primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Tatalaksana Penyakit Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) pada Anak

Oleh: dr. Afiah Salsabila

Topik: GERD, Reflux, Gastroesophageal Reflux Disease, GER

Pendahuluan

Penyakit Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah gangguan yang bisa terjadi pada anak-anak. Regurgitasi atau muntah sering dianggap sebagai fenomena fisiologis pada bayi, tetapi kondisi ini dapat dicurigai sebagai GERD jika menyebabkan gejala yang mengganggu atau komplikasi serius [1,2]. Dalam konteks pediatrik, GERD sering sulit didiagnosis karena gejalanya yang tidak spesifik dan bervariasi sesuai usia [3]. Artikel ini bertujuan untuk memberikan panduan ilmiah dalam manajemen GERD pada anak, berdasarkan literatur terbaru, untuk membantu para dokter anak dalam mengelola pasien GERD secara lebih efektif.


Epidemiologi GERD pada Anak

Data menunjukkan bahwa sekitar 50% bayi mengalami gastroesophageal reflux (GER) dalam dua bulan pertama, dengan puncak insiden pada usia 4 bulan dan biasanya menurun pada 12 bulan pertama kehidupan [2,4]. Pada anak yang lebih besar, insiden GERD mencapai 10-26,9% [5]. Faktor risiko yang meningkatkan kejadian GERD pada anak termasuk prematuritas, alergi protein susu sapi, dan gangguan neurologis [3].


Mekanisme dan Patofisiologi GERD

GERD pada anak terjadi akibat gangguan pada mekanisme antirefluks, terutama relaksasi abnormal pada lower esophageal sphincter (LES) [3]. Pada bayi, posisi berbaring dan pola makan cair juga berperan dalam meningkatkan frekuensi refluks [4]. Selain itu, faktor lain seperti hernia hiatus, kelemahan motilitas esofagus, dan gangguan pada selaput lendir esofagus turut berkontribusi pada patofisiologi GERD [5].


Manifestasi Klinis GERD

Gejala GERD bervariasi sesuai usia. Pada bayi, GERD sering ditandai dengan muntah berulang, iritabilitas saat menyusu, dan gangguan pertumbuhan [2,4]. Pada anak yang lebih besar, gejala khas meliputi rasa panas di dada (heartburn), nyeri epigastrik, serta batuk kronis atau suara serak yang sulit diobati [3]. Komplikasi GERD pada anak meliputi esofagitis, striktur esofagus, dan pada kasus lebih parah, Barrett esofagus yang meningkatkan risiko kanker esofagus [5].


Pendekatan Diagnosis

Diagnosis GERD sering kali dapat ditegakkan berdasarkan riwayat klinis dan pemeriksaan fisik [4]. Pada kasus dengan gejala ambigu atau komplikasi serius, pemantauan pH esofagus dan impedansi dapat menjadi metode diagnostik yang penting [5]. Teknik ini memungkinkan deteksi refluks asam maupun non-asam, serta mengidentifikasi episode refluks yang mencapai saluran pernapasan atas [3]. Untuk pemeriksaan lebih lanjut, endoskopi dan biopsi esofagus dapat digunakan untuk mendeteksi adanya esofagitis atau kondisi lain seperti esofagitis eosinofilik [5].


Tatalaksana  GERD

Penatalaksanaan GERD pada anak disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala dan respons pasien terhadap terapi awal. Beberapa pendekatan terapi yang disarankan meliputi:

  1. Parental reassurance - Memberikan penjelasan dan pendidikan kepada orang tua mengenai kondisi anak mereka dapat membantu mengurangi kecemasan tanpa perlu pemberian obat yang tidak diperlukan [1].

  2. Teknik pemberian minum - Mengatur volume dan frekuensi pemberian makan dapat mengurangi frekuensi regurgitasi berlebihan [2].

  3. Thickening milk - Pemberian susu kental telah terbukti efektif dalam mengurangi regurgitasi pada bayi yang tidak respons terhadap modifikasi makan [1, 3].

  4. Posisi bayi - Posisi tidur miring kiri atau elevasi kepala juga disarankan untuk menurunkan episode refluks [4].

  5. Pada kasus berat, pemberian proton pump inhibitors (PPIs) dapat dipertimbangkan, meskipun penggunaannya harus dipantau karena adanya risiko efek samping pada bayi [5]. Terapi bedah seperti fundoplikasi jarang diperlukan dan hanya dipertimbangkan untuk pasien dengan komplikasi serius seperti striktur esofagus [5].



Kesimpulan

GERD pada anak adalah kondisi yang membutuhkan pendekatan diagnosis dan manajemen yang tepat. Dengan terapi berbasis bukti dan edukasi yang baik, kualitas hidup pasien dan keluarganya dapat ditingkatkan. Penggunaan obat hanya dianjurkan untuk kasus dengan indikasi kuat guna menghindari efek samping yang tidak diinginkan.



Referensi

  1. Hegar B. Pendekatan tata laksana regurgitasi dan gastroesophageal reflux. Sari Pediatri. 2022;24(1):62-8.

  2. Leung AKC, et al. Gastroesophageal reflux in children: an updated review. Drugs in Context. 2019;8:212591.

  3. Rybak A, et al. Gastro-Esophageal Reflux in Children. Int J Mol Sci. 2017;18:1671.

  4. Sintusek P, et al. Gastroesophageal reflux disease in children: What’s new right now? World J Gastrointest Endosc. 2023;15(3):84-102.

  5. Orenstein SR, et al. Symptoms and reflux in infants: Infant Gastroesophageal Reflux Questionnaire Revised (I-GERQ-R)--utility for symptom tracking and diagnosis. Curr Gastroenterol Rep. 2010;12:431-6.




familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
Rekomendasi Artikel
Lihat semua
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: