Saat bayi menginjak usia 6 bulan dan mengonsumsi MPASI, tentunya MomDad mulai melakukan banyak persiapan. Mulai dari mempersiapkan menu MPASI hingga peralatan makan yang akan digunakan si Kecil. Peralatan makan bayi yang digunakan, umumnya terbuat dari bahan silikon karena lebih lunak dan tidak melukai bayi. Namun, penggunaan silikon dalam alat makan kerap menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua. Lalu, sebenarnya, amankah menggunakan peralatan makan yang terbuat dari silikon? Simak penjelasannya dari dokter spesialis anak dr Rina Pratiwi, SpA (K) berikut, yuk! Manfaat Penggunaan Silikon untuk Peralatan MPASI<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/b61f9878bc3255bcab4d7a9ecfff879d_1703401028432.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="silikon (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Peralatan makan seperti kaca, kayu, stainless steel, dan karet telah digunakan selama berpuluh-puluh tahun, sehingga profil keamanannya sudah lebih terpetakan. Silikon masih terbilang baru dan belum banyak pengujian yang dilakukan untuk menguji keamanannya dalam jangka panjang. Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, setara dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Indonesia, telah menyatakan silikon sebagai food-safe substance yang berarti bahan yang aman digunakan untuk makanan.Peralatan makan berbahan silikon merupakan bahan yang tahan panas, aman untuk disimpan di dalam freezer, dan aman untuk digunakan di dalam oven. Silikon food grade merupakan bahan yang aman dan dapat digunakan sebagai alternatif dari plastik. Silikon food grade juga sangat fleksibel, ringan, mudah dibersihkan, higienis karena tidak memiliki pori yang dapat ditempati bakteri dan memiliki sifat hipoalergenik.Namun, bahan silikon juga punya kekurangan karena biasanya hanya tahan panas sampai suhu sekitar 220°C. Jika dipanaskan dalam suhu tersebut, peralatan bakan bahan silikon akan menghasilkan siloxanes yang diketahui berhubungan dengan gangguan reproduksi, perubahan fungsi hati, bahkan dapat mengganggu sistem endokrin.Tips Memilih Peralatan MPASI yang Aman untuk si Kecil<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/a3df87463c513dab22b23fe9d387cbba_1703401085601.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="silikon (2).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Dengan banyaknya jenis dan merek peralatan makan bayi yang ada di pasaran saat ini, jangan langsung membeli hanya karena bentuknya yang lucu dan menggemaskan, ya! Saat memilih alat makan berbahan silikon, terutama yang berwarna terang, pastikan bahwa produk tersebut telah melewati pengujian terhadap kandungan bahan-bahan berbahaya seperti timbal, BPA, dan kadmium. Hal ini karena timbal kadang-kadang digunakan sebagai pewarna alat makan. Selain itu, pastikan peralatan makan tidak tajam agar tidak melukai bayi saat makan.Apakah selama ini MomDad sudah menggunakan peralatan makan si kecil dengan tepat? Semoga sudah, ya. Namun, bagi yang belum, semoga artikel ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan dapat diterapkan.&nbsp;Sumber foto: FreepikArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Peralatan MPASI Berbahan Silikon, Amankah?

peralatan-mpasi-berbahan-silikon--amankah--1703401144467

Memasuki tahun kedua kehidupannya, si Kecil akan semakin ingin tahu. Keinginannya untuk bereksplorasi juga semakin besar. Kemampuan bahasa dan komunikasinya juga akan semakin berkembang. Anak akan semakin sering meniru kegiatan di sekitarnya, serta mulai menggunakan berbagai peralatan sebagaimana mestinya, seperti menggunakan sisir untuk menyisir rambut, berpura-pura menjawab telepon, bermain dengan setir mobil-mobilannya seakan mengendarai sungguhan, dan mendorongnya maju mundur. Lantas, apa saja sih perkembangan si Kecil di usia ini? Yuk, simak ceklisnya dari berbagai ranah tumbuh kembang!Perkembangan Motor Kasar<ul><li style="font-size: 12pt;">Berjalan sendiri, dan jarang terjatuh</li><li style="font-size: 12pt;">Berjongkok untuk mengambil benda yang jatuh</li><li style="font-size: 12pt;">Dapat melempar atau menendang bola tanpa kehilangan keseimbangan</li><li style="font-size: 12pt;">Dapat mempertahankan keseimbangan saat duduk atau berdiri sembari menggunakan kedua tangannya untuk bereksplorasi dengan mainannya</li><li style="font-size: 12pt;">Dapat berjalan sambil menarik mainan di belakangnya</li><li style="font-size: 12pt;">Dapat berjalan sambil membawa mainan atau benda yang berukuran cukup besar</li><li style="font-size: 12pt;">Berlari</li><li style="font-size: 12pt;">Memanjat furnitur atau mainannya tanpa bantuan</li><li style="font-size: 12pt;">Dapat naik dan turun tangga berpegangan</li></ul>​Perkembangan Motor Halus<ul><li style="font-size: 12pt;">Menumpuk dua objek atau balok (12-18 bulan), hingga 4 balok atau lebih pada usia 2 tahun</li><li style="font-size: 12pt;">Scribbling atau mencoret-coret</li><li style="font-size: 12pt;">Membalikkan wadah untuk mengeluarkan isinya</li><li style="font-size: 12pt;">Mulai sering menggunakan salah satu sisi tangan lebih sering (tangan kanan atau kiri)</li><li style="font-size: 12pt;">Tertarik bermain dengan kunci-gembok, saklar mainan, kancing, slot pintu, dan sebagainya. Berikan anak kesempatan untuk bermain dengan berbagai pilihan permainan yang aman</li></ul>​Perkembangan Bahasa dan Komunikasi﻿﻿Pada usia 15 bulan:<ul><li style="font-size: 12pt;">﻿﻿Mengucapkan 5-10 kata berarti</li><li style="font-size: 12pt;">Menggabungkan suara dengan gestur, seperti mengatakan “bla” dan menunjuk bola</li><li style="font-size: 12pt;">Dapat mengikuti perintah sederhana</li><li style="font-size: 12pt;">Tertarik melihat gambar</li><li style="font-size: 12pt;">Dapat menunjuk setidaknya 1-2 bagian tubuh saat diminta</li><li style="font-size: 12pt;">Menunjuk benda yang dikenal saat diminta, seperti merespons pertanyaan: Mana botol minum kamu?</li><li style="font-size: 12pt;">Memahami hingga 50 kata</li></ul>​Pada usia 18 bulan:<ul><li style="font-size: 12pt;">﻿﻿Memberi respons terhadap pertanyaan</li><li style="font-size: 12pt;">Sering berceloteh dengan intonasi atau nada tertentu seperti sedang berbicara</li><li style="font-size: 12pt;">Dapat menunjuk benda atau anggota keluarga yang ia kenali di foto atau gambar</li><li style="font-size: 12pt;">Memahami konsep “di dalam” dan “di atas”</li><li style="font-size: 12pt;">Dapat menjawab pertanyaan ya atau tidak menggunakan gestur menggeleng atau mengangguk</li><li style="font-size: 12pt;">Mengulangi kata-kata yang ia dengar</li></ul>Pada usia 24 bulan:<ul><li style="font-size: 12pt;">Menyebutkan kalimat yang terdiri dari 2 kata atau lebih</li><li style="font-size: 12pt;">Menyebutkan frasa sederhana seperti “Aku sayang ibu” atau “Yuk main!”</li></ul>​Perkembangan Sosioemosional<ul><li style="font-size: 12pt;">﻿﻿Tertarik bermain atau berinteraksi dengan orang lain, seperti bermain 'pok ame ame'</li><li style="font-size: 12pt;">Dapat mempertahankan kontak mata saat bermain</li><li style="font-size: 12pt;">Sering meniru</li><li style="font-size: 12pt;">Menengok saat namanya dipanggil</li><li style="font-size: 12pt;">Pada usia 12 bulan, mampu menunjuk benda yang diinginkan</li><li style="font-size: 12pt;">Dapat melihat ke arah yang ditunjukkan orang tua atau pengasuh</li><li style="font-size: 12pt;">Mengangkat tangan untuk minta digendong</li><li style="font-size: 12pt;">Bertepuk tangan saat bermain bersama</li><li style="font-size: 12pt;">Perkembangan Kognitif</li><li style="font-size: 12pt;">Dapat menemukan objek yang disembunyikan di balik 2-3 penutup</li><li style="font-size: 12pt;">Mulai mengelompokkan bentuk dan warna</li><li style="font-size: 12pt;">Bermain pura-pura, seperti menyisir rambut boneka, memberi makan boneka, menjawab telepon, dan lain-lain</li><li style="font-size: 12pt;">Menggunakan berbagai perkakas atau peralatan sebagaimana mestinya</li></ul>​Waspada jika:<ul><li style="font-size: 12pt;">Tidak dapat berjalan hingga usia 18 bulan</li><li style="font-size: 12pt;">Terus menerus berjalan jinjit. Tidak terjadi pola berjalan seperti orang dewasa, yaitu menggunakan tumit dan ujung kaki (heel to toe)</li><li style="font-size: 12pt;">Tidak dapat memanjat tangga</li><li style="font-size: 12pt;">Tidak menggunakan pincer grasp (menjimpit menggunakan telunjuk dan ibu jari) saat memegang benda berukuran kecil</li><li style="font-size: 12pt;">Tidak dapat mengucapkan setidaknya 6 kata pada usia 18 bulan</li><li style="font-size: 12pt;">Tidak menggunakan kalimat berisi 2 kata pada usia 2 tahun</li><li style="font-size: 12pt;">Tidak mengerti fungsi benda-benda yang umum dijumpai di rumah seperti telepon, sikat gigi, garpu, sendok pada usia 15 bulan</li><li style="font-size: 12pt;">Tidak berusaha meniru pekerjaan atau kata-kata sampai akhir usia 2 tahun</li><li style="font-size: 12pt;">Tidak dapat mengikuti perintah sederhana pada usia 2 tahun</li><li style="font-size: 12pt;">Tidak dapat mendorong mainan beroda pada usia 2 tahun</li></ul>Nah, itulah ceklis pertumbuhan pada anak usia 1-2 tahun. Kira-kira si Kecil sudah bisa ngapain di umur tersebut, MomDad?Referensi:<ul><li style="font-size: 12pt;"><a class="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/toddler/Pages/Cognitive-Development-One-Year-Old.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/toddler/Pages/Cognitive-Development-One-Year-Old.aspx" target="_blank">Cognitive Development: One-Year-Old - HealthyChildren.org</a></li><li style="font-size: 12pt;"><a class="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/toddler/Pages/Developmental-Milestones-2-Year-Olds.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/toddler/Pages/Developmental-Milestones-2-Year-Olds.aspx" target="_blank">Developmental Milestones: 2 Year Olds - HealthyChildren.org</a></li></ul>Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Anak Usia 1-2 Tahun Sudah Bisa Apa Saja, sih?

anak-usia-1-2-tahun-sudah-bisa-apa-saja--sih--1703400564616

Perkembangan keseimbangan dan koordinasi yang sesuai usia memampukan anak berguna untuk partisipasi dalam berbagai permainan dan olahraga. Anak memerlukan kemampuan koordinasi keseimbangan untuk dapat berjalan di papan titian atau bermain sepak bola. Keseimbangan dan koordinasi akan mengontrol pergerakan tubuh, sehingga tubuh bergerak efektif dan tidak membuang terlalu banyak tenaga. Risiko cedera tubuh akan berkurang apabila anak dapat menjaga postur dan memberikan respon keseimbangan yang sesuai, misalnya menahan tubuh dengan tangan ketika jatuh dari sepeda. Beberapa keterampilan motorik halus juga membutuhkan keseimbangan dan koordinasi. Pengertian Keseimbangan dan KoordinasiKeseimbangan adalah kemampuan anak mengontrol posisi atau postur tertentu, seperti pada saat berjalan, memanjat, atau duduk. Koordinasi adalah kemampuan anak menggunakan bagian tubuhnya untuk melakukan suatu gerakan bertujuan dan terarah. Koordinasi juga meliputi kegiatan multipel seperti menangkap bola yang memerlukan koordinasi mata dan tangan.Kapan Keseimbangan dan Koordinasi Seorang anak Berkembang?Keseimbangan umumnya tercapai saat anak berusia 18 bulan – 2 tahun. Pada usia tersebut, anak sudah dapat naik tangga dengan berpegangan satu tangan dan berlari dengan koordinasi yang baik. Namun, perlu diingat bahwa perkembangan setiap anak dapat berbeda.Cara Mengetahui Adanya Masalah Keseimbangan dan Koordinasi<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/5dbc791103eb19dfa77279ac2ac10bbe3_1703399838270.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="keseimbangan &amp; koordinasi (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Anak yang memiliki masalah pada keseimbangan dan koordinasi umumnya akan menunjukkan tanda:<ul><li style="font-size: 12pt;">Mudah terjatuh atau tersandung atau kesulitan menyeimbangkan diri bila berada pada posisi tidak seimbang</li><li style="font-size: 12pt;">Tampak kaku atau seperti robot</li><li style="font-size: 12pt;">Menghindari aktivitas fisik</li><li style="font-size: 12pt;">Terlambat dalam hal perkembangan motorik kasar, seperti misalnya terlambat berjalan</li><li style="font-size: 12pt;">Kesulitan berpakaian dalam keadaan berdiri, seperti misalnya saat memakai celana</li><li style="font-size: 12pt;">Kesulitan berjalan pada beberapa tempat, misalnya berjalan di tangga atau jalan yang tidak datar</li><li style="font-size: 12pt;">Mudah lelah atau membutuhkan waktu istirahat lebih banyak dibandingkan anak lain selama melakukan aktivitas fisik</li></ul>​Apabila seorang anak memiliki masalah dalam keseimbangan dan koordinasi, maka dapat pula terjadi masalah pada beberapa hal berikut:<ul><li style="font-size: 12pt;">Tampak “loyo” atau “lemas”</li><li style="font-size: 12pt;">Kesulitan merencanakan gerakan maupun menempatkan tubuh. Ia akan mudah menabrak, tersandung, atau terinjak orang lain</li><li style="font-size: 12pt;">Kesulitan dalam memegang dan mengontrol pensil yang nantinya akan berkembang menjadi kesulitan menulis, menggambar, dan mewarnai</li><li style="font-size: 12pt;">Timbul masalah artikulasi bicara</li><li style="font-size: 12pt;">Kesulitan merawat diri, seperti kesulitan berpakaian sendiri, kesulitan menyikat gigi sendiri, serta kesulitan memegang dan menggunakan alat makan, seperti kesulitan menggunakan sendok</li><li style="font-size: 12pt;">Timbul masalah pemrosesan stimulasi sensori</li></ul>Nah, berikut adalah beberapa aktivitas yang dapat melatih perkembangan keseimbangan dan koordinasi di rumah:Berjalan di atas bantal, selimut, atau bean bags yang diletakkan di lantai<ul><li style="font-size: 12pt;">Naik tangga, bermain trampoline</li><li style="font-size: 12pt;">Berenang</li><li style="font-size: 12pt;">Melompat dari satu batu ke batu lain di taman</li><li style="font-size: 12pt;">Bermain sepeda dan skuter</li><li>​Jika MomDad memiliki kekhawatiran bahwa si Kecil mungkin memiliki masalah dalam keseimbangan dan koordinasi, segera konsultasikan kepada dokter anak, ya.</li></ul>Referensi: Balance and coordination. Didapat dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://childdevelopment.com.au/areas-of-concern/gross-motor-skills/balance-coordination/" title="https://childdevelopment.com.au/areas-of-concern/gross-motor-skills/balance-coordination/">https://childdevelopment.com.au/areas-of-concern/gross-motor-skills/balance-coordination/ </a>Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Cara Mengetahui Anak Alami Gangguan Keseimbangan & Koordinasi

cara-mengetahui-anak-alami-gangguan-keseimbangan---koordinasi-1703399957089

Menambahkan bumbu yang kaya rasa seperti kaldu pada MPASI si Kecil mampu menambahkan cita rasa. Bagi sebagian anak, mungkin penambahan kaldu juga membuatnya jadi semangat untuk makan.&nbsp;Namun, karena kaldu dibuat membutuhkan waktu yang lama, orang tua terkadang memilih alternatif lain yang lebih praktis, yakni dengan menggunakan kaldu instan. Pertanyaannya, apakah aman memberikan kaldu instan untuk MPASI? Yuk, simak penjelasan langsung dari ahlinya pada artikel di bawah ini!Bolehkah Bayi Mengonsumsi Kaldu Instan?&nbsp;﻿﻿<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/ad44d8a6c92aa0cb4fd6b10adb102c3976_1703242935519.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="kaldu instan (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Menurut dr. Winra Pratita, SpA (K), seorang konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik anak, memberikan bumbu kaya rasa seperti kaldu pada MPASI memang bisa memperkaya rasa, sehingga menambah selera makan si Kecil. Pemberian kaldu instan pada MPASI sebenarnya diperbolehkan dan lebih praktis, namun pilihlah kaldu instan yang tidak mengandung garam, gula, dan MSG yang tinggi.Sebelum itu, MomDad bisa melihat apakah si Kecil memiliki nafsu makan yang cukup baik tanpa makanan yang mengandung garam, gula, atau MSG atau tidak? Apakah berat badan si kecil normal atau tidak? Kalau iya, bisa diasumsikan bahwa asupan makanannya sudah mencukupi.Oleh karena itu, tak menambahkan ketiga kandungan penambah rasa tersebut pun tidak masalah. Membiasakan anak dengan makanan dan minuman yang diberi tambahan garam, gula, atau MSG secara umum tidak menguntungkan untuk jangka panjang, lho!Kaldu Instan yang Aman untuk si Kecil﻿﻿Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih kaldu instan jika ternyata makan si Kecil lebih lahap saat ditambahkan dengan kaldu instan, antara lain:<ul><li>Cek komposisi dan kandungan gula, garam, serta MSG. Konsumsi MSG (Monosodium Glutamat) dalam jumlah yang lazim sehari-hari terbukti secara ilmiah tidak membahayakan. Tapi, beberapa penelitian mulai menunjukkan bahwa penggunaan bumbu ini bisa meningkatkan risiko obesitas.</li><li>Perhatikan sumber bahan makanan yang dipakai untuk membuat kaldu instan. Pilihlah sumber bahan yang tidak memicu alergi pada si Kecil.</li><li>Perhatikan pula izin produksi pangan oleh BPOM dan tanggal kedaluwarsanya.</li><li style="font-size: 14pt;">Alternatif Penggunaan Kaldu Instan</li></ul>&nbsp;﻿﻿<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/40bbe35fd9616cb6e9d10a45e4a1b8b78_1703242968680.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="kaldu instan (2).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Kalau MomDad masih ragu dalam memberi kaldu instan pada si Kecil, alternatif lainnya adalah dengan membuat kaldu alami dari bahan makanan yang ada. Selain lebih berkualitas, tentu saja kaldu alami ini lebih terjaga keamanannya.&nbsp;Kaldu merupakan sari yang dihasilkan dari proses perebusan tulang, daging, ataupun sayuran. Bahan yang disiapkan bisa berupa daging dan tulang ayam atau tulang sapi. Tak lupa, tambahkan juga beberapa bumbu dapur seperti bawang bombay atau bawang putih, wortel, dan seledri.&nbsp;Setelah semua bahan siap, rebus dalam air selama 4-5 jam. Kaldu yang sudah selesai dimasak, bisa disaring lalu disimpan dalam wadah-wadah kecil agar mudah saat ingin digunakan. Supaya awet dan sesuai dengan jadwal makan bayi, MomDad bisa menyimpannya dalam freezer, ya.Itu dia beberapa informasi yang perlu orang tua ketahui mengenai kaldu instan. Sekarang, giliran MomDad yang memutuskan, apakah si kecil sudah butuh asupan kaldu instan atau tidak? Intinya, penggunaan kaldu instan boleh saja, asalkan MomDad cermat dalam menakar sesuai kebutuhan si Kecil, ya.Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Tips Memilih Kaldu Instan yang Aman untuk MPASI

tips-memilih-kaldu-instan-yang-aman-untuk-mpasi-1703243005791

Orang tua perlu berhati-hati saat memakaikan baju pada bayi karena bayi memiliki tubuh yang lembut, kulit yang sensitif, dan masih dalam tahap perkembangan. Pada bayi yang masih sangat kecil, leher dan otot lehernya belum cukup kuat untuk menopang kepala dengan baik. Oleh karena itu, saat memakaikan baju, harus dilakukan dengan lembut agar kepala bayi tidak terpapar risiko cedera. Lantas, gimana sih cara aman saat memakaikan baju pada bayi?Tips Aman Memakaikan Baju pada Bayi<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/537fc1660bc2fdb58b1f1dcb5a675539_1703240153505.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="memakaikan_baju_pada_bayi_(2).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1457px; min-height: 0px;"> Ketika ingin memakaikan baju, sembari menopang bayi di pangkuan, renggangkan bagian leher baju dan tarik melewati kepalanya. Gunakan jari MomDad agar baju tidak tertahan di wajah atau telinga bayi. Selain itu, jangan mendorong tangan bayi dari lengan baju. Sebaliknya, masukan tangan MomDad ke dalam lengan baju dari arah luar, lalu tarik tangan bayi ke dalam lengan baju dari luar[1].&nbsp;Dan saat ingin melepaskan baju bayi, lepaskan bagian lengan baju satu persatu sambil menopang kepala dan punggung bayi. Lalu, renggangkan bagian leher baju dan angkat melewati dagu dan wajah bayi sampai terlepas secara perlahan[1].&nbsp;&nbsp;Hal yang Perlu Diperhatikan saat Memilih BajuAgar si Kecilmerasa nyaman, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh MomDad saat memilihkannya baju, di antaranya:&nbsp;<ul><li>Untuk cuaca dingin (di bawah 23 derajat celcius): Bayi perlu memakai beberapa lapis baju agar tetap hangat. Lebih baik lagi jika MomDad memakai bayi kaus dalam dan popok yang dilapisi dengan baju tidur serta selimut sebagai tambahan.&nbsp;</li><li>Untuk cuaca panas (di atas 23 derajat celcius): MomDad bisa memakaikan bayi satu lapis pakaian saja.&nbsp;</li><li>Untuk bayi prematur: Apabila bayi prematur, maka MomDad disarankan untuk memakaikannya banyak lapisan baju hingga berat badan bayi cukup bulan dan tubuhnya bisa lebih mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan temperatur.</li><li>Memakaikan bayi dengan baju tidur one-piece: Tarik baju tidur melewati kepalanya terlebih dahulu, lalu masukan satu persatu tangan ke dalam lengan baju. Seiring berjalannya usia, MomDad bisa menjadikan aktivitas memakaikan baju bayi sebagai permainan mencari tangannya.&nbsp;</li></ul>Jenis Baju Bayi Mudah Dipakaikan<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/a6dd7b41c44a88218e5577a761398b86_1703240195089.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="memakaikan_baju_pada_bayi.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1457px; min-height: 0px;"> MomDad bisa memilih beberapa jenis baju agar aktivitas memakaikan baju bayi menjadi lebih mudah, di antaranya:<ul><li>Baju dengan kancing dan resleting di bagian depan.</li><li>Baju dengan kancing dan resleting di kedua bagian celana agar mudah saat mengganti popok.</li><li>Baju dengan bagian lengan yang longgar agar tangan MomDad bisa muat saat ingin menarik tangan si Kecil dari dalam.</li><li>Baju yang tidak memiliki pita atau tali yang dililitkan atau diikat untuk menghindari risiko bayi tercekik.</li><li>Baju yang berbahan stretchy dan hindari bagian ketat di area lengan, kaki, ataupun leher.</li></ul>Dengan memperhatikan semua hal ini, orang tua dapat memastikan bahwa pengalaman memakaikan baju bayi menjadi nyaman dan aman. Selalu pilih pakaian bayi yang mudah dipasang, bebas dari bahan kimia berbahaya, dan sesuai dengan kondisi cuaca dan suhu lingkungan.Referensi: <a class="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/diapers-clothing/Pages/Dressing-Your-Newborn.aspx?_gl=1*1624sg7*_ga*NDc2NzQ4NzQzLjE3MDE2NjEyMzI.*_ga_FD9D3XZVQQ*MTcwMTg2MTQwMy4yLjAuMTcwMTg2MTQwMy4wLjAuMA.." title="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/diapers-clothing/Pages/Dressing-Your-Newborn.aspx?_gl=1*1624sg7*_ga*NDc2NzQ4NzQzLjE3MDE2NjEyMzI.*_ga_FD9D3XZVQQ*MTcwMTg2MTQwMy4yLjAuMTcwMTg2MTQwMy4wLjAuMA.." target="_blank">Adapted from Caring for Your Baby and Young Child: Birth to Age 5, 6th Edition</a>

Tips Aman Memakaikan Baju pada Bayi 

tips-aman-memakaikan-baju-pada-bayi--1703241973115

Membedong adalah salah satu cara teknik yang digunakan untuk menenangkan bayi baru lahir, karena bedong memberikan sensasi yang sama seperti saat bayi masih berada di rahim. Jika dilakukan dengan benar, membedong dapat menjadi teknik yang efektif untuk menenangkan bayi. Namun, jika tidak dilakukan dengan benar, akan ada beberapa risiko yang bisa terjadi. Nah, agar MomDad tidak salah cara dalam membedong bayi, simak penjelasan di bawah ini yuk! Tips Aman Membedong Bayi&nbsp;<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/a57f7019b6d107dce21f8476f744a1c1b_1703240003809.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="bedong_yang_aman.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1457px; min-height: 0px;"> Membedong bayi dapat menyebabkan terjadinya beberapa risiko, salah satunya yaitu dapat mengurangi keinginan bayi untuk bangun. Kurangnya keinginan bayi untuk bangun dapat menjadi masalah dan bisa menjadi salah satu alasan bayi meninggal akibat SIDS (Sudden Infant Death Syndrome atau Sindrom Kematian Mendadak pada Bayi).Untuk membedong bayi dengan aman, MomDad bisa mengikuti langkah-langkah berikut ini:<ul><li>Hanya gunakan selimut tipis&nbsp;</li><li>Sebelum membedong, bentangkan selimut secara mendatar dengan satu ujung yang dilipat</li><li>Baringkan bayi secara telentang dan letakkan kepalanya di atas ujung selimut yang dilipat</li><li>Luruskan lengan kiri bayi dan tarik bagian kiri selimut untuk menutupi tubuh bayi dan selipkan di antara lengan kanan dan bagian kanan tubuhnya&nbsp;</li><li>Lalu luruskan lengan kanan bayi, lipat ujung bagian kanan selimut hingga menutupi tubuhnya hingga ke bagian bawah kiri tubuhnya</li><li>Lipat atau lilitkan bagian bawah selimut secara longkar dan selipkan di bawah salah satu sisi tubuh bayi&nbsp;</li><li>Pastikan agar pinggul bayi dapat bergerak dan selimutnya tidak terlalu ketat. MomDad bisa mengukur setidaknya jarak antara dada bayi dan bedong yaitu sekitar dua atau tiga jari</li></ul> Kapan Perlu Berhenti Membedong Bayi?MomDad dapat berhenti membedong bayi apabila ia sudah menunjukkan tanda-tanda mencoba untuk berguling. Beberapa bayi mulai mencoba berguling pada umur 2 bulan, tetapi setiap bayi memiliki proses yang berbeda.&nbsp;Nah, itu dia penjelasan mengenai membedong bayi dan cara yang aman dalam membedong agar bayi terhindar dari SIDS atau Sindrom Kematian Mendadak pada Bayi. Yang terpenting, MomDad harus tetap mengawasi bayi saat sedang dibedong untuk mencegah bayi terguling. Semoga informasi di atas bermanfaat! Sumber foto: Freepik, AdobestockReferensi: Rachel Y. Moon, MD, FAAP &amp; Danette Glassy, MD, FAAP. Swaddling: Is it Safe for Your Baby? Healthy Children, 15 July 2022.

Gimana sih Cara Membedong Bayi yang Aman?

gimana-sih-cara-membedong-bayi-yang-aman--1703240104090

MomDad, siapa yang kemarin nggak sempat menonton Webinar PrimaKu x Greenfields tentang Camilan Sehat Dukung Optimalnya Tumbuh Kembang &amp; Imunitas Anak bersama dr. Melia Yunita, MSc, Sp.A? Nah, dalam sesi tanya jawab, ada seorang MomDad yang bertanya tentang takaran gula dan garam pada MPASI. Apakah anak perlu dikenalkan rasa di awal MPASI? Menjawab rasa penasaran MomDad, berikut pemaparan dr. Lia yang wajib banget nih MomDad catat!Tips Mengenalkan Rasa Tanpa Gula dan Garam<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/448b2a439533cf47a73c35235a7103fcb_1703239149116.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="gula dan garam pada mpasi (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> MomDad mungkin pernah membaca atau mendengar kalau anak usia 6-12 bulan, tidak boleh mengonsumsi gula dan garam. Dalam momen Webinar tersebut, dr. Lia meluruskan bahwa sebenarnya rekomendasi WHO dan IDAI untuk usia 6-12 bulan, bukan no gula garam. Anak usia tersebut boleh konsumsi gula garam, tetapi dalam jumlah terbatas dan sangat sedikit.“Kadang kalo di awal makan memang tanpa gulgar (gula garam). Anak kan nggak pernah tau rasa manis asin karena selama 6 bulan pertama umumnya konsumsi hanya ASI atau susu formula yang rasanya begitu-begitu saja. Saat mulai MPASI, dia mau mengenal rasa. Jadi, kalau di usia 6 bulan, aku selalu bilang coba nggak usah dulu pakai gulgar, karena rasanya terlalu kuat. Kita bisa kenalin rasa manis lewat buah atau bawang bombai. Rasa gurih atau asin bisa didapat dari bawang putih atau santan. Atau misalnya masak dari susu UHT untuk bahan masakan,” jelasnya.Dari situ anak mulai kenal, “oh ini yang namanya asih, gurih, atau manis.” Jadi, kalau untuk awal MPASI, dr. Lia memang tidak menyarankan gula dan garam. Ia juga menambahkan, “Nanti dilihat perkembangannya. Kalau kita mau masak sup ayam bening, kan nggak pake santan, ngggak pakai susu UHT, dia bener-bener bening. Nah, itu tuh boleh dikasih sedikit garam. Tapi, kalau misalnya kita masak sudah pakai bumbu atau campuran apapun yang sudah ada gulgar, contoh santen. Nggak bisa dipungkiri, kita ada di situasi riweuh yang akhirnya kita pakai santan instan. Baca komposisinya, apakah santan tersebut mengandung garam. Kalau ternyata ada kandungan garam, jangan pakaikan garam beneran lagi ke masakannya.” Hal yang sama juga berlaku untuk pemakaian kecap meskipun hanya sedikit. Sebab, kecap yang beredar di pasaran sudah mengandung gula dan garam.&nbsp;dr. Lia mengingatkan, penggunaan gula dan garam (dalam jumlah sedikit) bisa dijadikan sebagai senjata pamungkas ketika anak sedang GTM, biasanya di usia 8-9 bulan. Namun, untuk awal MPASI, sebaiknya hindari penggunaan gula dan garam. MomDad bisa mengenalkan berbagai rasa pada si Kecil di awal MPASI dengan menggunakan bumbu aromatik, seperti merica, daun jeruk, dan lainnya. Seiring bertambahnya usia, barulah kenalkan rasa sedikit demi sedikit pada si Kecil.&nbsp;

Tips Kenalkan Rasa di Awal MPASI Tanpa Gula & Garam, Begini Caranya!

tips-kenalkan-rasa-di-awal-mpasi-tanpa-gula---garam--begini-caranya--1703780247502

Saat baru lahir, MomDad perlu memperhatikan lingkungan tempat bayi tidur secara ekstra. Hal ini dilakukan agar bayi terhindar dari risiko SIDS (Sudden Infant Death Syndrome) atau kematian mendadak yang sering terjadi saat bayi sedang tidur. Untuk mengetahui apa saja yang perlu dilakukan agar lingkungan tidur bayi aman, simak tips berikut, yuk!1.Baringkan Bayi Telentang&nbsp;	Bayi yang tidur telentang memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk mengalami kematian mendadak dibandingkan dengan bayi yang tidur tengkurap atau menyamping. Saat tidur menyamping, anatomi saluran napas bayi dan refleks muntahnya akan mencegah bayi dari tersedak. Selain itu, bayi yang memiliki GERD juga diharuskan untuk tidur telentang.&nbsp;2. Gunakan Alas Tidur yang Kokoh dan Datar&nbsp;Gunakan alas tidur yang kokoh dan tidak menciptakan lekuk saat MomDad membaringkan bayi di atasnya. Sebab, permukaan dengan kemiringan yang dalam dapat membahayakan si Kecil saat sedang berbaring.&nbsp;3. Tidur di Ruangan yang SamaBerada di kamar yang sama dengan bayi setidaknya 6 bulan pertama dan bukan di tempat tidur yang sama diperbolehkan, karena dapat mengurangi risiko terjadinya SIDS pada bayi. AAP merekomendasikan berbagi ruangan karena dapat mengurangi risiko SIDS hingga 50% dan jauh lebih aman dibandingkan berbagi tempat tidur. Berbagi ruangan juga akan memudahkan MomDad untuk memberi makan, menghibur, dan mengawasi si Kecil.4. Hindari Meletakkan Barang di Tempat Tidur Bayi&nbsp;<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/67729ecac79f16b107964ed10e221071bf7_1703238725805.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Lingkungan_tidur_yang_aman_(1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1457px; min-height: 0px;"> Benda-benda empuk seperti bantal atau boneka dan perlengkapan tidur seperti selimut, seprai yang terlepas, atau sarung bantal yang tidak terpakai dapat meningkatkan risiko bayi terjebak di antaranya hingga tidak bisa bernapas. Jika MomDad khawatir si Kecil akan kedinginan, pakaikan ia beberapa lapis baju atau kaus kaki dan hindari menggunakan selimut yang berbahan tebal.5. Hindari Membiarkan Bayi KepanasanKondisi kepanasan pada bayi dapat meningkatkan risiko terjadinya SIDS. Oleh sebab itu, hindari memakaikan bayi topi saat berada di dalam ruangan dan cek apakah bayi mengalami tanda-tanda kepanasan seperti berkeringat atau kulit yang merah.&nbsp; Apabila masih ragu mengenai lingkungan tidur yang aman untuk bayi, MomDad juga bisa berkonsultasi dokter anak agar mendapatkan jawaban yang pasti mengenai keamanan si Kecil.&nbsp; Referensi: Rachel Y. Moon, MD, FAAP. How to Keep Your Sleeping Baby Safe: AAP Policy Explained.<a class="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/sleep/Pages/a-parents-guide-to-safe-sleep.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/sleep/Pages/a-parents-guide-to-safe-sleep.aspx" target="_blank"> Healthy Children</a>, 25 Oktober 2023<div> </div>

Peralatan MPASI Berbahan Silikon, Amankah?

Peralatan MPASI Berbahan Silikon, Amankah?

Anak Usia 1-2 Tahun Sudah Bisa Apa Saja, sih?

Anak Usia 1-2 Tahun Sudah Bisa Apa Saja, sih?

Cara Mengetahui Anak Alami Gangguan Keseimbangan & Koordinasi

Cara Mengetahui Anak Alami Gangguan Keseimbangan & Koordinasi

Tips Memilih Kaldu Instan yang Aman untuk MPASI

Tips Memilih Kaldu Instan yang Aman untuk MPASI

Tips Aman Memakaikan Baju pada Bayi

Tips Aman Memakaikan Baju pada Bayi

Gimana sih Cara Membedong Bayi yang Aman?

Gimana sih Cara Membedong Bayi yang Aman?

Tips Kenalkan Rasa di Awal MPASI Tanpa Gula & Garam, Begini Caranya!

Tips Kenalkan Rasa di Awal MPASI Tanpa Gula & Garam, Begini Caranya!

Cegah SIDS, Ini Tips Ciptakan Lingkungan Tidur yang Aman untuk Bayi

Cegah SIDS, Ini Tips Ciptakan Lingkungan Tidur yang Aman untuk Bayi