Sunat Bikin Anak Cepat Tinggi, Mitos vs Fakta?
Author: Fitri Permata
Editor: dr. Dini Astuti Mirasanti, Sp.A
Topik: Sunat, Tinggi
Pertumbuhan tinggi badan seorang anak menjadi perhatian setiap orang tua. Orang tua akan merasa khawatir jika tinggi anak tidak sesuai dengan kurva pertumbuhan, maka akan dianggap stunting. Selain mencukupi asupan nutrisi, salah satu cara untuk menunjang pertumbuhan tinggi anak adalah dengan melakukan sunat. Sunat kerap dianggap dapat membuat anak cepat tinggi. Benarkah demikian?
Mitos Sunat Bikin Anak Cepat Tinggi
Sejauh ini, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung gagasan bahwa sunat dapat membuat anak tumbuh lebih tinggi. Umumnya orang-orang pada zaman dahulu melakukan sunat di usia akhir SD, sekitar 9-13 tahun, yang mana pada usia tersebut anak laki-laki mengalami pubertas, sehingga tampak mengalami percepatan tumbuh yang akhirnya dikaitkan dengan tindakan sirkumsisi yang dilakukan kepada anak. Padahal, sirkumsisi hanya tindakan secara anatomis, sehingga tidak memengaruhi pertumbuhan.
Faktor Genetik dan Nutrisi
Pada anak, pertambahan tinggi dapat dibagi menjadi 3 periode: 2 tahun pertama kehidupan, pre pubertas, dan pubertas. Dalam 2 tahun pertama kehidupan, nutrisi memainkan peran yang lebih penting dalam optimalisasi tinggi badan anak. Setelahnya, kecepatan tumbuh dan peningkatan berat badan akan mulai menurun. Sebelum anak mencapai fase pubertas, kecepatan tumbuh hanya sekitar 5-6 cm per tahun dengan penambahan berat badan 2,5 kg per tahun. Terdapat berbagai faktor yang memengaruhi pertumbuhan tinggi anak, seperti olahraga, kecukupan tidur, hingga faktor genetic.
Nutrisi yang seimbang adalah faktor penting dari pertumbuhan. Tidur yang cukup menstimulasi hormon pertumbuhan sehingga memengaruhi pertambahan tinggi. Olahraga membantu pertambahan tinggi dengan meningkatkan jumlah hormon pertumbuhan.
Faktor Kesehatan Umum
Pada anak yang sedang bertumbuh, berat badan merupakan indikator pertumbuhan yang bersifat fluktuatif. Berat badan mudah dipengaruhi berbagai kondisi, misalnya oleh penyakit. Anak yang sakit akut seperti diare atau batuk pilek dapat mengalami penurunan berat badan akibat sakitnya, namun tinggi badan tidak akan langsung terpengaruh. Bila sakit terjadi berkepanjangan, anak menjadi tidak aktif, maka pertumbuhan tulang panjang juga dapat terganggu, berkaitan dengan berat badan yang tidak naik juga.
Kesimpulannya, sunat tidak berhubungan dengan pertambahan tinggi badan. Selain fokus pada tumbuh tinggi anak, jangan abaikan pertumbuhan dan perkembangan lainnya ya MomDad, seperti berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, hingga keterampilan motoriknya.
Referensi: Lee JH, dkk. Factors affecting height velocity in normal prepubertal children. Ann Pediatr Endocrinol Metab. 2018 Sep; 23(3): 148–153.