Sebelum masuk sekolah, MomDad perlu memperhatikan kesiapan anak, mulai dari bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, kemampuan bicara, termasuk kemampuan menulisnya. Kemampuan menulis adalah salah satu keterampilan literasi awal yang penting. Literasi awal adalah fondasi bagi kemampuan membaca dan menulis yang lebih kompleks di masa depan. Kemampuan menulis membantu anak memahami bagaimana huruf-huruf membentuk kata-kata dan kalimat. Anak-anak yang dapat menulis dengan baik lebih cenderung menjadi pembaca yang lebih baik juga. Nah, kapan sih waktu yang tepat mengajarkan anak menulis? Kemampuan Menulis Anak<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/968df24af29e4eba7aa53b3e12e84d5a_1695185740995.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Kapan_Anak_Perlu_Diajarkan_Menulis.jpeg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Keterampilan menulis dimulai dari usia 2 tahun, yaitu ketika anak belajar mencoret-coret. Mencoret dan menggambar sederhana adalah dasar dari keterampilan menulis. Selanjutnya di usia pra-sekolah anak akan mulai belajar membuat bentuk dan pola, seperti lingkaran, segi empat, segi tiga, dan sebagainya. Di usia sekolah, anak akan mulai belajar membentuk huruf.MomDad&nbsp; perlu mempertimbangkan kesiapan anak untuk belajar menulis. Menulis merupakan keterampilan motor halus yang melibatkan kemampuan memegang pensil (gripping), bahasa, kecerdasan, memori, dan konsentrasi. Anak juga harus mampu mengikuti instruksi, sehingga sebelum mengajar anak menulis, pastikan bahwa ia sudah mengerti bagaimana cara mengikuti instruksi, memiliki kemampuan berbahasa yang sudah sesuai usianya, dan mampu berkonsentrasi dengan baik sesuai usianya.Bagaimana Cara Mengajarkan Anak Menulis?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/1bb1ed25dccd10b42ca3fa10b877b0cd5_1695185766783.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Kapan_Anak_Perlu_Diajarkan_Menulis_2.jpeg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Anak dapat dikenalkan dengan dasar kemampuan menulis sejak usia dini dengan cara membiarkan anak mencoret-coret. Semakin besar usia anak, coretan dapat semakin membentuk suatu pola atau bentuk dan ukuran alat tulis atau alat gambar yang digunakan semakin kecil. Faktor-faktor di atas juga menjadi tanda anak sudah mampu diajar menulis.Selain itu, perkembangan motorik juga perlu diperhatikan ketika ingin mengajarkan anak menulis. Tentunya sebelum anak mampu menulis dengan baik, ada berbagai keterampilan motorik yang harus sudah dikuasai, seperti menjimpit dengan jempol dan telunjuk, gerakan pergelangan tangan yang lebih halus, dan tentunya seluruh perkembangan motor kasar sudah terbentuk dengan baik. Referensi: Raising Children (August 25, 2023). <a class="e-rte-anchor" href="https://raisingchildren.net.au/toddlers/play-learning/learning-ideas/handwriting" title="https://raisingchildren.net.au/toddlers/play-learning/learning-ideas/handwriting" target="_blank">Handwriting skills for children</a>

Kapan Anak Perlu Diajarkan Menulis?

kapan-anak-perlu-diajarkan-menulis--1695185897048

Selain memperhatikan berat badan, tinggi badan, serta asupan nutrisi, MomDad juga perlu menanamkan jiwa positif pada anak agar kelak ia menjadi pribadi yang menyenangkan dan dapat diterima di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, mengajarkan positive discipline pada anak merupakan hal baik untuk bekalnya di masa depan. Apa sih yang dimaksud dengan positive discipline?Positive discipline adalah sebuah model yang dapat digunakan oleh orang tua, guru, hingga pelaku bisnis untuk menciptakan lingkungan dan hubungan yang bertanggung jawab dan saling menghormati. Penerapan positive discipline dapat dimulai sejak usia dini pada anak, bahkan sejak bayi. Ini adalah pendekatan yang dapat digunakan sepanjang masa perkembangan anak.Gimana sih cara&nbsp; menerapkan positive discipline pada anak? Nah, MomDad dapat menggunakan lima cara berikut untuk mengajarkan positive discipline sejak dini:<ul><li>Membantu anak merasa memiliki dan merasa bahwa dirinya berarti dan pendapatnya dihargai</li><li>Orang tua/guru/pengasuh berlaku baik namun tegas di saat yang sama</li><li>Mengajarkan kemampuan sosial penting, seperti menghargai orang lain, problem solving, cara berkomunikasi, kooperatif</li><li>Mendorong anak menggunakan otonominya secara bertanggung jawab</li><li>Harus dilakukan secara konsisten untuk jangka panjang</li></ul> Studi menunjukkan bahwa penggunaan positive discipline berhubungan erat dengan perilaku yang lebih baik di masa sekolah dan juga dalam hal kemampuan akademik. Studi lain menunjukkan bahwa pada anak dengan perilaku yang maladaptif pun, penerapan positive discipline dapat mengubah perilaku tersebut menjadi perilaku yang lebih baik. Sumber foto: iStockReferensi: <a class="e-rte-anchor" href="https://positivediscipline.org/about-positive-discipline/" title="https://positivediscipline.org/about-positive-discipline/" target="_blank">What is Positive Discipline&nbsp;</a>

Mengenal Positive Discipline, Kunci Sukses Membimbing Perilaku Anak

mengenal-positive-discipline--kunci-sukses-membimbing-perilaku-anak-1695137075785

Mengajak si Kecil berakhir pekan tentu membuatnya senang. Apalagi jika MomDad mengajaknya ke tempat bermain anak, yang menawarkan berbagai permainan seru. Merangkum dari postingan di media sosial, terdapat beberapa tempat bermain anak yang viral dan diminati oleh keluarga, nih. So, jika MomDad belum tahu mau ke mana di weekend ini, tempat bermain anak berikut bisa dijadikan pilihan! Tropikana Waterpark<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/881d8541c5205393b559d4fd291a263c_1694872798824.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="tropikana_waterpark.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Dibuka pada bulan Maret 2023, Tropikana Waterpark merupakan wahana air yang berlokasi di kawasan Margasari, Karawaci, Tangerang. Diklaim sebagai waterpark aesthetic terbaru di Jabodetabek, Tropikana Waterpark menawarkan berbagai wahana air menarik, seperti Kiddie Pool, Kereta Api Choo Choo, hingga Tower Slide dengan nuansa tropis yang lucu. Terdapat patung tiruan flamingo berwarna pink, serta perosotan warna-warni yang tentunya disukai anak-anak. Selain itu, jika membeli tiket Platinum, MomDad bisa mengakses Arcade Permainan Besar selama 3 jam, lho. Tertarik ajak si Kecil ke sini? MomDad bisa mendapatkan tiket untuk berenang di Tropikana Waterpark mulai dari harga Rp49.000 - Rp59.000. Rainbow Alamanda<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/e68013a81e5f62e26d2b548c5e7ea895_1694872824141.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Rainbow_Alamanda.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Mau ajak si Kecil melihat kerlap-kerlip lampu penuh warna? Coba ajak ke Rainbow Alamanda yang berlokasi di Bekasi, yuk! Mengusung tema seperti pasar malam, Rainbow Alamanda merupakan taman bermain di ruang terbuka yang menawarkan berbagai fasilitas lengkap untuk keluarga. Mulai dari spot foto, food court, perosotan, bom-bom car, hingga danau buatan yang menarik untuk dijelajahi. Jika ingin mengajak si Kecil ke sini, MomDad cukup merogoh kocek seharga Rp20.000/orang untuk berekreasi di Rainbow Alamanda. Playdo<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/b8723af457a1677a7b4acf1de9064bf9_1694872841116.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Playdo.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Berlokasi di Ciputat, Tangerang Selatan, Playdo bisa jadi pilihan MomDad untuk mengajak si Kecil berakhir pekan. Memanjakan minat anak-anak, Playdo memiliki beragam permainan yang pastinya si Kecil akan senang, seperti Coconut Tree, Wall Climbing, Big Slides, Mini Slides, Mandi Bola, Trampolin, Lego Set, Playhouse Area, Play Tunnel, Pretend Play, dan Jungkat Jungkit. Selain tempat bermain anak, MomDad juga bisa memesan tempat ini untuk perayaan ulang tahun si Kecil, lho. Nah, harga yang ditawarkan pun cukup ekonomis lho, yaitu mulai dari Rp25.000 untuk 1 jam bermain di weekdays hingga Rp45.000 untuk 2 jam bermain di weekend atau public holiday. Nah, dari ketiga tempat di atas, tempat bermain anak mana nih yang kira-kira disukai si Kecil?Selamat menghabiskan akhir pekan bersama keluarga ya, MomDad! Sumber foto:<ul><li style="text-align: left;">Instagram Tropikana Waterpark <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/tropikana.waterpark/" title="https://www.instagram.com/tropikana.waterpark/">https://www.instagram.com/tropikana.waterpark/ </a></li><li style="text-align: left;">Instagram Rainbow Alamanda <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/rainbowvillage_alamanda/" title="https://www.instagram.com/rainbowvillage_alamanda/">https://www.instagram.com/rainbowvillage_alamanda/ </a></li><li style="text-align: left;">Instagram Playdo Indonesia <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/playdo.id/" title="https://www.instagram.com/playdo.id/">https://www.instagram.com/playdo.id/</a></li></ul>

Pilihan Tempat Bermain Anak yang Viral, yuk Ajak si Kecil ke Sini

pilihan-tempat-bermain-anak-yang-viral--yuk-ajak-si-kecil-ke-sini-1694872979118

Mencubit atau memukul tentu perilaku yang tidak patut dicontoh. Namun, keduanya bisa saja dilakukan oleh anak-anak terhadap temannya. Di usia-usia tertentu, anak yang belum bisa mengekspresikan keinginan dan kebutuhannya, cenderung mencubit atau memukul. Ketika memasuki usia antara 18 bulan dan 3 tahun, anak akan mulai aktif dan ini menjadi momen menyenangkan baginya. Di usia ini, mulai belajar mengenai keterampilan bersosialisasi, misalnya antri/bergiliran, berbagi mainan, dan mengkomunikasikan kebutuhannya. Di sisi lain, toddler memiliki keinginan yang sangat kuat untuk mandiri dan juga mencari tahu seberapa batasan yang diterapkan orang tuanya. Hal-hal tersebut ditambah dengan kontrol impuls yang belum matang dan kemampuan bicara yang belum sempurna menyebabkan perilaku menantang, seperti mencubit, menggigit dan memukul.Ketika menghadapi sikap agresif si Kecil, MomDad dapat merespon dan menanganinya dengan cara:<ul><li style="text-align: justify;">Hindari menghukum anak atas perilakunya. Lebih baik, MomDad menunjukkan respon yang konsisten bahwa perilaku anak merupakan perilaku yang kurang baik dan lebih baik tidak diulangi lagi.</li><li style="text-align: justify;">Berikan ‘time out’ sesuai usia anak, misal 2 menit untuk anak 2 tahun dan 3 menit untuk 3 tahun.</li><li style="text-align: justify;">Berikan respon segera Ketika anak menyakiti anak lain. MIsal, anak melempari anak lain dengan bola Ketika sedang bermain di kolam bola. Angkat anak segera dari kolam bola dan minta ia menunggu sampai ia siap untuk bermain tanpa melempari anak lain dengan bola.</li><li style="text-align: justify;">Validasi atau beri label atas emosi yang ditunjukkan anak</li><li style="text-align: justify;">Berikan alternatif bagi anak untuk mengekspresikan emosinya</li><li style="text-align: justify;">Perhatikan apa yang anak lihat atau tonton, sebab anak mudah sekali mengimitasi perilaku dari tayangan atau orang dewasa.</li></ul>Pada saat anak cukup besar untuk memiliki keterampilan verbal untuk mengomunikasikan perasaannya, sekitar usia 7 tahun, ekspresi agresi fisik akan berkurang. Namun, jika hal tersebut tidak terjadi, terutama jika anak membahayakan dirinya sendiri atau orang lain atau sering merusak properti, segera konsultasikan dengan ahli.Referensi: <ul><li style="text-align: left;">﻿﻿Baby Center (March 27, 2023). Toddler hitting and aggression: How to stop your toddler from hitting. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.babycenter.com/toddler/behavior/aggression-hitting-and-biting-ages-12-to-36-months_11550" title="https://www.babycenter.com/toddler/behavior/aggression-hitting-and-biting-ages-12-to-36-months_11550">https://www.babycenter.com/toddler/behavior/aggression-hitting-and-biting-ages-12-to-36-months_11550 </a></li><li style="text-align: left;">What to Expect. (August 23, 2021). Managing Aggressive Toddler Behavior. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.whattoexpect.com/toddler-behavior/aggressive-behavior.aspx" title="https://www.whattoexpect.com/toddler-behavior/aggressive-behavior.aspx">https://www.whattoexpect.com/toddler-behavior/aggressive-behavior.aspx </a></li></ul>

Anak Suka Mencubit hingga Memukul, Kenali Perilaku Agresif

anak-suka-mencubit-hingga-memukul--kenali-perilaku-agresif-1694159148381

Berbagi merupakan hal yang rumit bagi anak dan orang dewasa cenderung meminta mereka melakukannya jauh sebelum mereka siap. Bagi orang dewasa, sangat mudah untuk memberi tahu seorang anak “yuk, gantian sama temannya.” Perlu di garis bawahi, American Academy of Pediatrics (AAP) menyatakan bahwa anak-anak di bawah usia 3 tahun TIDAK DAPAT memahami apa itu berbagi.Mulai usia 3 tahun, anak sudah mulai mengerti mengenai konsep bergiliran dan berbagi. Namun, mereka masih menganggap bahwa berbagi adalah membagi sama rata. Bila harus menyerahkan seluruh mainannya, mereka masih enggan untuk melakukannya. Anak usia 3 tahun juga masih sulit untuk bersabar menunggu gilirannya tiba. Anak baru mulai mengerti konsep giliran dan berbagi saat menginjak usia sekolah, yaitu sekitar 6-7 tahun. Namun, mereka masih sulit untuk berbagi mainan favoritnya.Untuk mendorong rasa berbagai pada anak, MomDad dapat melakukan beberapa hal, yaitu:<ul><li style="text-align: justify;">Jadilah role model bagi anak. Anak sangat mudah mengikuti perilaku orang tuanya, sehingga sebaiknya MomDad menunjukkan perilaku berbagi dan bergiliran di depan anak.</li><li style="text-align: justify;">Ajarkan anak mengapa berbagi adalah hal yang baik.</li><li style="text-align: justify;">Puji anak jika ia telah berusaha berbagi mainan atau makanannya.</li><li style="text-align: justify;">Paparkan anak dengan permainan yang melibatkan giliran dan berbagi, misalnya bergiliran membangun menara menggunakan balok</li><li style="text-align: justify;">Diskusikan dengan anak sebelum bermain bersama anak lain mengenai berbagi mainan, makanan, dan bergiliran.</li></ul>Kemampuan anak untuk berbagi juga berbeda di setiap tahapan usia. Nah, berikut kemampuan berbagi anak sesuai perkembangannya:<ul><li style="text-align: justify;">Toddler: belum mengerti mengenai berbagi. Toddler juga belum bisa meregulasi emosinya, sehingga mereka masih berperilaku merebut atau tantrum. Ketika tidak mendapatkan keinginannya. Hindari menghukum anak di usia ini bila mereka tidak mau berbagi. Lebih baik latih mereka untuk mengantri, bergilir, dan berbagi.</li><li style="text-align: justify;">Preschooler: usia 4-6 tahun, anak sudah mulai mengerti konsep giliran dan berbagi. Bila anak masih mengalami kesulitan bergilir atau berbagi, maka ajak anak bicara mengenai apa yang mereka rasakan dan alami dan juga mendapatkan sudut pandang perasaan orang lain. Walaupun, anak masih sulit untuk memahami perasaan anak orang lain.</li><li style="text-align: justify;">Usia sekolah: anak sudah mengerti perasaan dan emosi orang lain. sehingga sudah mudah untuk berbagi dan bergiliran walaupun masih sulit bila melibatkan mainan favoritnya. Anak usia sekolah juga memiliki tingkat toleransi dan kesabaran yang lebih tinggi dibandingkan anak yang berusia lebih muda.</li></ul>Nah, itulah kemampuan dan tahapan berbagi anak berdasarkan usia yang dapat MomDad pahami. Tetap sabar, ya MomDad saat mengajarkan si Kecil berbagi dan jadilah contoh yang baik agar ia dapat menirunya.Referensi:Raising Children (23-11-2020). Sharing and Learning to Share. <a classname="e-rte-anchor" href="https://raisingchildren.net.au/toddlers/behaviour/friends-siblings/sharing" title="https://raisingchildren.net.au/toddlers/behaviour/friends-siblings/sharing">https://raisingchildren.net.au/toddlers/behaviour/friends-siblings/sharing</a>American Academy of Pediatrics. (n.d.). Teaching kids to share. Retrieved from<a classname="e-rte-anchor" href="https://www.aap.org/en-us/about-the-aap/aap-press-room/aap-press-room-media-center/Pages/Teaching-Kids-to-Share.aspx" title="https://www.aap.org/en-us/about-the-aap/aap-press-room/aap-press-room-media-center/Pages/Teaching-Kids-to-Share.aspx">https://www.aap.org/en-us/about-the-aap/aap-press-room/aap-press-room-media-center/Pages/Teaching-Kids-to-Share.aspx </a>

Kapan sih Anak Bisa Diajarkan Berbagi?

kapan-sih-anak-bisa-diajarkan-berbagi--1694158892772

Anak memiliki teman khayalan selama masa kecilnya, dan mungkin MomDad juga pernah memilikinya. Sebenarnya, teman khayalan ini dapat membantu anak untuk berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya. Namun, terkadang mungkin MomDad khawatir, teman khayalan seperti apa yang masih “normal” atau justru menandakan suatu kondisi kesehatan mental yang perlu perhatian khusus. Perkembangan sosio-emosional pada anak<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/d2bbc7b610fc54db48c831102ca49dac40_1693898435258.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage_-_2023-09-05T141244.037.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;">&nbsp;Anak berinteraksi dengan lingkungannya segera setelah ia lahir. Pada bayi, kontak mata dapat terjadi dengan orang tua misalnya saat menyusui. Anak juga tampak terdiam dan memperhatikan ketika MomDad berbicara dengannya. Bahkan, di usia 1-2 bulan, ia mulai tersenyum ketika MomDad berbicara kepadanya. Bayi mulai menunjukkan berbagai ekspresi dan perilaku serta mulai melihat respon apa yang ia dapatkan terhadap perilaku tertentu.Sekitar usia 2 tahun, anak akan senang bermain dengan temannya. Ia juga senang mengikuti apa yang dikerjakan orang dewasa di sekitarnya, misalnya menyapu, menjawab telepon. Imajinasinya akan berkembang dan permainan pura-pura, misalnya pura-pura menyuapi boneka, berpakaian, bermain dengan boneka/boneka tangan mengenai kehidupannya sehari-hari dapat menjadi permainan favorit.Sekitar usia 3 tahun, anak akan mulai menghubungkan imajinasinya dengan kemampuan bermain bersama. Ia mungkin dapat mengarang cerita yang cukup detail yang melibatkan teman bermain, anggota keluarga, binatang peliharaan bahkan teman khayalan.Sekitar usia 4 – 5 tahun, imajinasi anak akan semakin berkembang dan terkadang ia sulit membedakan antara imajinasi dengan kenyataan. Pada usia ini, tontonan atau cerita yang mereka lihat dan dengar dapat menyebabkan mimpi buruk karena hal itu terasa begitu nyata bagi mereka.&nbsp;Seiring anak semakin dewasa dan mengembangkan kemampuan sosialnya, ia akan semakin mampu membedakan kenyataan dan imajinasi mereka.Mengapa anak sering memiliki “teman khayalan”?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/1532d3510a7b32de3cf5f72981012bffb5_1693898482982.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage_-_2023-09-05T141425.354.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Memiliki teman khayalan tidak berarti bahwa seorang anak merasa kesepian atau tidak memiliki teman di dunia nyata. Anak-anak menggunakan teman khayalannya untuk memberi kenyamanan, serta mencoba berbagai kemampuan sosial, dinamika bermain dalam grup, dan cara berkomunikasi antar anak. Hal ini juga dapat membantunya melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda serta berlatih berempati, karena dengan memiliki teman khayalan, ia dapat menempatkan diri menjadi “teman” tersebut termasuk apa yang “teman”nya rasakan dan katakan. Teman khayalan ini seharusnya membuat ia merasa nyaman dan harus dapat dikendalikan, yang artinya, “teman” tersebut dapat pergi ketika anak selesai bermain.Kapan orangtua harus khawatir?Nah, yang kerap dikhawatirkan orang tua adalah, sampai batas mana teman khayalan ini dianggap normal atau tidak. Well, MomDad perlu khawatir apabila si Kecil menunjukkan tanda:<ul><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Orangtua khawatir akan adanya gangguan perkembangan lain misalnya keterlambatan bicara, cara bicara misalnya kegagapan, atau gangguan dalam interaksi sosial.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Teman khayalan anak tidak pernah “pergi” atau “selalu berbicara”</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Teman khayalan dapat “mengancam” dan menyarankan tindakan-tindakan yang melibatkan kekerasan terhadap diri sendiri maupun orang lain.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Terdapat perubahan tiba-tiba pada anak dalam hal interaksi sosial, kebersihan diri, kemampuan bicara atau kemampuan konsentrasi.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Ada riwayat keluarga dengan gangguan/masalah kejiwaan, terutama keluarga dekat.</li></ul>Ingatlah, anak-anak memiliki imajinasi yang sangat kaya dan mereka sangat ingin membagikannya dengan MomDad, nikmatilah momen-momen ini, namun jangan ragu untuk membicarakannya dengan ahli jika ada sesuatu yang terasa mengganjal.&nbsp;Referensi: Munshi D. My child plays with an imaginary friend. Should I be concerned? <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/tips-tools/ask-the-pediatrician/Pages/invisible-friend-should-i-be-concerned.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/tips-tools/ask-the-pediatrician/Pages/invisible-friend-should-i-be-concerned.aspx">https://www.healthychildren.org/English/tips-tools/ask-the-pediatrician/Pages/invisible-friend-should-i-be-concerned.aspx</a>

Anak Punya Teman Khayalan, Kapan Harus Khawatir?

anak-punya-teman-khayalan--kapan-harus-khawatir--1693901925177

Kesabaran orang tua diuji dari tingkah atau perilaku anaknya. Terkadang, MomDad mungkin ‘kelepasan’ dan berakhir memarahi si Kecil. Tanpa disadari, memarahi anak bisa memberikan dampak negatif terhadap mentalnya. Menurut psikolog anak, Samanta Elsener, biasanya saat orang tua marah, anak akan merasa jadi takut sama orang tuanya. Tak hanya sampai di situ saja. Ternyata, ada perilaku yang dikembangkan dari rasa takut itu sendiri. “Jadi, misalkan anak berbohong. Sebenarnya ia merasa ‘kalau aku berkata jujur, toh aku dimarahin. Jadi untuk menyelamatkan diriku, lebih baik aku bohong aja. Toh, kalo aku bohong, belum tentu orang tuaku akan tahu.’ Kita sepakat bahwa anak-anak adalah peniru yang ulung. Jadi, saat kita marah ke anak, ia juga bisa meniru sikap agresif kita pada saat marah. Tapi, munculnya bukan di kita bisa ke temannya, saudaranya, atau bahkan ke anak yang tidak dikenal,” ungkapnya.Ia juga mengingatkan untuk berhati-hati jika memarahi anak. Semakin kita keras ke anak, anak juga akan bisa semakin keras hatinya. Efeknya, anak akan semakin susah dinasehati dengan cara apapun. Alhasil, perilakunya jadi di luar kontrol.Dalam jangka panjang, sering memarahi anak akan berdampak pada pembentukan self esteem negatif, seperti cemas, clingy, walaupun anak berprestasi atau bisa jadi cenderung selalu ingin sempurna dan menunjukkan power nya.“Ketika kita sebagai orang tua gampang marah ke anak, berarti kita yang perlu belajar untuk meregulasi emosi agar kita bisa marah ke anak dengan cara yang lebih tepat,” pesannya.Referensi: Tiktok Samantaa Elsener <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.tiktok.com/@samanta.elsener/video/7211454483547573506?_r=1&amp;_t=8fGN1FpDoAb" title="https://www.tiktok.com/@samanta.elsener/video/7211454483547573506?_r=1&amp;_t=8fGN1FpDoAb">https://www.tiktok.com/@samanta.elsener/video/7211454483547573506?_r=1&amp;_t=8fGN1FpDoAb </a>