segera untuk mencegah kerusakan neuron permanen dan komplikasi fatal. Tatalaksananya harus dimulai dengan stabilisasi fungsi vital, termasuk jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi, disusul pemberian obat antiepilepsi secara bertahap sesuai protokol waktu yang telah ditentukan.(1,2)
Benzodiazepin seperti diazepam, lorazepam, atau midazolam merupakan lini pertama dalam pengobatan SE dengan respons yang baik jika diberikan secara cepat. Jika kejang berlanjut, pemberian obat lini kedua seperti fenitoin atau valproat diindikasikan. Pada refractory SE, pasien harus dirawat di unit perawatan intensif pediatrik dengan obat anestesi seperti propofol atau tiopental. Monitoring EEG penting dilakukan untuk menilai aktivitas kejang terutama pada SE non-konvulsif. (1,2)
Tatalaksana Non-Medikamentosa
Pada epilepsi intraktabel atau yang tidak terkontrol dengan terapi obat, PNPK merekomendasikan opsi terapi tambahan seperti diet ketogenik, operasi epilepsi, dan stimulasi nervus vagus. Diet ketogenik, yang merupakan diet tinggi lemak rendah karbohidrat, telah terbukti menurunkan frekuensi kejang terutama pada anak usia sekolah, meski perlu pengawasan ketat terhadap efek samping seperti gangguan pertumbuhan dan batu ginjal. Operasi epilepsi dilakukan jika terdapat fokus epileptogenik yang jelas dan tidak dapat dikendalikan secara medikamentosa. Stimulasi nervus vagus merupakan terapi adjuvan untuk epilepsi refrakter yang bukan kandidat operasi. (1,2)
Edukasi dan Dukungan Psikososial
PNPK menekankan pentingnya edukasi yang komprehensif bagi anak, keluarga, dan lingkungan sekitar mengenai epilepsi. Informasi harus mencakup penjelasan tentang penyakit, cara penanganan kejang, efek samping obat, risiko keselamatan, serta dukungan psikososial untuk mengurangi stigma dan meningkatkan kualitas hidup anak. Peran sekolah sangat penting dalam menyediakan lingkungan aman dan mendukung bagi anak dengan epilepsi.(1,2)
Pemantauan dan Penghentian Obat
Pemantauan berkala terhadap efektivitas terapi dan efek samping obat antiepilepsi diperlukan untuk mengoptimalkan terapi. Penghentian obat dapat dipertimbangkan setelah anak bebas kejang selama minimal dua tahun dengan evaluasi risiko kekambuhan melalui anamnesis dan EEG. Penghentian obat harus dilakukan secara bertahap dan diawasi ketat untuk mencegah kekambuhan.(1,2)
Prognosis dan Faktor Risiko
Prognosis epilepsi pada anak bervariasi tergantung pada tipe kejang, sindrom epilepsi, etiologi, dan respon terapi. Anak dengan epilepsi idiopatik tanpa gangguan neurologis cenderung memiliki prognosis yang baik. Risiko kematian mendadak terkait epilepsi (SUDEP) relatif rendah pada anak, namun meningkat pada remaja dan dewasa muda dengan epilepsi refrakter. Oleh karena itu, pengendalian kejang dan edukasi keluarga terkait faktor risiko sangat penting. (1)
Secara keseluruhan, tata laksana epilepsi pada anak memerlukan pendekatan multidisipliner dan berkelanjutan yang berorientasi pada bukti ilmiah, sebagaimana diatur oleh PNPK. Penanganan tepat waktu terhadap kejang, pengobatan antiepilepsi yang sesuai, serta edukasi keluarga menjadi kunci keberhasilan terapi dan peningkatan kualitas hidup anak dengan epilepsi.
Referensi
24 Okt 2023
26 Okt 2023
10 Nov 2023
4 Des 2023