Pneumonia mulai banyak menyita perhatian semenjak pandemi Covid-19. Pneumonia sendiri penyebab terseringnya adalah infeksi bakteri, namun dapat juga disebabkan oleh infeksi virus termasuk covid-19. Selain itu, pneumonia kerap
disebut menjadi penyebab kematian nomor satu pada balita di dunia. Tentu saja, hal ini membawa kekhawatiran sendiri terhadap orang tua.
Pneumonia yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai radang paru merupakan peradangan pada jaringan paru tempat terjadinya pertukaran gas O2 dan CO2. Sistem kekebalan dan sel pertahanan tubuh anak yang belum sempurna disebut sebagai alasan utama kenapa penyakit ini sangat mengkhawatirkan.
Lantas, apakah pneumonia menular dan bagaimana pencegahannya? Yuk, simak langsung serba-serbi mengenai pneumonia pada anak menurut dr. Madeleine Ramdhani Jasin, SpA (K) berikut ini.
Penyebab pneumonia
Seperti yang sudah dibahas sedikit sebelumnya, pneumonia merupakan radang paru. Paru-paru memiliki kantong kecil yang dipenuhi udara saat bernapas. Namun, saat seseorang terkena pneumonia, kantong ini akan dipenuhi sel-sel radang seperti nanah. Akibatnya, oksigen yang dipasok jadi berkurang sehingga anak-anak menjadi sesak.
Pneumonia dapat disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme, sebut saja virus, bakteri, atau jamur. Pneumonia akibat virus biasanya berkembang selama beberapa hari, sementara kalau penyakit ini diakibatkan bakteri, berkembangnya lebih cepat atau bisa dalam satu hari.
Mengapa pneumonia lebih rentan terhadap anak?
Pneumonia dianggap paling rentan dan berisiko bagi anak. Hal ini dikarenakan bayi dan anak-anak yang berusia kurang dari 5 tahun memiliki daya tahan tubuh yang belum berkembang optimal, sehingga anak akan lebih mudah terinfeksi. Bukan hanya pneumonia, anak juga rentan terkena infeksi penyakit lain yang diakibatkan virus dan bakteri.
Pneumonia bisa menular
Satu hal yang perlu diwaspadai MomDad adalah pneumonia dapat menular. Penyakit ini bisa menular melalui droplet yang mengandung kuman. Jika droplet tersebut terhirup oleh anak, maka anak akan mulai menunjukkan gejala sakit.
Berbagi peralatan makan dan menyentuh tisu bekas dari orang lain juga bisa meningkatkan risiko terinfeksi pneumonia pada anak. Jadi, MomDad perlu menjauhkan anak-anak dari orang yang memiliki gejala seperti hidung tersumbat atau pilek, sakit tenggorokan dan batuk.
Seringkali pneumonia dimulai dari infeksi saluran pernapasan atau infeksi pada hidung dan tenggorokan. Dengan gejala yang dimulai dengan pilek atau sakit tenggorokan. Pneumonia juga bisa dimulai dengan demam tinggi dan pernapasan yang tidak biasa.
Mencegah pneumonia anak
Karena pneumonia bisa menular, sebaiknya MomDad lebih waspada lagi mengenai penyakit satu ini, ya. Ada beberapa kondisi yang perlu dihindari yang dapat menyebabkan pneumonia pada anak, seperti tidak mendapatkan ASI, gizi kurang atau gizi buruk, tidak mendapatkan imunisasi lengkap, serta terpapar polusi udara dan asap rokok.
Faktor-faktor risiko di atas dapat dihindari dengan meningkatkan pertahanan alami anak-anak yang dimulai dari pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupannya hingga usia 2 tahun. Selain efektif mencegah pneumonia, ASI juga membantu mengurangi lama penyakit jika si kecil jatuh sakit.
Sementara, mengatasi faktor lingkungan seperti polusi udara bisa dengan mendorong kebersihan di rumah-rumah yang ramai. Agar anak mendapatkan udara yang baik dan jauh dari asap.
Tak kalah penting, lakukan imunisasi lengkap sesuai jadwal dan usia anak. Hal ini untuk menjaga daya tahan tubuh si kecil serta mencegah risiko pneumonia.
Nah, itu dia MomDad serba-serbi mengenai penyakit pneumonia. Penting untuk MomDad mengetahui dan mengenali tanda-tanda pneumonia agar bisa melakukan tindakan cepat untuk mencegah penyakit ini menjadi parah.
Untuk mengetahui berbagai konten informatif lainnya seputar kesehatan bayi dan anak serta tumbuh kembangnya, pastikan MomDad sudah mengikuti akun instagram @official.primaku dan selalu pantau terus artikel di aplikasinya juga, ya!
Sumber foto: Pixabay, Unsplash, dan Pexels
Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.