Perhatikan Hal Ini Saat Bayi Belajar Merangkak
Author: Dr. Pudjo Hagung Widjajanto, Ph.D, Sp.A(K)
Topik: Hemofilia, Merangkak
Bayi merangkak merupakan salah satu cara ia melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya. Kemampuan ini dapat timbul secara bervariasi pada perkembangan anak. Umumnya merangkak dapat dijumpai pada anak berusia 8 bulan ke atas, namun dapat juga dijumpai lebih awal. Anak yang sudah mampu merangkak telah memiliki kontrol kepala, badan, dan kekuatan tungkai yang baik.
Nah, apakah saat ini si Kecil sedang belajar merangkak? Jika iya, yuk coba perhatikan hal ini!
Perhatikan keamanan kenyamanan sekitar
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat bayi belajar merangkak adalah apakah di lantai terdapat benda-benda tajam yang dapat membahayakan bayi, atau terdapat kabel/benda-benda berbahaya lain yang tidak seharusnya terjangkau oleh bayi. Mom Dad juga perlu melihat apakah anak menggunakan pakaian yang nyaman atau apakah terdapat pembengkakan atau memar di area yang sering mendapat “benturan” saat anak merangkak.
Keluhan lebam merupakan keluhan yang umum dijumpai pada anak, apalagi pada anak balita yang sedang dalam fase aktif-aktifnya. Tetapi tahukah MomDad bahwa ada lebam yang “tidak biasa”, dan mengarahkan kondisi medis yang lebih serius yang disebut hemofilia?
Perhatikan apakah ada lebam atau memar
Lebam (bruising) adalah kondisi perdarahan di bawah kulit yang dapat menimbulkan pembengkakan (hematoma). Kondisi ini dapat timbul akibat benturan, sehingga mungkin akan sering dijumpai pada anak berusia 12-18 bulan yang merupakan fase anak sedang sangat aktif.
Hemofilia dapat dicurigai apabila anak tampak sangat mudah lebam, bahkan dengan benturan ringan sekalipun. Selain lebam, MomDad juga dapat menjumpai Perdarahan sendi (hemarthrosis) misalnya di sendi-sendi besar seperti lutut, siku, dan mata kaki. Pembengkakan sendi ini adalah gejala yang paling sering terjadi pada pasien hemofilia, terutama hemofilia berat. Kondisi ini menyebabkan seorang anak mengalami nyeri dan kesulitan gerak, bahkan kecacatan apabila tidak dilakukan dengan baik.
MomDad juga perlu mencurigai adanya hemofilia pada anak yang sering mudah mengalami perdarahan, misalnya dari mukosa hidung, mulut, dan gusi. Anak dengan hemofilia dapat rentan berdarah bahkan pada aktivitas sehari-hari seperti menggosok gigi atau pasca menjalani prosedur cabut gigi/ sunat/ pasca imunisasi.
Jika anak telah diketahui hemofilia, maka perlu ditentukan jenisnya, apakah termasuk derajat ringan, sedang atau berat, sehingga pencegahan perdarahan spontan dapat ditata laksana dengan semestinya.
Pada hemofilia berat umumnya seorang anak memerlukan pemberian faktor pembekuan secara rutin untuk mencegah perdarahan spontan, sedangkan pada hemofilia ringan dan sedang umumnya pemberian faktor pembekuan hanya diberikan saat perdarahan terjadi (on demand). Prinsip utama untuk mencegah terjadinya perdarahan spontan adalah dengan meminimalkan benturan, sehingga MomDad dapat memberikan bantalan yang cukup kokoh namun tidak keras untuk anak hemofilia yang sedang belajar merangkak.
Referensi:
Diakses pada 25 November 2022
- Hemophilia. Disitasi dari: https://www.cdc.gov/ncbddd/hemophilia/facts.html
- World Federation of Hemophilia. The WFH guidelines for the management of haemophilia. 3rd edition. Diunduh dari: https://www1.wfh.org/publications/files/pdf-1863.pdf
- Hemophilia: symptoms & causes. Disitasi dari: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hemophilia/symptoms-causes/syc-20373327
- Hemophilia in children. Disitasi dari: https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=hemophilia-90-P02313