<p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Imunisasi pada anak merupakan salah satu cara untuk mengurangi risiko komplikasi akibat penyakit berbahaya dan menular. Demi mendukung hal ini, pemerintah juga menetapkan 5 vaksinasi dasar yang wajib didapatkan anak sebelum mereka berusia 1 tahun.<br></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Meski begitu, ada juga beberapa anak yang terlambat melakukan imunisasi. Alasannya bermacam-macam, ada yang karena kesehatan atau bahkan orang tua yang sering lupa. Lantas, apa jadinya ya kalau anak terlambat imunisasi? Yuk, cari tahu jawabannya dalam artikel berikut ini!</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"><strong>Pentingnya imunisasi</strong></span><br></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"><strong> </strong></span></p><div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><img src="https://storage.primaku.com/editor/1648453625520-43af0f7d.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="sub 1 (3).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Imunisasi merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan anak. Berbagai penyakit terbukti dapat dicegah dengan imunisasi. Ketika anak sudah diimunisasi, tubuhnya akan secara otomatis memiliki sistem imun yang akan bekerja spesifik melawan virus, bakteri, atau kuman penyebab penyakit tersebut.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><br></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Sementara, anak yang tidak menerima vaksinasi lengkap bisa berisiko menularkan penyakit yang mereka derita ke orang lain. Alhasil, wabah penyakit dan tingkat kematian akan meningkat. Untuk itu, pemberian imunisasi merupakan hal yang wajib diperhatikan oleh orang tua.</span></div><div style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><br></div></div><div style=""><div style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 14pt;">Bagaimana kalau anak terlambat imunisasi?</span></strong></div><div style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 14pt;"><img src="https://storage.primaku.com/editor/1648453671905-76a6fc8d.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="sub 2 (3).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> </span></strong></div><div style="text-align: justify;"><div style=""><span style="font-size: 12pt;">Pada dasarnya, untuk mendapatkan perlindungan optimal, imunisasi harus berikan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Ada imunisasi yang cukup diberikan satu kali, seperti BCG, ada pula yang harus diulang seperti DPT dan Hepatitis B. Namun, ada kalanya pemberian imunisasi terpaksa terhambat oleh berbagai hal, seperti ketersediaan vaksin, anak mengalami sakit, atau orang tua yang lupa. Lalu, apa yang harus dilakukan bila ada imunisasi yang terlambat atau terlewat?</span></div><div style=""><span style="font-size: 12pt;"><br></span></div><div style=""><span style="font-size: 12pt;">Nah, hal pertama yang harus dilakukan MomDad adalah segera membawa si kecil menemui dokternya. MomDad bisa melaporkan bahwa ada imunisasi yang terlewat atau terlambat. Imunisasi yang terlambat tersebut dapat segera diberikan selama kondisi anak sehat dan tidak ada kondisi medis khusus.</span></div><div style=""><span style="font-size: 12pt;"><br></span></div><div style=""><span style="font-size: 12pt;">Kalau ternyata imunisasi yang terlambat merupakan imunisasi dengan dosis ganda, maka jarak pemberian antar dosis sesuai dengan anjuran jarak pemberian sebenarnya. Misalnya imunisasi DPT yang diberikan setiap 4-8 minggu, apabila dosis pertama diberikan tepat waktu, namun dosis berikutnya terlambat, maka dosis pertama tidak diulang dan dosis kedua dapat segera diberikan.&nbsp;</span></div><div style=""><span style="font-size: 12pt;"><br></span></div><div style=""><span style="font-size: 12pt;">Namun, ada juga imunisasi yang memiliki batas maksimal usia pemberian, seperti imunisasi Rotavirus. Sementara untuk anak yang belum diberikan imunisasi BCG saat usia lebih dari 3 bulan, perlu pemeriksaan uji tuberkulin terlebih dahulu.</span></div><div style="font-size: 14pt; font-weight: bold;"><br></div><div style=""><div style="font-size: 14pt; font-weight: bold;"><strong>Tips agar tidak terlambat imunisasi</strong></div><div style="font-size: 14pt; font-weight: bold;"><img src="https://storage.primaku.com/editor/1648453847759-3d5b1210.jpg" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="sub 3.jpeg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px; max-height: 429px;"> </div><div style=""><div style=""><span style="font-size: 12pt;">Sekarang MomDad sudah tahu kan betapa pentingnya imunisasi? Nah, untuk itu penting&nbsp; bagi MomDad untuk selalu ingat jadwal imunisasi anak. Agar tidak lagi telat imunisasi, MomDad bisa melakukan beberapa hal misalnya memberi pengingat untuk jadwal vaksin anak, mencatat jenis vaksin selanjutnya yang harus didapatkan anak, mengingat tanggal lahir anak agar jadwal vaksin bisa berpedoman pada tanggal lahir anak tiap bulan.</span></div><div style=""><span style="font-size: 12pt;"><br></span></div><div style=""><span style="font-size: 12pt;">Nah, untuk memudahkan, MomDad juga bisa lho dengan mengunduh aplikasi PrimaKu. Nantinya, MomDad bisa melihat jadwal imunisasi IDAI yang disertai <em>reminder</em> yang dapat membantu imunisasi anak tepat waktu.</span></div><div style=""><span style="font-size: 12pt;"><br></span></div><div style=""><span style="font-size: 12pt;">Fitur ini juga berfungsi sebagai catatan yang ditunjukkan ke dokter apabila MomDad ingin meminta sertifikat imunisasi untuk kebutuhan sekolah. Selain itu, bagi MomDad yang memiliki anak lebih dari 1, aplikasi pencatatan imunisasi dari PrimaKu akan lebih memudahkan karena MomDad tidak perlu memiliki banyak buku KIA untuk memantau jadwal imunisasi anak.&nbsp;</span></div><div style=""><span style="font-size: 12pt;"><br></span></div><div style=""><span style="font-size: 12pt;">Jadi, tidak ada alasan lagi untuk lupa jadwal imunisasi anak karena sekarang MomDad bisa dengan mudah melihatnya dalam aplikasi PrimaKu. Yuk, pastikan imunisasi anak sudah lengkap untuk mendukung kesehatan dan tumbuh kembangnya!</span></div><div style=""><span style="font-size: 12pt;"><br></span></div><div style=""><span style="font-size: 12pt;">Untuk mendapatkan informasi lainnya tentang imunisasi dan tumbuh kembang anak, pastikan <em>follow </em>instagram Primaku <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a>, ya. Selain itu, pantau terus artikelnya di aplikasi PrimaKu.</span></div><div style=""><span style="font-size: 12pt;"><br></span></div><div style=""><span style="font-size: 12pt;">Sumber foto: <strong>Unsplash</strong></span></div><div style=""><em style="font-size: 16px; font-weight: 700;">Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.</em><span style="font-size: 12pt;"><strong><br></strong></span></div></div></div></div><div style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><span class="e-editor-select-start"></span></div></div>

Anak Terlambat Imunisasi? Ini yang Harus Dilakukan MomDad!

anak-terlambat-imunisasi--ini-yang-harus-dilakukan-momdad-

<p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">​</span><span style="font-size: 12pt;">Imunisasi dibutuhkan untuk mendapatkan kekebalan tubuh atau antibodi yang bertujuan melindungi atau mengurangi keparahan penyakit yang mungkin diderita anak. Namun jika MomDad memiliki bayi yang lahir prematur, maka imunisasi bukan lagi pertimbangan, melainkan keharusan karena bayi prematur lebih berisiko mengalami komplikasi penyakit. MomDad tidak perlu galau mengenai kapan bayi prematur mendapatkan imunisasi. Simak informasinya lebih lanjut, yuk!</span><br></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"><strong>Imunisasi bayi prematur</strong></span><br></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"><strong><img src="https://storage.primaku.com/editor/1648116734449-96fc2937.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="sub 1.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> </strong></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Yang disebut bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum waktu kelahiran normal, yakni di bawah 37 minggu. Bayi prematur umumnya memiliki berat badan yang rendah dengan fisik yang sangat kecil, sehingga rentan berisiko mengalami masalah kesehatan. Tidak jarang, bayi prematur memerlukan perawatan intensif khusus atau<em> neonatal intensive care unit</em> (NICU).</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Bayi prematur rentan mengalami komplikasi akibat infeksi atau penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Karena itu, imunisasi sesuai jadwal rekomendasi menjadi sangat penting. MomDad tidak perlu khawatir tentang keamanan vaksin pada bayi prematur, karena vaksin yang tersedia saat ini aman diberikan pada bayi cukup bulan maupun bayi prematur.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Selain itu, risiko efek samping ringan terkait vaksin yang ditimbulkan pada bayi prematur tidak berbeda dengan bayi cukup bulan. Pada beberapa jenis vaksin, kekebalan yang dihasilkan tubuh bayi prematur pasca imunisasi memang tidak setinggi pada bayi cukup bulan, namun tetap menghasilkan kadar antibodi yang protektif.</span></p><p style="text-align: justify;"></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Bayi prematur dapat diimunisasi mengikuti usia kronologisnya asalkan dalam kondisi stabil dan baik. Misalnya, jika bayi normal dapat diimunisasi DPT di usia 2 bulan, atau paling cepat di usia 6 minggu, maka bayi prematur juga dapat diimunisasi DPT pada usia kronologis 2 bulan, mengikuti jadwal imunisasi IDAI 2020.</span></p><div style="text-align: justify;"><div><span style="font-size: 12pt;">Jika bayi prematur dalam kondisi stabil dan memiliki berat lahir di atas 2000 gram, maka bayi harus menerima imunisasi dosis lengkap, seperti BCG, difteri, tetanus, pertusis, Haemophilus influenzae tipe B, polio, pneumokokus, dan hepatitis B.</span></div><div><span style="font-size: 12pt;"><br></span></div><div><span style="font-size: 14pt;"><strong>Perhatian khusus untuk vaksin Hepatitis B</strong></span><br></div><div><span style="font-size: 14pt;"><strong><img src="https://storage.primaku.com/editor/1648116837044-2cabbd28.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="sub 2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> </strong></span></div><div><div style=""><span style="font-size: 12pt;">Pada bayi prematur dengan berat lahir kurang dari 2000 gram, imunisasi hepatitis B sebaiknya ditunda hingga usia bayi mencapai 1 bulan atau berat badan mencapai 2000 gram. Hal ini lantaran di bawah usia kronologis 1 bulan, respon imun yang dihasilkan dari imunisasi belum adekuat.</span></div><div style=""><span style="font-size: 12pt;"><br></span></div><div style=""><span style="font-size: 12pt;">Namun, jika ibu berstatus HBsAg positif, maka bayi prematur akan mendapat imunisasi Hep B dan hepatitis B imunoglobulin (HBIg) dalam 12 jam pertama kehidupan. Namun, perlu diingat bahwa pemberian vaksin hepatitis B pada bayi prematur tidak dianggap dosis primer, sehingga jumlah dosis vaksin hepatitis B pada bayi prematur akan lebih banyak daripada bayi cukup bulan bila ia lahir dari ibu dengan HBsAg positif.</span></div><div style=""><span style="font-size: 12pt;"><br></span></div><div style=""><span style="font-size: 12pt;">Jadi jangan ragu lagi untuk segera melakukan imunisasi bayi prematur sesuai jadwal ya, MomDad! Yuk, lindungi anak-anak kita dari penyakit yang sudah ada pencegahannya! Ketahui informasi seputar tumbuh kembang anak hingga MPASI dengan mengikuti Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> dan baca artikel lainnya lewat aplikasi PrimaKu.&nbsp;</span></div><div style="font-weight: bold;"><span style="font-size: 12pt;"><br></span></div></div><div style="font-weight: bold;"><span style="font-size: 12pt;">Sumber foto:&nbsp;</span><span style="font-size: 16px; background-color: unset; font-weight: 400;">Freepik</span></div><div style="font-weight: bold;"><em style="font-size: 16px; font-weight: 400;"><span style="font-weight: 700;">Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.</span></em><span style="font-size: 16px; background-color: unset; font-weight: 400;"><br></span></div></div><div style="text-align: justify;"><span class="e-editor-select-start"></span></div>

Masih Galau Imunisasi Bayi Prematur? Ketahui Informasi Lengkapnya di Sini, Yuk!

masih-galau-imunisasi-bayi-prematur--ketahui-informasi-lengkapnya-di-sini--yuk-

<p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">MomDad tentunya pernah mendengar penyakit gondongan, bukan?&nbsp;</span><span style="font-size: 16px; background-color: unset;">Gondongan adalah penyakit yang biasanya bersifat ringan. Komplikasi yang serius, seperti terjadinya radang pankreas (pankreatitis) atau radang selaput otak (meningitis), sangatlah jarang terjadi. Pada anak laki-laki yang telah mengalami pubertas, dapat terjadi radang testis (buah zakar) atau orkhitis. Lantas, apa sih penyebab penyakit ini? Yuk, cari tahu melalui artikel di bawah!</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"><strong>Apa itu gondongan?</strong></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Gondongan atau </span><em><span style="font-size: 12pt;">mumps</span></em><span style="font-size: 12pt;">, yang dalam bahasa medis disebut parotitis, adalah penyakit peradangan atau pembengkakan kelenjar parotis, salah satu kelenjar liur yang terletak di belakang telinga. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang sangat menular, sehingga dahulu, sebelum adanya vaksin MMR (</span><em><span style="font-size: 12pt;">mumps, measles, rubella</span></em><span style="font-size: 12pt;">), hampir semua orang pernah mengalami terjangkit gondongen. Karena virus </span><em><span style="font-size: 12pt;">mumps </span></em><span style="font-size: 12pt;">hanya mempunyai satu varian, maka nenek moyang kita juga tahu bahwa pada umumnya kita hanya akan terjangkit gondongen sekali seumur hidup.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"><strong>Gejala gondongan</strong></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Infeksi virus </span><em><span style="font-size: 12pt;">mumps </span></em><span style="font-size: 12pt;">umumnya didahului dengan nyeri kepala dan demam yang relatif ringan, lesu dan kurang bernapsu makan, lalu diikuti dengan tanda khas dari penyakit gondongan, yaitu nyeri dan bengkak pada kelenjar parotis. Gondongan bisa mengenai satu atau dua sisi.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><img src="https://storage.primaku.com/editor/1649682920857-8f5d22e0.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="C0025000.width-320.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Gondongan menular dengan cara yang sama seperti flu dan selesma, yaitu melalui percikan liur penderita yang terhirup atau menempel di permukaan dan masuk ke hidung atau mulut orang lain. Seseorang yang sedang menderita gondongan akan sangat menularkan (infeksius) selama beberapa hari sebelum munculnya gejala dan beberapa hari kemudian. Selama masa penularan tersebut, sangat penting untuk menjaga agar infeksi tidak menular ke orang lain, terutama anak dan remaja yang belum atau tidak divaksinasi. Tentu saja hal ini tidak mudah karena anak sudah dapat menularkan ke anak lain sebelum dia bergejala.</span></p><p style="text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 14pt;">&nbsp;Mencegah penyebaran gondongan</span></strong></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Jika si Kecil sedang mengalami gondongan, MomDad dapat membantu mencegah penyebaran infeksinya dengan cara:&nbsp;</span></p><div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">•</span><span style="white-space:pre">	</span><span style="font-size: 12pt;">Cuci tangan MomDad dan si Kecil dengan air mengalir dan sabun</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">•</span><span style="white-space:pre">	</span><span style="font-size: 12pt;">Tutupi mulut dan hidung si Kecil bila ia bersin dan segera cuci tangan setelahnya</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">•</span><span style="white-space:pre">	</span><span style="font-size: 12pt;">Biarkan si Kecil istirahat di rumah dan tidak masuk sekolah, setidaknya 5 hari setelah munculnya gejala</span></div></div><div style="text-align: justify;">&nbsp;</div><div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Tidak ada terapi atau obat khusus untuk gondongan, karena infeksi virus </span><em><span style="font-size: 12pt;">mumps </span></em><span style="font-size: 12pt;">bersifat swasirna (<em>self-limiting</em>) atau dapat sembuh sendiri dalam waktu sekitar 1-2 minggu. Pemeriksaan laboratorium juga tidak diperlukan untuk menegakkan diagnosis gondongan. Sementara itu, MomDad dapat memberikan pengobatan kepada si Kecil yang menderita gondongan dengan cara:&nbsp;</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">•</span><span style="white-space:pre">	</span><span style="font-size: 12pt;">Istirahat dan minum air putih yang cukup</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">•</span><span style="white-space:pre">	</span><span style="font-size: 12pt;">Obat penghilang demam sesuai kebutuhan</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">•</span><span style="white-space:pre">	</span><span style="font-size: 12pt;">Kompres hangat pada kelenjar yang bengkak untuk mengurangi nyeri</span></div></div><div style="text-align: justify;"><span><span style="font-size: 12pt;"><br></span></span></div><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Gondongan merupakan penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi MMR (</span><em><span style="font-size: 12pt;">mumps, measles</span></em><span style="font-size: 12pt;">/ campak, </span><em><span style="font-size: 12pt;">rubella</span></em><span style="font-size: 12pt;">). Berdasarkan pedoman imunisasi IDAI tahun 2020, anak dapat diberikan imunisasi MMR pada usia 18 bulan dan 5-7 tahun. Yuk, MomDad lengkapi imunisasi si Kecil!</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Jika ingin mengetahui lebih banyak seputar kesehatan ibu dan anak, pantau terus artikel terbaru dari kami melalui aplikasi PrimaKu dan jangan lupa follow Instagram </span><a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank"><span style="font-size: 12pt;">@official_primaku</span></a><span style="font-size: 12pt;">.</span></p><p style="text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 12pt;">Sumber foto</span></strong><span style="font-size: 12pt;">: Medical News Today &amp; n</span><span style="font-size: 12pt;">hs.co.uk</span></p><p style="text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 12pt;">Bahan bacaan:&nbsp;</span></strong><span style="background-color: unset; font-size: 12pt;">Davidson P, Morris J. Mumps. Didapat dari </span><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534785/" title="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534785/"><span style="font-size: 12pt;">https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534785/</span></a></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><br></span></p><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><br></span></div>

Mengenal Gondongan pada Anak

mengenal-gondongan-pada-anak

<p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Cacar air adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh suatu virus bernama varicella-zoster. Virus ini tidak hanya menyebabkan cacar air, tetapi juga menyebabkan penyakit Herpes Zoster, suatu bentuk infeksi ulangan cacar air. Cacar air merupakan penyakit yang terjadi di seluruh dunia, ditularkan melalui udara dari orang sakit yang batuk dan bersin, serta melalui lenting berair di kulit.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"><strong>Gejala cacar air</strong></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Gejala yang terjadi pada cacar air umumnya diawali dengan gejala yang menyerupai selesma, seperti demam, lemas, nyeri tenggorok, sakit kepala, batuk, dan bersin. Gejala ini kemudian diikuti dengan timbulnya ruam kemerahan pada kulit yang segera berubah menonjol dan akhirnya menjadi lenting-lenting berair yang dapat muncul di seluruh permukaan tubuh. Lenting-lenting ini terasa gatal sehingga anak cenderung ingin menggaruknya. Anak yang tertular cacar air akan menunjukkan gejala sekitar 2 minggu setelah kontak dengan penderita cacar air sebelumnya.</span></p><div style="text-align: justify;"><span><strong><span style="font-size: 12pt;">Apakah anak yang terduga cacar air perlu pemeriksaan laboratorium?&nbsp;</span></strong></span></div><div style="text-align: justify;"><span><strong>﻿﻿</strong><span><span style="font-size: 12pt;">Diagnosis cacar air atau infeksi varisela bisa ditegakkan dengan hanya melihat tanda dan gejalanya. Sebenarnya dapat dilakukan pemeriksaan konfirmasi dengan mengambil cairan dari dalam lenting, namun pada umumnya, tanda dan gejala yang muncul sudah cukup spesifik untuk menegakkan diagnosis cacar air. Pada gambar dapat dilihat tanda spesifik cacar air, yaitu adanya ruam kemerahan yang berkembang menjadi penonjolan kulit kecil-kecil yang akhirnya berubah menjadi lenting-lenting berair.  Ketiga tahap perkembangan itu dapat terlihat pada gambar.</span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: unset; text-align: inherit;"><span style="font-size: 12pt; background-color: unset;">Tujuan utama tatalaksana cacar air adalah untuk mengurangi gejala dan mencegah penularannya. Karena cacar air sangat menular, anak atau dewasa yang sedang menderita cacar air disarankan untuk tidak pergi ke mana-mana untuk menghindari bertemu banyak orang. Hindari menggaruk lenting karena dapat mengakibatkan infeksi bakteri pada lenting. Bedak dapat digunakan untuk mengurangi rasa gatal sehingga mengurangi keinginan untuk menggaruk, namun hati-hati terhirup ke dalam saluran napas. Mandi tetap dianjurkan untuk menghindari infeksi bakteri.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: unset; text-align: inherit;"><span style="font-size: 12pt; background-color: unset;"><br></span></span></div><p style="text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 14pt;">Risiko cacar air</span></strong></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Walaupun cacar air terkesan “ringan” dan hanya menyerang “kulit”, namun ia dapat menyebabkan komplikasi seperti radang paru. Rasa tidak nyaman saat muncul lenting juga sangat mengganggu. Anak tidak dapat berinteraksi dengan anak lainnya dan juga menghambat ia pergi beraktivitas ke sekolah. Sejak tahun 1995, imunisasi terhadap cacar air telah diperkenalkan dan terbukti dapat menurunkan jumlah kasus hingga 90% serta komplikasinya hingga 95%.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Berdasarkan jadwal imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2020, imunisasi terhadap cacar air diberikan pada anak mulai usia 12-18 bulan sebanyak 2 dosis dengan jarak minimum 6 minggu. Bila anak sudah berusia 13 tahun atau lebih, diberikan 2 dosis dengan jarak minimum 4 minggu. Jadwal tersebut memang berubah dari jadwal imunisasi IDAI tahun 2017, sesuai dengan rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk mencegah kejadian luar biasa.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Imunisasi terhadap cacar air juga penting untuk anak perempuan yang nantinya akan hamil, karena kekebalan yang terbentuk dari imunisasi atau infeksi alamiah dapat melindungi janin dalam kandungan. Apabila ibu hamil tertular cacar air, terutama pada 28 minggu pertama kehamilan, janin dapat terinfeksi pula dan menyebabkan gangguan pembentukan beberapa organ, yaitu otak, jari-jari tangan dan kaki, mata, anus, dan kandung kemih.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">MomDad, yuk lengkapi imunisasi cacar air pada anak kita!</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Ketahui lebih banyak lagi informasi seputar tumbuh kembang si Kecil dengan </span><em><span style="font-size: 12pt;">follow</span></em><span style="font-size: 12pt;"> Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> dan pantau terus artikel terbaru kami melalui aplikasi PrimaKu.</span></p><p style="text-align: justify;"><em style="font-size: 16px;"><span style="font-weight: 700;">Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.</span></em></p><p style="text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 12pt;">Daftar bacaan:</span></strong></p><ol><li style="text-align: justify;"><span style="background-color: unset; font-size: 12pt;">Ayoade F, Kumar S. Varicella zoster. Didapat dari&nbsp;</span></li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448191/" title="" target="_blank"><span style="font-size: 12pt;">https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448191/</span></a><span style="font-size: 12pt; background-color: unset;">Soedjatmiko, Sitaresmi MN, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Rusmil K, dkk. Jadwal imunisasi anak umur 0 – 18 tahun rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2020.Sari Pediatri 2020;22:252-60.</span></li></ol><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><br></span></div>

MomDad, Yuk Lengkapi Imunisasi Cacar Air si Kecil!

momdad--yuk-lengkapi-imunisasi-cacar-air-si-kecil-

<p>Imunisasi merupakan tindakan pencegahan penyakit menular yang telah diakui efektivitasnya. Sejak lahir, seorang bayi direkomendasikan untuk mendapatkan berbagai imunisasi untuk mendapatkan kekebalan terhadap berbagai penyakit menular. Pemberian imunisasi tersebut terbagi atas dosis dasar dan dosis lanjutan. Beberapa dosis lanjutan tersebut masih diberikan hingga anak masuk sekolah dasar.</p>
<p>&nbsp;</p>
<p>Bulan Agustus merupakan bulan imunisasi anak sekolah (BIAS). Siapa saja anak sekolah yang menjadi sasaran BIAS? Program BIAS di Indonesia adalah pemberian imunisasi sebagai penguat atau booster kepada anak Sekolah Dasar kelas 1,2, dan 5. Tujuan BIAS ini adalah agar anak sekolah dan remaja dapat mempertahankan daya tahan setelah mendapatkan imunisasi dasar sebelumnya. Jenis imunisasi yang diberikan adalah imunisasi terhadap difteri dan tetanus menggunakan vaksin DT untuk anak kelas 1 SD dan Td untuk anak kelas 2 dan 5. Imunisasi lain yang diberikan adalah imunisasi terhadap campak dan rubella menggunakan vaksin MR untuk anak kelas 1 SD.</p>
<p>&nbsp;</p>
<p>Pelaksanaan program BIAS ini diatur oleh Puskesmas setempat yang bekerja sama dengan sekolah dan juga pemerintah daerah setempat. Informasi mengenai penyelenggaraan BIAS dilakukan oleh sekolah kepada orangtua. Selama masa pandemi, BIAS dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan, yaitu menjaga jarak, memakai masker, serta mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.</p>
<p>&nbsp;</p>
<p>Pemberian imunisasi juga memperhatikan pedoman pemberian imunisasi pada masa pandemi. Anak yang sakit ditunda pemberian imunisasinya dan baru diberikan setelah anak dipastikan sehat. Demikian pula anak yang memiliki riwayat kontak dengan pasien terkonfirmasi, probable, maupun suspek COVID-19 ditunda imunisasinya sampai dipastikan anak tidak tertular.</p>
<p>&nbsp;</p>
<p>&nbsp;</p>
<h3>Daftar bacaan:</h3>
<ol>
<li>Pedoman imunisasi di Indonesia edisi ke-5 tahun 2014.</li>
</ol>

Bulan Agustus, bulan imunisasi anak sekolah, lho!

bulan-agustus--bulan-imunisasi-anak-sekolah--lho-

<p>IDAI tetap merekomendasikan imunisasi dilengkapi sesuai jadwal meskipun pandemi masih berlangsung. Namun, ada orangtua yang khawatir tentang kemungkinan terjadinya KIPI, serta apa pertolongan pertama yang dapat dilakukan di rumah apabila terjadi KIPI merupakan hal penting yang harus diketahui oleh Sahabat PrimaKu.</p>
<p>KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak diinginkan, terjadi setelah pemberian imunisasi, dan belum tentu memiliki hubungan kausalitas (hubungan sebab-akibat) dengan vaksin. Untuk mengetahui hubungan antara pemberian imunisasi dengan KIPI diperlukan pelaporan dan pencatatan semua reaksi yang tidak diinginkan yang timbul setelah pemberian imunisasi.</p>
<p>Menurut badan kesehatan dunia (WHO) ada 5 jenis KIPI:</p>
<ol>
<li><strong>Reaksi yang terkait produk vaksin</strong>: KIPI yang diakibatkan atau dicetuskan oleh satu atau lebih komponen yang terkandung di dalam produk vaksin.</li>
<li><strong>Reaksi yang terkait cacat mutu vaksin</strong>: KIPI yang disebabkan atau dicetuskan oleh satu atau lebih cacat mutu produk vaksin, termasuk alat pemberian vaksin yang disediakan oleh produsen</li>
<li><strong>Reaksi terkait kekeliruan prosedur imunisasi</strong>: KIPI yang disebabkan oleh cara penanganan vaksin yang tidak memadai, penulisan resep atau prosedur pemberian vaksin yang sebetulnya dapat dihindari.</li>
<li><strong>Reaksi kecemasan terkait imunisasi</strong>: KIPI ini terjadi akibat kecemasan pada waktu pemberian imunisasi.</li>
<li><strong>Kejadian koinsidens</strong>: KIPI ini disebabkan oleh hal-hal di luar produk vaksin, kekeliruan imunisasi atau kecemasan akibat imunisasi. Contoh: demam yang timbul bersamaan dengan pemberian imunisasi, padahal sebenarnya disebabkan oleh penyakit lain. Misalnya, pada saat dibawa ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan imunisasi, bayi tertular selesma dari pengunjung lain yang juga datang ke tempat pelayanan kesehatan tersebut. Kejadian koinsiden mencerminkan keadaan yang pada saat tersebut terjadi di masyarakat.</li>
</ol>
<p>Secara umum reaksi vaksin dapat dibedakan menjadi reaksi ringan dan reaksi berat. Mayoritas reaksi adalah reaksi ringan, seperti demam yang tidak terlalu tinggi, pegal-pegal, gatal, kemerahan, atau pembengkakan ringan pada area penyuntikan (Tabel 1). Kondisi ini bersifat <em>self-limiting</em> atau akan menghilang dengan sendirinya dalam beberapa hari, terkadang tidak memerlukan tata laksana khusus.</p>
<p><img src="https://drive.google.com/uc?id=1B0z1oGSfggbx9peEn3loTODby9g-8ksH" alt="Tabel 1" width="643" height="800" /></p>
<p>&nbsp;</p>
<p>Pada sebagian kecil kasus, KIPI dapat berakibat serius., KIPI disebut serius apabila&nbsp;:</p>
<ul>
<li>Berakibat kematian.</li>
<li>Mengancam jiwa.</li>
<li>Memerlukan perawatan di rumah sakit atau perpanjangan masa perawatan di rumah sakit.</li>
<li>Menyebabkan kecacatan/inkapasitas menetap atau bermakna.</li>
<li>Menyebabkan kelainan kongenital/cacat lahir (vaksin yang diberikan kepada ibu hamil) atau[1]&nbsp;,</li>
<li>Memerlukan tindakan intervensi untuk mencegah hendaya (impairment) / kerusakan menetap.</li>
<li>&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;</li>
</ul>
<p>Beberapa kasus KIPI serius/ berat yang tercatat pernah terjadi untuk beberapa jenis vaksin dapat dilihat pada Tabel 2.</p>
<p><img src="https://drive.google.com/uc?id=1B5-4JX_7HpCllZJRYHwfnoGfPmIX6gcQ" alt="Tabel 2" width="638" height="566" /></p>
<p>Salah satu KIPI ringan yang paling sering terjadi adalah demam. Demam merupakan upaya tubuh untuk melawan penyakit. Demam adalah suhu tubuhdidefinisikan sebagai suhu &gt; 38<sup>o</sup>C pada pengukuran di ketiak, rektal, atau mulutoral. Pengukuran di telinga maupun di dahi perlu dikonfirmasi dengan salah satu pengukuran di atas. Jika si kecil mengalami demam setelah diimunisasi, ibu dapat membantu menurunkan demam dengan memberikan obat jenis antipiretik, dan yang paling banyak dikenal adalah parasetamol ataudan ibuprofen. Selain pemberian obat penurun panas tersebut, antipiretik dapat pula dilakukan kompres hangat di area lipatan tubuh, misalnya di leher, ketiak, dan selangkangan untuk membantu menurunkan demampenurunan panas.</p>
<p>Reaksi lain yang sering timbul adalah nyeri/bengkak di lokasi penyuntikan, terutama bila imunisasi dilakukan di intramuskular, seperti pada imunisasi DTwP (difteri, tetanus, pertusis). Reaksi ini dapat timbul dalam beberapa hari pasca penyuntikan., dan Iibu dapat mengurangi rasa tidak nyaman si kecil dengan menggunakan kompres atau dengan memberikanpemberian parasetamol yang juga dapat berfungsi sebagai anti nyeri. &nbsp;</p>
<p>KIPI akibat reaksi alergi yang dapat mengancam nyawa dan diperantarai reaksi alergi disebut reaksi anafilaksis. Reaksi ini dapat timbul dalam hitungan menit-jam pasca penyuntikan vaksin. Reaksi ini dapat dimulai dengan timbulnya &nbsp;dan dapat berupa ruam urtikaria (biduran) seluruh tubuh, pembengkakan bibir (angioedema), gejala saluran cerna seperti nyeri perut/mual/muntah/diare, tetapi dapat juga langsung timbul gejala berat seperti sesak napas/mengi, dan syok yang ditandai dengan denyut nadi cepat, lemah, hingga hipotensi. Karena reaksi anafilaksis biasanya terjadi sangat segera, sangat Oleh sebab itu penting untuk tidak segera meninggalkan fasilitas kesehatan setidaknya 30 menit setelah imnunisasi, agar dapat dilakukan</p>
<p>melakukan pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya reaksi tsb. &nbsp;setidaknya 30 menit pasca vaksinasi, dan usahakan saat pemantauan anak berada di fasilitas kesehatan/ sekitar faskes. Tata laksana anafilaksis harus dilakukan tenaga kesehatan terlatih dan diperlukan penyuntikan epinefrin intramuskular segera. Anak perlu dipantau untuk melihat apakah gejala sudah perbaikan serta kemungkinan terjadinya reaksi alergi ulang.&nbsp; &nbsp;</p>
<p>&nbsp;</p>
<p>--</p>
<p>Penulis:</p>
<p>Lucyana Santoso (PrimaKu), Madarina Julia (PrimaKu, ed)</p>
<p>&nbsp;</p>
<p>Referensi:</p>
<ol>
<li>https://in.vaccine-safety-training.org/classification-of-aefis.html[2]&nbsp;</li>
<li>https://immunisationhandbook.health.gov.au/vaccination-procedures/after-vaccination</li>
<li>https://in.vaccine-safety-training.org/rates-of-adverse-vaccine-reactions.html</li>
<li>https://www.who.int/vaccine_safety/initiative/tech_support/Part-3.pdf?ua=1</li>
</ol>

KIPI, apakah berbahaya?

kipi--apakah-berbahaya-

<p>Imunisasi merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan seorang anak. Berbagai penyakit telah terbukti dapat dicegah dengan imunisasi sehingga pemberian imunisasi merupakan hal yang wajib diperhatikan oleh orangtua.</p>
<p>Untuk mendapatkan perlindungan optimal, imunisasi harus diberikan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Ada imunisasi yang cukup diberikan satu kali, seperti BCG, ada pula yang harus diulang, seperti DPT dan hepatitis B. Namun ada kalanya pemberian imunisasi terpaksa terhambat oleh berbagai hal, seperti ketersediaan vaksin atau anak mengalami sakit. Lalu, apa yang harus dilakukan bila ada imunisasi yang terlambat atau terlewat?</p>
<p>Hal pertama yang harus dilakukan adalah segera membawa si kecil menemui dokternya dan melaporkan bahwa ada imunisasi yang terlewat atau terlambat. Imunisasi yang terlewat atau terlambat tersebut dapat segera diberikan selama kondisi anak sehat dan tidak ada kondisi medis khusus yang membuat anak tidak dapat menerima imunisasi.</p>
<p>Apabila imunisasi yang terlambat merupakan imunisasi dengan dosis ganda, maka jarak pemberian antar dosis sesuai dengan anjuran jarak pemberian sebenarnya, seperti imunisasi DPT yang diberikan setiap 4-8 minggu. Apabila dosis imunisasi pertama sudah diberikan tepat waktu namun dosis berikutnya terlambat, maka dosis pertama tidak perlu diulang dan dosis kedua dapat segera diberikan. Namun, ada pula imunisasi yang memiliki batas maksimal usia pemberian, seperti imunisasi Rotavirus. Apabila belum diberikan imunisasi BCG saat usia anak sudah lebih dari 3 bulan, diperlukan pemeriksaan bernama uji tuberkulin terlebih dahulu.</p>
<p>Untuk mencegah terlambat atau terlewatnya pemberian imunisasi, orangtua dapat selalu berdiskusi dengan dokter mengenai jadwal imunisasi berikutnya. Selain jenis imunisasi yang harus diberikan, waktu pemberian imunisasi juga penting untuk diingat. Jadwal pemberian imunisasi IDAI terbaru dapat dilihat pada aplikasi PRIMAKU disertai dengan pengingat jadwal pemberian. Mari pastikan imunisasi anak kita sudah lengkap!</p>
<p>&nbsp;--</p>
<p>Penulis:</p>
<p>Dini Mirasanti (PrimaKu), Madarina Julia (PrimaKu, ed)</p>
<p>&nbsp;</p>
<p>Referensi:</p>
<ol>
<li>Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Ed.5. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014.</li>
</ol>