primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Terlalu Cepat atau Terlambat Naik Tekstur MPASI, Apa Dampaknya bagi Anak?

Author: Fitri Permata

Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A

Topik: Diari Nutrisi, Naik tekstur MPASI, MPASI Anak, Tekstur MPASI, MPASI

Sebelum mampu menyantap makanan keluarga, anak perlu melewati tahapan perubahan tekstur makanan, mulai dari tekstur bubur, kasar, hingga makanan keluarga. Tahapan tekstur ini perlu diterapkan di setiap usia karena sangat memengaruhi tumbuh kembang anak. Apa yang akan terjadi jika anak terlalu cepat atau bahkan terlambat naik tekstur MPASI? Yuk, ketahui dampaknya!

Jenis Tekstur MPASI Berdasarkan Usia

Pada prinsipnya, tekstur MPASI yang diberikan harus disesuaikan dengan keterampilan oromotor anak. Tekstur MPASI dibagi mulai dari bubur halus (biasanya diblender atau disaring) dan bubur kasar (tanpa disaring atau diblender, dan dengan jumlah air yang lebih sedikit). Kedua tekstur ini diperkenalkan bertahap, dari halus menjadi semakin kasar, pada rentang usia 6-9 bulan.

Pada usia sekitar 7-8 bulan, bayi juga bisa mulai diperkenalkan dengan tekstur finger food atau makanan yang bisa ia genggam sendiri. Selain makanan yang bisa digenggam sendiri, makanan ini juga harus bisa segera menjadi lembek ketika terkena air liur bayi, sehingga tidak menimbulkan risiko tersedak, karena pada usia ini sangat mungkin bayi belum mampu mengunyah dengan baik.

Nasi tim (bentuk semakin menyerupai nasi lembek) dan makanan yang dicincang halus (minced) atau dicincang kasar (chopped) secara bertahap dapat diberikan pada usia 9-12 bulan. Pada usia 12 bulan, anak diharapkan telah mampu menerima makanan keluarga, seperti nasi dengan lauk yang dipotong kecil-kecil sesuai dengan kemampuan oromotor anak.

Jika si Kecil Terlalu Cepat Naik Tekstur MPASI

Tekstur MPASI.jpg

Peningkatan tekstur makanan bayi harus dilakukan secara bertahap, mengikuti perkembangan kemampuan mengunyah dan menelannya. Jika terlalu cepat, si Kecil bisa kesulitan mengolah makanan, yang berujung pada penolakan makan (GTM). Selain itu, si Kecil bisa mengalami gagging, yang jika terlampau sering akan mengurangi kenikmatan atau enjoyment anak ketika makan. Dampak yang paling berbahaya adalah aspirasi atau tersedak (choking), yang jika tidak diatasi segera bisa mengancam nyawa si Kecil. Untuk menghindari hal ini, sebaiknya kita sabar dan mengikuti ritme pertumbuhan si Kecil ya, MomDad.

Jika si Kecil Terlambat Naik Tekstur MPASI

Periode kritis memperkenalkan makan pada bayi adalah pada usia 6-9 bulan. Pada masa itu, bayi perlu diperkenalkan pada berbagai rasa dan tekstur makanan. Keterlambatan pengenalan rasa dan tekstur ini akan berisiko mengakibatkan masalah makan di kemudian hari, seperti misalnya anak hanya mau makan rasa atau tekstur tertentu. Ada suatu penelitian yang menunjukkan bahwa anak yang diperkenalkan makanan bertekstur setengah padat di atas usia 9 bulan, ternyata mengkonsumsi lebih sedikit variasi makanan pada usia 7 tahun, termasuk buah dan sayuran, dibandingkan anak yang diperkenalkan makanan bertekstur setengah padat pada usia 6-9 bulan. Tidak hanya itu, masalah makan juga lebih banyak dijumpai pada usia 15 bulan dan 7 tahun pada anak diperkenalkan makanan bertekstur setengah padat di atas usia 9 bulan.

Do's & Don'ts Jika Anak Naik Tekstur MPASI

Tekstur MPASI-3.jpg

Jika si Kecil sudah terlanjur terlambat mengenal tekstur dan masih mengkonsumsi makanan lembek pada usia di atas 1 tahun, jangan khawatir. Transisi ke tekstur yang lebih padat tetap bisa dilakukan secara bertahap, meskipun membutuhkan kesabaran ekstra. Mulai dengan memperkenalkan tekstur yang sedikit lebih padat hanya pada 1-2 suapan pertama. Jika si Kecil menerima dengan baik, secara perlahan tingkatkan porsi makanan dengan tekstur tersebut. Ingat, setiap anak memiliki kecepatan yang berbeda dalam beradaptasi. Jangan terburu-buru dan selalu perhatikan tanda-tanda kesiapan si Kecil.

Hal-hal yang perlu dihindari:

  • Jangan memaksa: Memaksa anak makan akan menciptakan pengalaman makan yang tidak menyenangkan dan berisiko menimbulkan trauma makan.
  • Jangan memberikan makanan yang terlalu keras: Pilih makanan dengan tekstur yang bertahap meningkat, agar anak mudah beradaptasi.
  • Jangan menyerah: Meskipun prosesnya lambat, tetaplah konsisten dalam menawarkan makanan dengan berbagai tekstur.

Tips tambahan:

  • Libatkan anak dalam proses makan: Ajak anak memilih makanan dan ikut serta dalam proses persiapan makanan.
  • Buat suasana makan yang menyenangkan: Ciptakan suasana yang santai dan menyenangkan saat makan.
  • Berikan pujian: Berikan pujian ketika anak mencoba makanan baru atau berhasil mengunyah makanan dengan tekstur baru.

Dengan kesabaran dan konsistensi, si Kecil pasti akan terbiasa dengan berbagai tekstur makanan dan menikmati waktu makan bersama keluarga.

Penting untuk diingat: Jika MomDad memiliki kekhawatiran mengenai tumbuh kembang makan anak, sebaiknya konsultasikan dengan dokter anak atau ahli gizi anak.

Referensi:

Hollis JL, Crozier SR, Inskip HM, Cooper C, Godfrey KM, Robinson SM; Southampton Women’s Survey Study Group. Age at introduction of solid foods and feeding difficulties in child. hood: findings from the Southampton Women's Survey. Br J Nutr. 2016 Aug;116(4):743-50.

Boulanger AM, Vernet M. Introduction of new food textures during complementary feeding: Observations in France. 2018:25. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0929693X17304700

Delayed introduction of lumpy foods to children during the complementary feeding period affects child's food acceptance and feeding at 7 years of age.

https://www.researchgate.net/publication/23930721_Delayed_introduction_of_lumpy_foods_to_children_during_the_complementary_feeding_period_affects_child's_food_acceptance_and_feeding_at_7_years_of_age

Booklet Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (ASI). UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik. IDAI 2018

https://www.researchgate.net/publication/23930721_Delayed_introduction_of_lumpy_foods_to_children_during_the_complementary_feeding_period_affects_child's_food_acceptance_and_feeding_at_7_years_of_age

Hollis JL, Crozier SR, Inskip HM, Cooper C, Godfrey KM, Robinson SM; Southampton Women’s Survey Study Group. Age at introduction of solid foods and feeding difficulties in childhood: findings from the Southampton Women's Survey. Br J Nutr. 2016 Aug;116(4):743-50. doi: 10.1017/S0007114516002531. Epub 2016 Jun 30. PMID: 27356464; PMCID: PMC4967354.

https://www.dispensaire.ca/en/posts/risks-introducing-complementary-foods-late/


familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
Rekomendasi Artikel
Lihat semua
cover
Anak Terlalu Banyak Minum Susu, Bahaya Enggak, ya?
8 Jul 2022
cover
MomDad, Ini yang Terjadi Jika Anak Terlalu Banyak Screen Tim...
29 Jul 2022
cover
Gimana sih Cara Hadapi Balita yang Terlalu Aktif? Ini Kata A...
29 Sep 2022
cover
Ini Akibatnya Jika MPASI Pertama Terlalu Encer!
31 Okt 2022
cover
Jangan Terlalu Sering, Ini Aturan Konsumsi Minuman Boba pada...
30 Nov 2022
cover
Hindari Terlalu sering Kasih Camilan ke Anak, Ini Dampaknya!
1 Jun 2023
cover
Ini Dampaknya jika Bayi Terlalu Banyak Tidur!
12 Jul 2023
cover
Penggunaan Empeng Terlalu Lama, Dampaknya Bisa Begini
14 Jul 2023
cover
Ini Dampaknya jika Bayi Dibiarkan Menangis Terlalu Lama
1 Des 2023
cover
Jangan Biarkan Anak Bawa Tas Terlalu Berat, Ini Dampaknya!
8 Jan 2024
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: