primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

WHO Umumkan Darurat Monkeypox: Apa Bahayanya untuk Si Kecil?

Author: Sekar Retno Ayu

Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A

Topik: WHO, Monkeypox, Penyakit global, Darurat global, Mpox, penyakit menular, Penyakit, Vaksinasi

Baru-baru ini, WHO telah menetapkan bahwa penyakit Mpox atau Monkeypox sebagai kedaruratan penyakit global. Tentunya hal ini membuat geger dunia kesehatan yang berdampak pada munculnya kekhawatiran para orang tua di Indonesia. Jika MomDad belum tau, maka, tidak perlu khawatir berlebih, mari kita bahas bersama-sama seberapa bahayanyakah penyakit Monkeypox ini dan bagaimana gejala serta cara penanganannya. Yuk, kita simak!

WHO Tetapkan Monkeypox sebagai Darurat Penyakit Global [1]

Sejak 2022, kasus Mpox meningkat secara global, per 14 Agustus 2024, telah terkonfirmasi mencapai 99.388 kasus dan sudah tercatat 208 kasus kematian. Selain itu, dipicu juga dengan adanya peningkatan kasus di kawasan Afrika, terutama terkait adanya varian baru Ib. 

Clade Ib pertama kali terdeteksi September 2023 di Republik Demokrat Kongo dan menyebar ke negara-negara sekitar. Peningkatan kasus baru pada anak usia 5-10 tahun di Republik Demokrat Kongo ini menunjukkan bahwa penularan Mpox tidak hanya terbatas pada kontak seksual, tetapi juga dapat menyebar melalui jalur lain. Penularan tersebut diduga karena Household contact (pakaian, tempat tidur, handuk, barang elektronik, dan permukaan yang telah disentuh oleh penderita Mpox), zoonotic, dan anak belum memiliki kekebalan yang optimal, sehingga rentan untuk tertular (naive immunity), diperberat dengan kondisi gizi buruk.

Bagaimana dengan di Indonesia?

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengumumkan data kasus konformasi Monkeypox (Mpox) terbaru di Indonesia. Hingga Sabtu (17/8/2024), terdapat 88 kasus konfirmasi Mpox. Dengan kasus tersebar di DKI Jakarta sebanyak 59 kasus konfirmasi, Jawa Barat 13 kasus konfirmasi, Banten 9 konfirmasi, Jawa Timur 3 konfirmasi, Daerah Istimewa Yogyakarta 3 konfirmasi, dan Kepulauan Riau 1 konfirmasi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 87 kasus telah dinyatakan sembuh. Jika dilihat tren mingguan kasus konfirmasi Mpox di Indonesia dari tahun 2022 hingga 2024, periode dengan kasus terbanyak terjadi pada Oktober 2023 [2].

Sebagian besar kasus (97%) bergejala ringan, sementara 3% tidak bergejala, dan seluruh pasien telah sembuh, kecuali satu orang yang masih dalam isolasi mandiri. Dari 54 sampel genome sequencing yang dianalisis, 100% varian Mpox yang terdeteksi adalah Clade IIb, dengan dominasi subclade C.1 [1].

Screenshot 2024-08-21 at 14.51.33.png

Walaupun tidak ada pelonjakkan kasus di Indonesia, dengan adanya penetapan WHO bahwa Mpox sebagai kedaruratan penyakit global, MomDad pun tetap dihimbau untuk waspada dan menjaga kesehatan serta kebersihan keluarga agar terlindungi dari bahaya penyakit Mpox.

Apa itu Monkeypox?

Sebelum membahas lebih jauh, mari kita samakan pemahaman tentang penyakit Mpox atau Monkeypox. Monkeypox adalah penyakit yang disebabkan virus monkeypox. Pada asalnya, penyakit ini adalah penyakit zoonosis, yang berarti ditularkan dari hewan ke manusia. Tapi, penyakit ini dapat juga menyebar dari manusia ke manusia. Bayi baru lahir, anak-anak, dan orang dengan gangguan kekebalan tubuh berisiko mengalami gejala-gejala lebih serius dan kematian akibat Mpox [3].

Virus Mpox sendiri memiliki 2 clade, yaitu clade 1 dan clade 2. Untuk lebih jelasnya MomDad bisa lihat tabel di bawah ini [1]:

Screenshot 2024-08-21 at 13.53.16.pngBagaimana Gejala Mpox? [3]

Meski 97% kasus Mpox bergejala ringan, MomDad tetap harus waspada terhadap gejala lainnya. Gejala Monkeypox biasanya meliputi demam, sakit kepala hebat, nyeri otot, sakit punggung, lemas, serta pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan. Biasanya, akan muncul ruam atau lesi kulit dalam 1 hingga 3 hari setelah demam, dimulai dari bintik merah seperti cacar, kemudian berkembang menjadi lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, dan akhirnya mengeras atau keropeng sebelum rontok. Jumlah lesi bisa bervariasi dari beberapa hingga ribuan, seringkali terkonsentrasi pada wajah, telapak tangan, dan telapak kaki, serta bisa juga ditemukan di mulut, alat kelamin, dan mata. Ruam Monkeypox terkadang dapat disalah artikan sebagai sifilis atau herpes.

Screenshot 2024-08-21 at 15.41.11.png 

Gejala Monkeypox biasanya berlangsung antara 2-4 minggu dan sering sembuh dengan sendirinya. Namun, pada beberapa individu, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi medis yang serius atau bahkan kematian, terutama pada orang dengan penurunan kekebalan tubuh yang mungkin mengalami gejala lebih berat. Siapa pun yang mengalami gejala Monkeypox atau telah melakukan kontak dengan seseorang yang terinfeksi, disarankan untuk segera menghubungi atau mengunjungi fasilitas layanan kesehatan dan meminta saran dari tenaga kesehatan.

Penyebaran Monkeypox dari Manusia ke Manusia [3]

Seperti sempat dijelaskan sebelumnya, Monkeypox adalah penyakit zoonosis, yang berarti ditularkan dari hewan ke manusia. Tapi, penyakit ini bisa juga ditularkan melalui manusia ke manusia, dengan penyebaran sebagai berikut: 

  • Kontak erat dengan seseorang yang memiliki ruam Monkeypox, termasuk kontak tatap muka, kulit ke kulit, mulut ke mulut, atau mulut ke kulit, serta kontak seksual. WHO masih mempelajari durasi penularan Monkeypox, tetapi saat ini, seseorang dapat menularkan virus sampai semua lesi mereka berkerak, keropeng jatuh, dan lapisan kulit baru terbentuk di bawahnya.

  • Virus ini juga dapat menyebar melalui lingkungan yang terkontaminasi, seperti pakaian, tempat tidur, handuk, benda, elektronik, dan permukaan yang disentuh oleh orang yang terinfeksi. Selain itu, menghirup serpihan kulit atau virus dari barang-barang tersebut juga dapat menyebabkan infeksi.

  • Bisul, lesi, atau luka di mulut dapat menular melalui kontak langsung dengan mulut, percikan ludah, atau cairan hidung, dan mungkin juga melalui aerosol jarak pendek, meskipun mekanisme penularan melalui udara belum dipahami sepenuhnya.

  • Virus Monkeypox dapat menyebar dari Ibu hamil ke janin selama melahirkan atau dari orang tua ke bayi atau anak selama kontak erat.

  • Potongan DNA virus Monkeypox telah ditemukan dalam air mani, namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah infeksi dapat menyebar melalui cairan tubuh seperti air mani, cairan vagina, cairan ketuban, ASI, atau darah

Bagaimana Penanganan Monkeypox yang Tepat?Monkeypox-2.jpg 

Jika MomDad atau si  Kecil pernah melakukan kontak erat dengan orang yang mengalami Monkeypox atau lingkungan yang mungkin telah terkontaminasi virus, pantau diri dengan cermat untuk mengetahui adanya tanda dan gejala selama 21 hari sejak terakhir kali terpapar. Sebisa mungkin, batasi juga kontak erat dengan orang lain [1].

Lalu, jika merasa mengalami gejala Monkeypox, hubungi fasilitas layanan kesehatan untuk mendapatkan saran, pemeriksaan laboratorium, dan perawatan medis. Lakukan isolasi mandiri sampai MomDad atau si Kecil menerima hasil tes.

Berikut penanganan Monkeypox untuk lebih jelasnya [3]:

  1. Tahap Diagnostik

  • Berdasarkan gejala dan riwayat kontak, maka akan dilakukan tes PCR, dengan spesimen cairan lesi (pada suspek bergejala) atau dengan swab orofaring/anorektal (pada suspek asimtomatik).

  • Pada kasus konfirmasi, dilanjutkan pemeriksaan whole-genome sequencing (WGS), untuk mengetahui clade.

  1. Tahap Terapeutik

  • Terapi simtomatis

  • Antivirus Tecovirimat dan Cidofovir, masih dalam studi uji efikasi dan keamanan, namun tersedia untuk pengobatan pasien infeksi Mpox secara terbatas.

  1. Melakukan vaksinasi

Vaksin yang direkomendasikan WHO (WHO-EUL) & CDC untuk pencegahan Mpox:

  • JYNNEOS (Bavarian Nordic)

  • ACAM2000 (Sanofi Pasteur Biologics)

  • LC16 (KM Biologics)

Meskipun WHO telah menetapkan Monkeypox sebagai darurat penyakit global, MomDad dan orang tua di Indonesia tidak perlu panik, tetapi tetap harus waspada. Penting untuk mengenali gejala Monkeypox, menjaga kebersihan, dan memantau kesehatan keluarga dengan cermat. Menghubungi tenaga kesehatan jika ada gejala atau kontak dengan penderita Monkeypox adalah langkah yang bijaksana. Dengan pemahaman yang tepat dan langkah pencegahan yang baik, kita dapat melindungi si Kecil dan keluarga dari risiko penyakit Monkeypox.

Referensi:

  1. Kemenkes. 2024. Rapat Koordinasi Tindak Lanjut Penetapan Status Mpox sebagai Kedaruratan Kesehatan Global
  2. Sehat Negeriku. 2024. 88 Kasus Konfirmasi Mpox di Indonesia, Seksual Sesama Jenis Jadi Salah Satu Penyebab
  3. Kemenkes. 2022. MONKEYPOX Frequently Asked Questions (FAQ)
familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
Rekomendasi Artikel
Lihat semua
cover
Sudahkah ibu siap menyusui? Perhatikan waktu rekomendasi dar...
8 Des 2021
cover
Strategi Pemberian MPASI yang Baik berdasarkan WHO
30 Mar 2023
cover
Rekomendasi WHO 2020 Mengenai Aktivitas FIsik dan Perilaku S...
8 Okt 2023
cover
Standar Tinggi Badan Anak Menurut WHO, yuk Cek Tabelnya!
18 Okt 2023
cover
Ini Panduan MPASI Terbaru Menurut WHO, Sudah Tahu?
30 Okt 2023
cover
Standar Lingkar Lengan Atas Anak Usia 3-12 Bulan Menurut WHO...
3 Nov 2023
cover
Rekomendasi Terbaru WHO: Hindari Pemberian Makanan Tidak Seh...
30 Nov 2023
cover
Kupas Tuntas seputar MPASI Sesuai Standar WHO 2023
1 Des 2023
cover
Kupas Tuntas Pemberian MPASI sesuai Rekomendasi Terbaru WHO ...
4 Des 2023
cover
Rekomendasi WHO: Tatalaksana Sepsis Neonatus di Fasilitas Te...
29 Jan 2024
cover
Rekomendasi WHO Terkait Pemberian ASI dan MPASI
19 Mar 2024
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: