primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

7 Kendala yang Kerap Dialami Saat Memberikan MPASI Pertama

Author: Marisha A

Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A

Topik: MPASI

Begitu bayi akan genap berusia 6 bulan, ketika dia sudah dapat mulai diberi MPASI, hampir semua orang tua akan berusaha mempersiapkannya dengan matang. Mulai dari merinci kebutuhan alat-alat yang akan digunakan untuk makan bayi dan memasak, hingga beragam menu MPASI. Namun, tak sedikit pula yang mengalami banyak kendala. Kira-kira, apa saja kendala yang kerap dijumpai para orang tua saat memberikan MPASI pertama?

1. Kesulitan menyesuaikan jam tidur dan jam makan bayi

istockphoto-1383504420-612x612.jpg

Prinsip feeding rules adalah memberikan jeda 2-3 jam antara jam makan agar bayi memiliki waktu untuk mengosongkan lambung. Seringkali, pada bayi usia 6 bulan yang frekuensi tidur siangnya masih sering, hal ini membuat jam makan bertabrakan dengan jam tidur. Alih-alih bayi yang semangat makan, yang terjadi justru bayi “tidak mood” karena mengantuk pada saat jam makannya.

Karena itu, MomDad perlu menyesuaikan jam makan bayi dengan jam tidurnya. Misalnya, apabila ia makan pagi pukul 8.00, sementara pada pukul 10.00 sudah jam tidurnya lagi, maka tidak usah dipaksakan untuk harus memberikan selingan pada jam 10.00. Bayi dapat diberikan ASI atau susu formula sebelum ia tidur, kemudian makan siangnya dapat diberikan 2 jam dari jam makan terakhirnya, yaitu jam 12.00.

2. Bingung saat memberikan air putih

istockphoto-1144733656-612x612.jpg

MomDad seringkali bertanya, berapa banyak air putih yang seharusnya diberikan bersama MPASI. MomDad dapat memberikan air putih setelah bayi makan, tidak perlu banyak, mungkin hanya untuk membantu bayi menelan makanannya. Air putih tidak selalu perlu diberikan karena  konsumsi ASI/susu formula pun termasuk ke dalam asupan cairan harian. American Academy of Pediatrics tidak memberikan batasan jumlah air putih yang dapat diberikan setiap kali minum, namun hanya memberikan rekomendasi jumlah keseluruhan air putih untuk usia 6-12 bulan, yaitu tidak melebihi 125-250 mL per hari. 

Pada awal pemberian MPASI, bayi sedang belajar makan sehingga kebutuhan gizi bayi tidak serta merta dapat dipenuhi oleh MPASI.Pada usia 6-8 bulan, bayi masih mengandalkan sekitar 70% kebutuhan kalorinya dari ASI atau susu formula. MPASI yang diberikan pun biasanya masih sangat encer dan mengandung banyak air, sehingga pada saat ini ibu tidak perlu menambahkan banyak air putih. Setelah bayi lebih terampil makan, terutama setelah dia mulai pintar makan makanan yang lebih padat, jumlah air putih yang diberikan bisa ditambahkan.

3.  BAB bayi keras saat MPASI pertama

istockphoto-527030452-612x612.jpg

MemberikanMPASI berarti mengubah tekstur makan bayi, yang tadinya berupa makanan cair (ASI/susu formula) menjadi tekstur yang lebih padat. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi konsistensi tinja yang terbentuk, yang mungkin menjadi lebih keras, serta frekuensi defekasi yang mungkin akan menjadi lebih jarang. Proses ini dapat berlangsung sampai 1-2 minggu dan bersifat sementara. MomDad dapat membantu bayi dengan memastikan asupan cairannya cukup dan memantau apakah terdapat perbaikan konsistensi BAB-nya.

4. Bingung kapan harus memberikan snack

istockphoto-495453442-612x612.jpg

Untuk MPASI pertama, menu utama dapat dimulai dengan 2-3 kali makan, ditambah  satu kali snack apabila bayi menghendaki. Snack dapat memperluas variasi makanan dan referensi rasa bayi, namun tidak perlu dipaksakan, dan mengikuti nafsu makan bayi saja.

5. Salah tekstur

istockphoto-1397882944-612x612.jpg

Pada prinsipnya, tekstur MPASI yang diberikan harus disesuaikan dengan keterampilan oromotor anak. Tekstur MPASI dibagi mulai dari bubur halus (biasanya di-blender atau disaring) dan bubur kasar (tanpa disaring atau di-blender, dan dengan jumlah air yang lebih sedikit). Kedua tekstur ini diperkenalkan bertahap, dari halus menjadi semakin kasar, pada rentang usia 6-9 bulan.

Pada usia sekitar 7-8 bulan, bayi juga bisa mulai diperkenalkan dengan tekstur finger food atau makanan yang bisa dia genggam sendiri. Makanan ini bisa digenggam oleh bayi, tetapi harus bisa segera menjadi lembek ketika terkena air ludah sehingga tidak menimbulkan risiko tersedak, karena pada usia ini sangat mungkin bayi belum mampu mengunyah dengan baik.

Nasi tim (bentuk semakin menyerupai nasi lembek) dan makanan yang dicincang halus (minced) atau dicincang kasar (chopped) secara bertahap dapat diberikan pada usia 9-12 bulan. Pada usia 12 bulan anak diharapkan telah mampu menerima makanan keluarga seperti nasi dengan lauk yang dipotong kecil-kecil sesuai dengan kemampuan oromotor anak.

6. Takut saat melihat bayi gagging

istockphoto-1203433733-612x612.jpg

Gagging perlu dibedakan dengan choking (tersedak). Saat gagging, anak akan menjulurkan lidahnya, melepehkan makanannya dan batuk untuk mencegah masuknya makanan tersebut ke jalan napas. Sebaliknya, pada choking (tersedak), makanan sudah terlanjur masuk ke dalam saluran napas sehingga anak akan “diam” tidak bersuara lalu menjadi kebiruan.

Jika sumbatannya tidak pada seluruh jalan napas, maka dapat terdengar bunyi mengi. Gagging merupakan proses normal yang terjadi pada bayi yang sedang belajar makan. Gagging merupakan respon yang dapat dijumpai pada saat bayi mendapatkan makanan dengan tekstur, rasa atau suhu yang “baru”.

Saat gagging bayi sebenarnya sedang berusaha memproteksi jalan napasnya agar tidak ada benda asing yang masuk, kemudian mendorongnya dengan menjulurkan lidahnya keluar mulut. MomDad tidak perlu khawatir bila bayi mengalami gagging. Pantau sampai proses gagging selesai, kemudian berikan air putih.

7. Bingung antara harus memilih MPASI homemade atau instan

istockphoto-1384475212-612x612.jpg

Makanan buatan sendiri (home-made) yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan adalah pilihan terbaik untuk MPASI bayi. Namun, hal ini sulit distandarisasi pada praktik sehari-hari, sehingga orang tua perlu diedukasi tentang bahan makanan serta komponen gizi penting apa saja yang harus ada pada MPASI pertama.

MPASI instan, di sisi lain, merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan karena selain mengandung zat gizi yang sudah difortifikasi ke dalam makanan, pengukuran asupan juga dapat lebih dirinci apabila bayi mendapatkan MPASI fortifikasi. Kekurangan MPASI fortifikasi tentu saja ada pada rasa yang relatif konstan dan tekstur yang kurang bervariasi.

Bayi yang mendapatkan MPASI fortifikasi sebaiknya juga diberi MPASI home-made agar proses pengenalan tekstur dan rasa pada bayi menjadi semakin kaya. Hal ini akan meningkatkan penerimaan bayi terhadap berbagai jenis makanan di kemudian hari. 

Kendala apa saja yang MomDad alami saat memberikan MPASI pertama pada si Kecil? Yuk, ceritakan pengalaman MomDad di Forum MPASI & Laktasi! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho.

Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
Rekomendasi Artikel
Lihat semua
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: